LEFT-BACK.COM – Pada 6 Februari 1958, dunia sepakbola dikejutkan oleh tragedi memilukan di Bandara Munich, Jerman Barat. Pesawat yang membawa tim Manchester United gagal lepas landas karena landasan licin akibat salju. Akibatnya, pesawat menabrak pagar dan bangunan kecil di sekitar bandara. Dari total 44 penumpang, 23 orang kehilangan nyawa, termasuk delapan pemain Manchester United yang dikenal sebagai “The Busby Babes.” Beberapa nama besar yang menjadi korban di antaranya adalah Duncan Edwards, Tommy Taylor, dan Roger Byrne.
Selain para pemain, tragedi ini juga merenggut nyawa staf klub, wartawan, serta kru pesawat. Meskipun kejadian ini meninggalkan luka mendalam, Manchester United menunjukkan semangat luar biasa dengan bangkit pada musim berikutnya. Mereka berhasil finis sebagai runner-up di liga, sebuah pencapaian yang membuktikan tekad dan daya juang tim.
Munculnya Harapan Baru: George Best
Dalam upaya membangun kembali kekuatan tim, Manchester United memperkenalkan talenta muda yang kelak menjadi simbol harapan baru: George Best. Lahir pada 22 Mei 1946 di Belfast, Irlandia Utara, Best menunjukkan bakat luar biasa sejak usia dini. Pada usia 15 tahun, pencari bakat Manchester United, Bob Bishop, menemukannya di Belfast. Bishop bahkan mengirim telegram kepada manajer legendaris Matt Busby dengan kalimat terkenal, “Saya rasa saya telah menemukan seorang jenius untuk Anda.”
Debut Cemerlang George Best
George Best melakukan debutnya untuk tim utama Manchester United pada usia 17 tahun, tepatnya 14 September 1963, melawan West Bromwich Albion di Old Trafford. Penampilannya yang memukau membuatnya cepat menjadi sorotan. Pada musim 1964-1965, Best membantu Manchester United meraih gelar Liga Inggris, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain muda terbaik di dunia.
Pada Maret 1966, Best mencuri perhatian internasional dengan mencetak dua gol dalam kemenangan 5-1 melawan Benfica di perempat final Piala Eropa. Gaya bermainnya yang flamboyan, dikombinasikan dengan penampilannya yang menarik, membuat media Portugal menjulukinya sebagai “O Quinto Beatle” atau “Beatle Kelima.”

Puncak Karier: Piala Eropa 1968 dan Ballon d’Or
Puncak karier George Best datang pada tahun 1968 ketika Manchester United memenangkan Piala Eropa dengan mengalahkan Benfica 4-1 di final. Best mencetak salah satu gol dalam perpanjangan waktu, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa. Setelah kemenangan ini, Best dianugerahi Ballon d’Or, penghargaan bergengsi untuk pemain terbaik dunia, pada usia 22 tahun.
Kemunduran Karier dan Kehidupan Pribadi yang Berliku
Meskipun Best mencapai puncak kejayaan di usia muda, kariernya mulai merosot akibat masalah pribadi, terutama terkait alkoholisme. Kebiasaan buruk ini mengganggu performanya di lapangan dan hubungan dengan klub. Pada 1974, Best meninggalkan Manchester United setelah beberapa kali terlibat masalah disiplin.
Setelah meninggalkan United, Best mencoba melanjutkan kariernya di klub-klub kecil di Inggris, Irlandia, dan Amerika Serikat. Meskipun bakatnya tetap terlihat, ia tidak pernah lagi mencapai level yang sama seperti saat membela Manchester United.
Warisan Abadi George Best
George Best meninggal dunia pada 25 November 2005 akibat komplikasi kesehatan yang disebabkan oleh gaya hidupnya. Namun, warisannya sebagai salah satu pemain sepakbola paling berbakat dalam sejarah tetap hidup. Best tidak hanya dikenal karena keterampilannya di lapangan tetapi juga karena karismanya yang menjadikannya ikon budaya pop pada masanya.
Tragedi, kebangkitan, dan kejatuhan dalam perjalanan hidup George Best memberikan pelajaran berharga. Kisahnya adalah pengingat tentang betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara bakat, dedikasi, dan kehidupan pribadi. Hingga kini, Best tetap dikenang sebagai legenda yang tak tergantikan dalam dunia sepakbola. (Dian D. P)
Baca juga:
Sejarah Mia San Mia: Filosofi Mendalam di Balik Kesuksesan Bayern Munich
Mengenang Gajayana, Stadion Tertua di Indonesia
Mario Kempes: Legenda Argentina yang Menginspirasi Hingga Mampir ke Indonesia