Sepak Bola

Ragam

Totti vs Del Piero: Ketika Sepakbola Italia Menjadi Panggung Seni dan Perang

LEFT-BACK.COM – Sebelum dunia tersihir oleh dua kutub magnetik bernama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, Italia sudah lebih dulu punya sepasang bintang yang membelah hati jutaan tifosi: Francesco Totti dan Alessandro Del Piero. Jika Ronaldo dan Messi adalah dua poli kekuatan yang mendominasi globalisasi sepak bola modern, maka Totti dan Del Piero adalah simbol lokalitas yang membakar Serie A dalam romantisme rivalitas yang tak pernah usai.   Totti adalah gladiator sejati. Ia bukan sekadar kapten AS Roma—ia adalah jantung, napas, dan jiwa kota itu. Kesetiaannya pada satu panji menjadikannya lebih dari sekadar legenda—ia adalah mitos yang hidup. Umpan-umpannya tak hanya presisi, tapi punya visi seperti seorang kaisar yang mengatur pertempuran dari singgasananya. Totti tidak bermain untuk sekadar menang, ia bermain untuk menghidupkan Roma. Ia adalah panglima yang setia mati pada pasukannya.   Sementara itu, Del Piero adalah seniman lapangan hijau. Ia bukan prajurit, melainkan penyair yang menulis puisi dengan kaki kanannya. Tendangan bebasnya seperti lukisan da Vinci—penuh detail, harmoni, dan keindahan dari awal hingga akhir. Ia memimpin Juventus dengan elegansi. Bahkan saat klubnya jatuh ke Serie B, Del Piero tetap tinggal, bukan karena ia tak punya pilihan, tapi karena cinta tak butuh alasan.   Rivalitas mereka di Serie A adalah drama epik. Setiap akhir pekan, stadion berubah menjadi Colosseum modern, di mana para tifosi berperan sebagai chorus dalam tragedi Yunani yang terus berulang. Namun, justru ketika keduanya bersatu di timnas Italia, tensi menjadi paradoks. Siapa yang lebih pantas memakai nomor 10? Perdebatan itu seperti dua kaisar Italia yang saling berebut mahkota. Tapi Piala Dunia 2006 membuktikan: dua matahari bisa bersinar di langit yang sama.   Messi dan Ronaldo boleh menumpuk Ballon d’Or, tapi Totti dan Del Piero memberikan kita sesuatu yang tak bisa dihitung: jiwa. Rivalitas mereka bukan sekadar pertarungan, melainkan cermin dari identitas sepakbola Italia—penuh gairah, keindahan, dan drama. Mereka adalah warisan. Mereka adalah seni. Dan dalam sepakbola, itu jauh lebih abadi daripada sekadar gelar.   Baca juga: Bupati Indramayu Diduga Liburan ke Jepang Tanpa Izin, Wamendagri: Bisa Kena Sanksi Pemberhentian Sementara Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya

Selengkapnya »

Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI

LEFT-BACK.COM – Sepak bola, bagi banyak orang, hanyalah permainan. Namun, sejarah membuktikan bahwa sepak bola bisa menjadi panggung perlawanan politik. Dari Brasil hingga Uni Soviet, dari Spanyol hingga Argentina, para pesepakbola pernah berdiri melawan tirani, menyuarakan keadilan, dan menolak tunduk pada penguasa otoriter. Kini, ketika wacana tentang RUU TNI mencuat dan menimbulkan perdebatan mengenai potensi militerisme dalam kehidupan sipil, refleksi atas sejarah perlawanan dalam sepak bola menjadi relevan.   Socrates dan Democracia Corinthiana   Brasil di era 1980-an berada di bawah kediktatoran militer. Pemerintah mengekang kebebasan berpendapat, membatasi demokrasi, dan menekan berbagai elemen masyarakat. Di tengah situasi itu, muncul seorang pesepakbola bernama Socrates. Ia bukan hanya seorang playmaker berbakat, tetapi juga seorang intelektual dan aktivis yang percaya bahwa sepak bola bisa menjadi alat perubahan sosial.   Bersama rekan-rekannya di Corinthians, ia menggagas Democracia Corinthiana, sebuah sistem di mana keputusan klub dibuat secara demokratis oleh pemain dan staf, tanpa tekanan dari manajemen atau pemerintah. Socrates bahkan menggunakan popularitasnya untuk mendorong rakyat Brasil agar memilih demokrasi dalam referendum nasional. Baginya, sepak bola bukan hanya hiburan, melainkan juga medan perjuangan.   Oleg Kuznetsov dan Tekanan Uni Soviet   Di Eropa Timur, sepak bola juga pernah menjadi alat perlawanan terhadap rezim otoriter. Uni Soviet terkenal dengan kontrol ketatnya terhadap semua aspek kehidupan, termasuk olahraga. Para pemain harus patuh pada negara, bahkan banyak klub besar dimiliki oleh militer atau kepolisian. Namun, ada beberapa pemain yang berani berbicara.   Oleg Kuznetsov, bek tangguh Soviet, dikenal tidak hanya karena kemampuannya di lapangan, tetapi juga karena sikapnya yang enggan menjadi alat propaganda negara. Meski tidak melakukan perlawanan terbuka seperti Socrates, ia tetap menunjukkan sikap kritis terhadap kontrol pemerintah atas sepak bola dan kebebasan individu. Sikap semacam ini, dalam negara otoriter, adalah bentuk perlawanan yang berisiko.     Sepak Bola di Tengah Otoritarianisme   Sejarah mencatat banyak pemain yang menolak tunduk pada rezim diktator: dari Diego Maradona yang menentang kebijakan neoliberalisme hingga pemain Spanyol yang menolak Franco. Mereka membuktikan bahwa sepak bola lebih dari sekadar permainan. Ia bisa menjadi senjata melawan ketidakadilan.   Kini, di Indonesia, disahkannya RUU TNI kembali membuka perdebatan tentang peran militer dalam kehidupan sipil. Beberapa pihak khawatir bahwa kebijakan ini akan membuka jalan bagi kontrol yang lebih luas dari institusi bersenjata terhadap ranah publik. Dalam konteks ini, melihat kembali sejarah perlawanan dalam sepak bola menjadi penting.   Pertanyaannya, apakah sepak bola Indonesia juga bisa menjadi ruang perlawanan? Atau justru, seperti yang sering terjadi, ia akan dikooptasi oleh kekuasaan? Sejarah memberikan contoh bahwa sepak bola bisa menjadi alat perubahan. Tinggal bagaimana para pemain, pelatih, dan suporter memilih untuk bersikap.   Pada akhirnya, seperti kata Socrates, “Tanpa kebebasan, tidak ada sepak bola yang sesungguhnya.”   Baca juga: Gelombang Aksi Tolak Revisi UU TNI di Berbagai Kota Berujung Represi Aparat Misteri Pembunuhan JFK: Fakta Baru dari Ribuan Dokumen yang Dideklasifikasi Lebih dari Sekadar Angka: Persib 1933 dan Arti Sebuah Warisan  

Selengkapnya »

Misteri Pembunuhan JFK: Fakta Baru dari Ribuan Dokumen yang Dideklasifikasi

LEFT-BACK.COM – Tragedi penembakan Presiden John F. Kennedy pada 22 November 1963 masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Berbagai teori konspirasi berkembang selama puluhan tahun, mulai dari dugaan adanya penembak kedua hingga kemungkinan campur tangan pemerintah Amerika Serikat dalam menyembunyikan kebenaran.   Dalam upaya mengungkap fakta di balik peristiwa ini, pemerintah AS telah secara bertahap merilis ribuan dokumen rahasia terkait kasus tersebut. Hingga kini, sekitar 99% dokumen telah dideklasifikasi, termasuk yang terbaru pada 18 Maret 2025. Keputusan Presiden Donald Trump dalam masa jabatannya yang kedua untuk membuka akses terhadap dokumen ini kembali memicu diskusi global.   Ribuan halaman yang dirilis kini tengah diteliti oleh para sejarawan dan pengamat konspirasi. Namun, hingga saat ini, belum ada temuan yang secara definitif mengubah pemahaman publik tentang pembunuhan JFK. Sebaliknya, dokumen ini justru mengungkap lebih banyak informasi mengenai operasi rahasia CIA selama era Perang Dingin.   Teori Konspirasi di Balik Pembunuhan JFK   Sejak awal, penyelidikan kasus ini telah menimbulkan berbagai spekulasi. Komisi Warren, yang dibentuk oleh Presiden Lyndon B. Johnson pada 1963 dan dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung Earl Warren, menyimpulkan bahwa Lee Harvey Oswald bertindak sendirian dalam penembakan tersebut.   Namun, banyak pihak menilai laporan Komisi Warren tidak cukup kuat. Beberapa bukti dianggap diabaikan, sementara keterlibatan badan intelijen dalam investigasi menimbulkan dugaan adanya konflik kepentingan. Sejumlah saksi dan analisis forensik juga menunjukkan adanya inkonsistensi yang tidak dijelaskan secara menyeluruh dalam laporan resmi.   Kritik terhadap laporan tersebut mendorong Kongres AS membentuk Komite Khusus DPR tentang Pembunuhan Kennedy pada 1979. Investigasi ini menyimpulkan bahwa kemungkinan besar terdapat konspirasi di balik kejadian tersebut, meskipun tidak ada kejelasan tentang pihak-pihak yang terlibat.   Spekulasi mengenai motif pembunuhan JFK pun berkembang. Ada dugaan bahwa ia dibunuh karena kebijakannya yang menentang kompleks industri-militer dan rencana penarikan pasukan dari Vietnam. Teori lain menyebutkan keterlibatan CIA, kelompok Mafia, atau bahkan pemerintah Kuba di bawah Fidel Castro.   Robert F. Kennedy Jr., keponakan JFK yang juga menjabat sebagai salah satu menteri dalam pemerintahan Trump, secara terbuka menyatakan keyakinannya bahwa CIA memiliki peran dalam pembunuhan pamannya. Pengungkapan dokumen terkait peristiwa ini pun menjadi krusial, tidak hanya untuk mengungkap kebenaran tetapi juga demi transparansi pemerintahan.   Sejarah Pengungkapan Dokumen Pembunuhan JFK   Minat publik terhadap misteri ini semakin meningkat setelah film JFK karya Oliver Stone dirilis pada 1991. Film ini menyoroti kemungkinan konspirasi besar yang melibatkan CIA, kompleks industri-militer, dan kelompok kepentingan lainnya. Tekanan publik yang meningkat mendorong Kongres AS untuk mengesahkan JFK Assassination Records Collection Act pada 1992, yang mengamanatkan rilis penuh dokumen terkait paling lambat pada 2017.   Namun, berbagai pemerintahan AS menunda proses ini dengan alasan keamanan nasional. Hingga akhirnya, pada 2017, Presiden Trump mengungkap ribuan dokumen, meskipun masih ada informasi yang tetap dirahasiakan atas permintaan badan intelijen. Langkah ini berlanjut di era Presiden Joe Biden, yang juga merilis beberapa dokumen tambahan.   Pada periode kedua kepemimpinannya, Trump kembali mengeluarkan perintah untuk mengungkap lebih banyak dokumen, yang akhirnya dirilis pada 18 Maret 2025.   Fakta Baru dari Dokumen yang Dideklasifikasi   Dari dokumen terbaru yang dirilis, salah satu temuan paling signifikan adalah pengawasan CIA terhadap Lee Harvey Oswald sebelum pembunuhan JFK terjadi. Dokumen menunjukkan bahwa CIA telah lama memantau Oswald, terutama ketika ia melakukan perjalanan ke Mexico City dan berinteraksi dengan pejabat Uni Soviet serta Kuba.   Dokumen ini memunculkan pertanyaan baru: Sejauh mana CIA mengetahui rencana Oswald? Mengapa mereka tidak mengambil tindakan pencegahan? Apakah ada keputusan yang disengaja untuk membiarkan peristiwa ini terjadi?   Selain itu, dokumen tersebut mengungkap ketidakpercayaan Kennedy terhadap CIA yang meningkat setelah kegagalan invasi Teluk Babi pada 1961. Ia bahkan pernah menyatakan keinginannya untuk “memecah CIA menjadi seribu keping dan menyebarkannya ke seluruh dunia.”   Ada pula temuan mengenai operasi rahasia CIA, termasuk teknik penyadapan dan strategi pengawasan yang digunakan selama Perang Dingin. Salah satu dokumen yang menarik perhatian adalah Memo Schlesinger, yang mengungkap metode intelijen rahasia dan taktik spionase yang sebelumnya tidak diketahui publik.   Selain itu, dokumen ini juga menghubungkan CIA dengan James McCord, sosok yang berperan dalam skandal Watergate. Temuan ini menunjukkan keterlibatan mendalam CIA dalam berbagai operasi rahasia yang mempengaruhi sejarah politik AS.     Indonesia dalam Dokumen JFK   Menariknya, nama Indonesia turut muncul dalam dokumen JFK yang baru dirilis. Dokumen ini mencatat keberadaan markas rahasia CIA di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya.   Sejak 1950-an hingga 1960-an, CIA diketahui terlibat dalam berbagai operasi di Indonesia, termasuk mendukung pemberontakan PRRI/Permesta yang bertujuan melemahkan pemerintahan Presiden Sukarno. Beberapa analisis sejarah juga mengaitkan CIA dengan peristiwa G30S pada 1965, yang akhirnya berujung pada perubahan rezim dan lahirnya pemerintahan Orde Baru.   Indonesia bukan satu-satunya negara yang disebut dalam dokumen ini. Beberapa kota lain di Asia, seperti Bangkok, Hong Kong, Kuala Lumpur, Manila, hingga Saigon (sekarang Ho Chi Minh City), juga menjadi lokasi operasi CIA selama Perang Dingin.   Pandangan Sejarawan tentang Dokumen Terbaru   Para sejarawan menyambut baik rilis dokumen ini, tetapi sebagian besar tetap skeptis terhadap kemungkinan adanya temuan yang benar-benar mengubah sejarah. Fredrik Logevall, sejarawan dari Harvard, mengatakan bahwa dokumen ini mungkin memberikan rincian tambahan, tetapi tidak akan mengubah pemahaman dasar mengenai peristiwa di Dallas pada 1963.   Salah satu bagian yang menarik perhatian para peneliti adalah dokumen terkait Oswald. “Jika ada informasi konkret tentang siapa yang ditemuinya, apa yang dikatakan, dan bagaimana respons terhadapnya, itu bisa menjadi temuan yang sangat penting,” ujar Logevall.   Dampak Rilis Dokumen terhadap Transparansi Pemerintah AS   Deklasifikasi dokumen JFK telah memicu perdebatan lebih luas tentang transparansi pemerintah. Kini, muncul tuntutan agar dokumen lain, seperti yang berkaitan dengan peristiwa 9/11 dan kasus Jeffrey Epstein, juga dibuka untuk publik.   Beberapa dokumen tentang pembunuhan Martin Luther King Jr. juga disebut akan segera dirilis. Namun, seperti yang terjadi dalam kasus JFK, komunitas intelijen kemungkinan masih akan menahan beberapa informasi dengan alasan keamanan nasional.   Meski demikian, setiap pengungkapan dokumen rahasia tetap menjadi langkah maju dalam memahami sejarah dan memastikan keterbukaan pemerintah terhadap rakyatnya.   Kesimpulan   Dokumen terbaru tentang pembunuhan JFK mungkin tidak secara langsung membongkar teori konspirasi yang telah beredar selama puluhan tahun. Namun, fakta-fakta yang terungkap semakin

Selengkapnya »

Tan Malaka: Pemikir Revolusi yang Terlupakan

LEFT-BACK.COM – Di tengah ketidakpastian menjelang kedatangan Sekutu, Sukarno menulis sebuah testamen yang mengejutkan banyak pihak. Jika dirinya tak lagi mampu memimpin revolusi, ia akan menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada seseorang yang dianggap mahir dalam perjuangan revolusioner—Tan Malaka.   Keputusan ini memicu perdebatan di antara lingkaran terdekatnya, termasuk Dipa Nusantara Aidit. Menurut buku Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan (2010), Aidit sulit menerima kenyataan bahwa seorang yang pernah dipenjarakannya selama dua tahun tanpa pengadilan justru mendapatkan kehormatan tersebut.   PKI, yang dipimpin Aidit, merupakan salah satu kekuatan utama yang menopang politik Sukarno. Oleh karena itu, ia merasa lebih layak berada dalam testamen tersebut. Namun, Sukarno bukanlah sosok yang mudah ditebak. Testamen itu bukan sekadar teatrikal politik atau basa-basi. Bahkan, kabarnya, tak lama setelah ditulis, dokumen itu dibakar oleh Sukarno sendiri untuk menghindari spekulasi yang dapat mengguncang republik.   Tan Malaka dan Konsep Republik Indonesia   Nama Tan Malaka kerap tenggelam dalam kabut sejarah. Bahkan, tanggal lahirnya saja masih diperdebatkan. Djamaludin Tamin dalam Kematian Tan Malaka (1965) dan Helen Jarvis dalam artikelnya Tan Malaka: Revolutionary or Renegade? (1987) menyebut ia lahir sekitar 1896. Namun, sejarawan Harry Albert Poeze, yang meneliti perjalanan hidupnya sejak 1972, menetapkan 2 Juni 1897 sebagai tanggal kelahirannya.   Terlepas dari misteri hidupnya, pemikiran Tan Malaka tak bisa diabaikan. Ia merupakan sosok pertama yang mencetuskan konsep Republik Indonesia dalam buku Naar de Republiek Indonesia (1925). Gagasan ini bahkan mendahului tulisan Mohammad Hatta dalam Indonesië Vrije (1928) serta gagasan Sukarno dalam Menuju Indonesia Merdeka (1933).   Tak heran jika banyak pihak beranggapan bahwa Tan Malaka adalah inspirasi bagi pemikir kemerdekaan setelahnya. Sayangnya, meski berjasa dalam membangun ideologi republik, ia tak sempat menjadi bagian dari proses kemerdekaan itu sendiri.   Pemikiran Radikal dan Tantangan Imperialisme   Dalam Naar de Republiek Indonesia, Tan Malaka menyajikan analisis tajam tentang kapitalisme dan imperialisme. Ia menganalogikan sistem kapitalisme global sebagai gedung yang ditopang oleh pilar-pilar penjajahan. Indonesia, dalam hal ini, menjadi salah satu tiang yang menopang struktur tersebut.   Tan menilai bahwa penjajahan hanyalah alat bagi kapitalisme untuk mempertahankan eksploitasinya. Ia skeptis terhadap gagasan perdamaian yang digaungkan negara-negara adidaya seperti Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat. Menurutnya, kekuatan-kekuatan besar dunia selalu mencari cara untuk mempertahankan dominasi ekonomi mereka, bahkan melalui perang dan kolonialisme.   Ia juga mengkritik politik wortel dan tongkat yang diterapkan oleh kolonial Belanda. Metode ini mengacu pada strategi kekuasaan yang mengombinasikan tekanan militer dan janji-janji manis untuk meredam perlawanan rakyat.   Tan Malaka menolak mentah-mentah taktik tersebut. Baginya, kemerdekaan tidak bisa didapatkan melalui negosiasi dengan penjajah, melainkan harus direbut dengan perjuangan revolusioner yang matang.   Gerakan Revolusi dan Kritik terhadap PKI   Sebagai seorang revolusioner, Tan Malaka memiliki visi besar dalam menggulingkan imperialisme. Ia percaya bahwa hanya melalui gerakan rakyat yang solid, kolonialisme bisa dihancurkan. Oleh karena itu, ia menggagas konsep perjuangan berbasis proletariat, sejalan dengan pemikiran Karl Marx yang menyatakan bahwa kaum pekerja tidak punya apa-apa selain rantai belenggu mereka.   Namun, Tan juga menyadari bahwa gerakan revolusi tidak boleh sekadar menjadi teori belaka. Ia mengkritik partai-partai politik pada masanya—termasuk Budi Utomo, Indische Partij, Sarekat Islam, dan bahkan PKI—karena dianggap masih belum memiliki strategi yang konkret dalam merealisasikan revolusi.   Bagi Tan, revolusi bukanlah sekadar slogan atau cita-cita utopis. Ia harus diwujudkan dengan strategi yang matang, disiplin organisasi yang kuat, serta kepemimpinan yang solid.   Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia: Konsep Demokrasi ala Tan Malaka   Salah satu konsep menarik yang diusulkan Tan Malaka adalah pembentukan Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia. Gagasan ini mirip dengan konsep Trias Politica ala Montesquieu, tetapi dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan realitas politik Indonesia saat itu.   Tan berpendapat bahwa Indonesia harus memiliki sistem pemerintahan yang mandiri, tanpa campur tangan kekuatan asing. Menurutnya, jika Indonesia ingin berdaulat, maka semua elemen pemerintahan harus tunduk pada kepentingan nasional, bukan kepentingan imperialis.   Ia juga menegaskan bahwa revolusi tidak boleh bergantung pada bantuan luar negeri. Kemerdekaan harus diperjuangkan secara mandiri, tanpa perlu menunggu persetujuan dari negara-negara lain.   Tan Malaka: Revolusioner yang Terlupakan   Meski memiliki pemikiran yang jauh melampaui zamannya, Tan Malaka lebih sering beroperasi di balik layar. Ia tidak mencari popularitas, tetapi fokus pada perjuangan yang diyakininya.   Sayangnya, perjuangannya membuatnya menjadi buronan sepanjang hidupnya. Baik kolonial Belanda maupun pemerintah Indonesia sendiri pernah menganggapnya sebagai ancaman. Bahkan, ia akhirnya dieksekusi oleh tentara Indonesia pada 1949—sebuah ironi bagi seorang pejuang yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan.   Namun, meski namanya sering terlupakan dalam sejarah resmi, pemikiran dan perjuangannya tetap menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa ini. Gagasan-gagasannya tentang revolusi, kemandirian politik, dan perjuangan kelas masih relevan hingga hari ini.   Sejarah mungkin tidak selalu berpihak padanya, tetapi jejak pemikirannya akan terus menginspirasi generasi penerus.   Kesimpulan   Tan Malaka bukan hanya seorang revolusioner, tetapi juga pemikir besar yang visinya jauh ke depan. Ia melihat kemerdekaan sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan tanpa kompromi. Ia memahami bahwa imperialisme tidak bisa dihadapi dengan retorika kosong, tetapi dengan aksi nyata yang terorganisir.   Meskipun hidupnya berakhir tragis, gagasan-gagasannya tetap abadi. Jika hari ini kita menikmati kemerdekaan, sebagian dari itu adalah warisan pemikiran Tan Malaka—seorang patriot yang memilih jalan sunyi dalam memperjuangkan republik ini.   Baca juga: Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya Lebih dari Sekadar Angka: Persib 1933 dan Arti Sebuah Warisan Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Selengkapnya »

News

Penanganan Sampah Buruk di Indramayu: TPS Jambak-Cikedung Kondisinya Tak Layak

LEFT-BACK.COM, CIKEDUNG – Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang terletak di Jalan Jambak-Cikedung, Desa Jambak, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, kini menjadi sorotan warga. Tumpukan sampah menggunung dan meluber hingga ke bahu jalan, memunculkan bau menyengat serta merusak pemandangan di tengah kawasan pertanian.   TPS tersebut awalnya berfungsi sebagai titik transit sampah sebelum diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA). Namun, kondisi terkini menunjukkan penumpukan sampah yang dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan, membuat lokasi tersebut terlihat seperti tempat pembuangan akhir.   “Kalau lewat sini harus tahan napas. Baunya menyengat, apalagi siang hari. Padahal ini jalan sering dilewati petani dan warga sekitar,” ujar Hadi (41), warga Cikedung yang biasa melintas menuju sawahnya.   Tumpukan sampah yang meluap dari kontainer besi hingga ke tanah sekitarnya tidak hanya menimbulkan bau, tetapi juga mengundang lalat dan potensi penyakit. Beberapa warga mengaku khawatir jika kondisi ini terus berlanjut tanpa tindakan dari pemerintah daerah.   “Ini jelas bikin resah. Sampahnya sampai ke jalan. Takut juga kalau sampai mencemari air tanah atau kebun kami,” kata Yayah, warga Desa Jambak.   TPS yang berada jauh dari permukiman memang tidak langsung berdampak pada rumah warga, namun keberadaannya sangat mengganggu mobilitas dan kenyamanan masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi tersebut.   Warga mendesak Pemerintah Kabupaten Indramayu, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), untuk segera mengambil langkah konkret. Mereka berharap jadwal pengangkutan sampah lebih rutin dan pengelolaan TPS dilakukan dengan lebih serius agar tidak menjadi sumber masalah lingkungan.   “Sampahnya cepat diangkut dong. Kalau terus dibiarkan begini, bisa jadi tempat berkembangnya penyakit. Belum lagi kalau hujan turun, pasti makin parah baunya,” imbuh seorang petani, Riswan.   Baca juga: Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Selengkapnya »

Karang Taruna Cisarua Gelar SABA Desa di Leuwimalang: Wujudkan Lingkungan Bersih dan Sehat Lewat Aksi Gotong Royong

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Karang Taruna Kecamatan Cisarua terus menggelorakan semangat peduli lingkungan melalui program SABA Desa yang kembali digelar pada Minggu (13/4/2025) di Kampung Somvoi, RT 02/RW 02, Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.   Kegiatan ini melibatkan ratusan warga yang turun langsung membersihkan lingkungan sekitar, mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis, serta mendapatkan edukasi sampah. Tak hanya kerja bakti, suasana kekeluargaan juga terlihat saat warga menikmati kopi bersama dan mengikuti pembagian doorprize.   Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua, A. Ghaffer, menjelaskan bahwa SABA Desa merupakan upaya membangun kembali budaya gotong royong dan kepedulian terhadap isu lingkungan.   “Kegiatan ini bukan sekadar bersih-bersih, tetapi bagian dari upaya menanamkan kesadaran gotong royong dalam menjaga lingkungan. Kalau lingkungan bersih, masyarakat pun lebih sehat,” ujarnya.   Ia menambahkan bahwa program ini akan digelar secara bergilir di seluruh desa dan satu kelurahan di Kecamatan Cisarua hingga akhir 2025. Setelah sukses di Desa Cibeureum dan Leuwimalang, kegiatan akan berlanjut ke desa-desa berikutnya.   Camat Cisarua, Heri Risnandar, menyambut baik program ini. Ia menilai SABA Desa sangat relevan dengan posisi Cisarua sebagai kawasan wisata utama di Kabupaten Bogor.   “Kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama. Melalui gotong royong, kita bisa menjaga keindahan alam Cisarua sebagai destinasi wisata unggulan,” tuturnya.   Turut hadir, anggota DPRD Kabupaten Bogor dari Fraksi Gerindra, Nurunnisa Setiawan, yang juga merupakan warga asli Leuwimalang. Ia memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat, khususnya kalangan muda.   “Saya bangga dengan semangat pemuda, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Ini bukti nyata kolaborasi demi masa depan yang lebih bersih dan sehat,” katanya.   Sementara itu, Kepala Desa Leuwimalang, Bunyamin, mengungkapkan bahwa kegiatan semacam ini memperkuat kebiasaan baik yang sudah rutin dilakukan warganya.   “Kami di desa sering mengadakan bersih-bersih lingkungan dan sungai. Program ini menambah semangat warga. Kebersihan itu bagian dari iman, dan lingkungan bersih membawa berkah,” ujarnya.   Dengan dukungan dari pemuda, pemerintah desa, tokoh masyarakat, hingga wakil rakyat, SABA Desa di Leuwimalang menjadi contoh sinergi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan demi bumi yang lebih sehat.   Baca juga: Dua Pemuda Juntinyuat Dibekuk Polisi, Terlibat Curanmor di 6 Kecamatan Indramayu Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Polres Indramayu Klarifikasi Penanganan Kasus Dugaan Pencurian di Wilayah Hukum Polsek Cikedung

Selengkapnya »

Dua Pemuda Juntinyuat Dibekuk Polisi, Terlibat Curanmor di 6 Kecamatan Indramayu

LEFT-BACK.COM, INDRAMAYU – Aparat Kepolisian Resor (Polres) Indramayu berhasil mengungkap kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang telah berlangsung sejak tahun 2024. Dua orang tersangka berinisial AP (29) dan W (24) diringkus saat berada di Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, pada Rabu malam (8/4/2025).   Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo, menyampaikan bahwa keduanya menjalankan aksi kriminal di enam wilayah berbeda di Kabupaten Indramayu, yakni Sliyeg, Losarang, Lohbener, Jatibarang, Kertasemaya, dan Juntinyuat.   “Dimana pada hari Rabu (8/4/2025) 23:00 itu Polres Indramayu melalui Satreskrim bekerja sama dengan Polsek itu dapat mengamankan saudara AP (29) alamat Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu berperan sebagai pemetik ataupun eksekutor dan juga menjual, kemudian kedua saudara W (24) alamat Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, juga sebagai pemetik, eksekutor, maupun penjual,” jelas Kapolres, Jumat (11/4/2025).   Dalam operasi penangkapan tersebut, aparat juga menyita sejumlah barang bukti yang diduga hasil kejahatan, seperti sepeda motor dan handphone.   “Dari para pelaku kita mengamankan barang bukti berupa 1 unit sepeda motor listrik merk Polytron warna abu-abu, kemudian 1 unit sepeda motor Honda Vario 125 warna hitam, kemudian 2 unit handphone merk Vivo dan Xiaomi Redmi 5, kemudian 1 unit sepeda motor Honda Beat Street,” ujarnya.   Kapolres juga menjelaskan pola aksi yang digunakan pelaku, yaitu dengan metode berburu atau hunting di malam hari hingga pagi.   “Bahwa modus oper alih dari para pelaku yaitu melakukan hunting mulai malam hari hingga pagi hari ke rumah-rumah, ke kampung-kampung, setelah melihat adanya kendaraan motor yang terparkir di halaman, kemudian pelaku ini setelah kira-kira aman melakukan aksinya dia akan mencokel rumah tersebut kemudian mencari kuncinya, kemudian mengambil sepeda motor tersebut, pada saat bersamaan itu juga apabila dia mencokel menemukan barang seperti hp itu juga diambil oleh pelaku,” terangnya.   Saat ini, kedua tersangka telah ditahan di Mapolres Indramayu dan dikenai Pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.   “Pelaku dijerat dengan pasal 363 KUH Pidana dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara,” tandasnya.   Baca juga: 34 Santri Takhassus Terima Beasiswa dari BAZNAS Indramayu, Dukung Visi Daerah Religius Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu

Selengkapnya »

34 Santri Takhassus Terima Beasiswa dari BAZNAS Indramayu, Dukung Visi Daerah Religius

LEFT-BACK.COM, INDRAMAYU – Sebanyak 34 santri peserta program Takhassus mendapatkan beasiswa dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Indramayu. Penyerahan beasiswa dilaksanakan dalam kegiatan Halalbihalal yang berlangsung di Aula Ki Sidum, Setda Indramayu, pada Kamis (10/4/2025). Acara ini juga menjadi momentum evaluasi program dan persiapan penempatan santri baru ke berbagai pondok pesantren.   Kegiatan tersebut turut dihadiri Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Jajang Sudrajat, yang hadir mewakili Bupati Indramayu. Ia didampingi oleh Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Indramayu, Atang Riko Hasbudi. Hadir pula jajaran Komisioner BAZNAS Indramayu, para wali santri, dan mahasiswa penerima manfaat.   Ketua BAZNAS Kabupaten Indramayu, Aspuri, dalam laporannya menjelaskan bahwa sebanyak 34 santri telah diseleksi selama bulan Ramadan tahun ini.   “Tahun ini, kami telah menyeleksi 34 santri selama bulan Ramadan. Terdiri dari 19 santri Kitab Kuning, 13 santri Tahfidz, dan 2 santri Tilawah. Santri-santri ini akan kami tempatkan di pesantren sesuai kompetensinya masing-masing,” ungkapnya.   Aspuri juga menyebutkan bahwa seluruh biaya pendidikan santri berasal dari dana zakat, dengan masing-masing menerima bantuan sebesar Rp500.000 per bulan. Masa pemberian bantuan disesuaikan dengan jenis program: empat tahun untuk Kitab Kuning, tiga tahun untuk Tahfidz, dan dua tahun untuk Tilawah. Ia berharap, para santri dapat menjadi agen perubahan dalam bidang pendidikan agama serta mendukung visi Indramayu REANG (Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera).   Selain itu, BAZNAS Indramayu juga melanjutkan program “Indramayu Cerdas” yang menyasar kalangan mahasiswa dari berbagai desa. Hingga kini, sebanyak 22 mahasiswa telah menyelesaikan program tersebut. Untuk tahun 2025, BAZNAS kembali membuka seleksi beasiswa dengan durasi empat semester dan bantuan sebesar Rp3 juta per semester.   Dalam sambutannya, Jajang Sudrajat menyampaikan pesan Bupati Indramayu tentang pentingnya nilai religius dalam setiap aspek pembangunan.   “Visi REANG dimulai dari Religius sebagai dasar. Dengan agama yang kuat, program pemerintah akan berjalan dengan niat baik,” tegasnya.   Ia juga menekankan pentingnya pendidikan Al-Qur’an sejak usia dini, dengan harapan anak-anak minimal telah menuntaskan Iqro 6 sebelum melanjutkan ke jenjang SMP. Menurutnya, langkah ini menjadi bagian penting dalam membangun generasi yang religius dan berakhlak.   Acara ditutup dengan pelepasan secara simbolis terhadap santri Takhassus baru oleh Jajang Sudrajat. Pada sesi kesan dan pesan, perwakilan santri mengungkapkan rasa syukur dan tekad mereka dalam menjaga amanah dari BAZNAS.   “Bantuan ini bukan hanya soal dana, tetapi juga dukungan moral dan mental. Kami akan jaga amanah ini dan menjadi insan yang berguna bagi umat, bangsa, dan agama,” ungkap salah satu santri penerima manfaat.   Baca juga: Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Kapolres Indramayu Mutasi Jabatan Kapolsek Cikedung

Selengkapnya »

Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu

LEFT-BACK.COM, LOHBENER – Sebuah truk pengangkut sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Indramayu terekam melintas di Jalan DI Panjaitan, Kecamatan Lohbener, Kamis (10/4/2025), dengan kondisi muatan yang penuh sesak. Truk hanya ditutupi jaring hitam tipis, sehingga memicu kekhawatiran akan potensi bahaya bagi pengguna jalan lain.   Dalam dokumentasi foto yang beredar, tumpukan kantong sampah terlihat menjulang tinggi, sebagian menggantung di bagian belakang truk. Jaring yang digunakan pun tampak tidak menutup rapat seluruh sisi bak truk, menimbulkan risiko material jatuh saat kendaraan melaju.   “Memang ada jaringnya, tapi masih khawatir kalau sampai ada yang jatuh, apalagi kalau jalannya rusak atau ngerem mendadak,” ujar Rahmat (37), salah seorang warga Lohbener.   Penggunaan jaring sebenarnya merupakan bentuk pemenuhan standar pengamanan muatan. Namun jika tidak sesuai standar kekuatan dan cakupan, maka hal ini bisa membahayakan keselamatan pengendara lain. Di berbagai wilayah, truk pengangkut sampah dengan jaring seadanya masih sering ditemui.   “Harusnya ada pengawasan yang baik terkait kendaraan operasional, jangan seandainya, asal sampah diangkut. Kan enggak begitu, membahayakan keselamatan juga,” tambah Rahmat.   Baca juga: Kapolres Indramayu Mutasi Jabatan Kapolsek Cikedung Polres Indramayu Klarifikasi Penanganan Kasus Dugaan Pencurian di Wilayah Hukum Polsek Cikedung

Selengkapnya »

Kapolres Indramayu Mutasi Jabatan Kapolsek Cikedung

LEFT-BACK.COM, CIKEDUNG – Kepolisian Resor (Polres) Indramayu kembali melakukan penyegaran internal melalui upacara serah terima jabatan (sertijab) Kapolsek Cikedung, yang digelar pada Kamis pagi (10/3/2025) di Mako Polres Indramayu. Upacara ini dipimpin langsung oleh Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo.   Dalam rotasi tersebut, jabatan Kapolsek Cikedung secara resmi berpindah dari Iptu Sujana kepada Iptu Anang Purwanto. Sebelumnya, Iptu Anang menjabat sebagai Kaur Bin Ops Sat Intelkam Polres Indramayu.   Kasi Humas Polres Indramayu, Iptu Junata, menyampaikan pesan Kapolres bahwa mutasi jabatan merupakan bagian dari dinamika organisasi dan bentuk kepercayaan terhadap kompetensi personel.   “Dengan adanya rotasi ini, diharapkan setiap pejabat yang baru dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan terus meningkatkan pelayanan serta kinerja kepolisian,” uj ar Iptu Junata, Kamis (10/4/2025).     Ia menambahkan bahwa pejabat baru diharapkan mampu menjalankan tugas secara optimal serta mendukung seluruh program kerja Polres, khususnya dalam menjaga kondusivitas wilayah hukum Polsek Cikedung.   Upacara serah terima jabatan tersebut juga diikuti oleh Wakapolres Indramayu, pejabat utama Polres, dan para Kapolsek jajaran sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan terhadap proses regenerasi di tubuh kepolisian.   Baca juga: Polres Indramayu Klarifikasi Penanganan Kasus Dugaan Pencurian di Wilayah Hukum Polsek Cikedung Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Selengkapnya »

Polres Indramayu Klarifikasi Penanganan Kasus Dugaan Pencurian di Wilayah Hukum Polsek Cikedung

LEFT-BACK.COM, CIKEDUNG – Sejumlah warga Desa Amis, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, mendatangi Mapolsek Cikedung pada Rabu (9/4/2025) malam. Aksi ini merupakan bentuk desakan warga atas dugaan tindak pidana pencurian yang dinilai belum ditangani secara maksimal oleh aparat kepolisian.   Menanggapi hal tersebut, Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Indramayu, AKP Hillal Adi Imawan, memberikan penjelasan terkait proses penanganan perkara dugaan pencurian yang terjadi pada Senin (7/4/2025).   “Peristiwa itu terjadi pada Senin, 7 April 2025, di mana seorang laki-laki inisial S (27) diamankan warga usai diduga melakukan upaya pencurian,” ujar AKP Hillal.   Setelah diamankan oleh warga, terduga pelaku kemudian diserahkan ke Polsek Cikedung.   “Sesampainya di Polsek, kami mengundang pihak yang diduga menjadi korban. Namun setelah dimintai keterangan, yang bersangkutan tidak bersedia untuk menempuh proses hukum,” jelas AKP Hillal, didampingi Kasi Humas Polres Indramayu, Iptu Junata, kepada awak media, Kamis (10/4/2025).   Karena korban tidak bersedia melanjutkan ke jalur hukum, pihak kepolisian menyatakan bahwa korban membuat surat pernyataan yang ditandatangani sendiri. Selama 1×24 jam, S diamankan oleh kepolisian. Namun karena tidak adanya laporan resmi, status S ditetapkan sebagai wajib lapor.   Lebih lanjut, pihak Polsek Cikedung menerima berbagai informasi dari masyarakat yang menyebutkan bahwa S diduga terlibat dalam sejumlah kasus pencurian lainnya di wilayah Desa Amis.   “Kami menerima berbagai informasi masyarakat mengenai dugaan keterlibatan S dalam beberapa kejadian. Tapi sampai hari ini, belum ada laporan polisi yang dibuat oleh warga,” kata AKP Hillal.   Polres Indramayu saat ini masih melakukan pencarian terhadap S guna mendalami kemungkinan keterlibatan dalam tindak pidana lain yang meresahkan masyarakat.   “Kami terbuka dan siap menindaklanjuti setiap laporan warga. Tapi semua harus melalui proses hukum, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat,” pungkas AKP Hillal.

Selengkapnya »

Sisa Tiket Kereta Api Lebaran 2025 di Daop 3 Cirebon Masih Tersedia, Cek Rinciannya di Sini

LEFT-BACK, CIREBON – Menjelang berakhirnya masa Angkutan Lebaran 2025, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon menginformasikan bahwa masih tersedia ribuan tiket kereta api untuk berbagai rute populer. Masa angkutan Lebaran berlangsung selama 22 hari, mulai 21 Maret hingga 11 April 2025.   Selama periode tersebut, Daop 3 Cirebon menyediakan total 153.296 tempat duduk untuk keberangkatan kereta api dari wilayah Cirebon dengan tujuan Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Jember. Hingga Senin, 7 April 2025, sebanyak 137.067 tiket telah terjual, atau sekitar 89 persen dari total kuota yang disediakan.   Berikut adalah rincian sisa tiket yang masih tersedia hingga 11 April 2025:   KA 117 Gunungjati (Cirebon–Gambir): 791 tempat duduk   KA 118 Gunungjati (Gambir–Cirebon–Semarang Tawang): 1.292 tempat duduk   KA 119 Gunungjati (Semarang Tawang–Cirebon–Gambir): 165 tempat duduk   KA 121 Cakrabuana (Purwokerto–Cirebon–Gambir): 76 tempat duduk   KA 123 Cakrabuana (Cirebon–Gambir): 585 tempat duduk   KA 124 Cakrabuana (Gambir–Cirebon–Purwokerto): 1.515 tempat duduk     “Bagi masyarakat yang ingin melakukan perjalanan silaturahmi atau liburan dengan tujuan ke Semarang atau Purwokerto, dapat memanfaatkan KA Gunung Jati dan KA Cakrabuana yang ketersediaan tempat duduknya masih tersedia hingga tanggal 11 April 2025,” kata Muhibbuddin saat dikonfirmasi, Selasa (8/4/2025).   Masyarakat diimbau untuk segera memesan tiket sebelum kehabisan, mengingat tingginya minat penumpang di masa arus balik Lebaran. Tiket dapat dibeli melalui aplikasi KAI Access, website resmi KAI, dan berbagai mitra penjualan resmi lainnya.   Baca juga: Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu Totti vs Del Piero: Ketika Sepakbola Italia Menjadi Panggung Seni dan Perang Pandawa 1966 Rayakan Anniversary ke-11 di Taman Dayung, Tegaskan Komitmen Dukung Persindra

Selengkapnya »

Penanganan Sampah Buruk di Indramayu: TPS Jambak-Cikedung Kondisinya Tak Layak

LEFT-BACK.COM, CIKEDUNG – Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang terletak di Jalan Jambak-Cikedung, Desa Jambak, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, kini menjadi sorotan warga. Tumpukan sampah menggunung dan meluber hingga ke bahu jalan, memunculkan bau menyengat serta merusak pemandangan di tengah kawasan pertanian.   TPS tersebut awalnya berfungsi sebagai titik transit sampah sebelum diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA). Namun, kondisi terkini menunjukkan penumpukan sampah yang dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan, membuat lokasi tersebut terlihat seperti tempat pembuangan akhir.   “Kalau lewat sini harus tahan napas. Baunya menyengat, apalagi siang hari. Padahal ini jalan sering dilewati petani dan warga sekitar,” ujar Hadi (41), warga Cikedung yang biasa melintas menuju sawahnya.   Tumpukan sampah yang meluap dari kontainer besi hingga ke tanah sekitarnya tidak hanya menimbulkan bau, tetapi juga mengundang lalat dan potensi penyakit. Beberapa warga mengaku khawatir jika kondisi ini terus berlanjut tanpa tindakan dari pemerintah daerah.   “Ini jelas bikin resah. Sampahnya sampai ke jalan. Takut juga kalau sampai mencemari air tanah atau kebun kami,” kata Yayah, warga Desa Jambak.   TPS yang berada jauh dari permukiman memang tidak langsung berdampak pada rumah warga, namun keberadaannya sangat mengganggu mobilitas dan kenyamanan masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi tersebut.   Warga mendesak Pemerintah Kabupaten Indramayu, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), untuk segera mengambil langkah konkret. Mereka berharap jadwal pengangkutan sampah lebih rutin dan pengelolaan TPS dilakukan dengan lebih serius agar tidak menjadi sumber masalah lingkungan.   “Sampahnya cepat diangkut dong. Kalau terus dibiarkan begini, bisa jadi tempat berkembangnya penyakit. Belum lagi kalau hujan turun, pasti makin parah baunya,” imbuh seorang petani, Riswan.   Baca juga: Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Selengkapnya »

Karang Taruna Cisarua Gelar SABA Desa di Leuwimalang: Wujudkan Lingkungan Bersih dan Sehat Lewat Aksi Gotong Royong

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Karang Taruna Kecamatan Cisarua terus menggelorakan semangat peduli lingkungan melalui program SABA Desa yang kembali digelar pada Minggu (13/4/2025) di Kampung Somvoi, RT 02/RW 02, Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.   Kegiatan ini melibatkan ratusan warga yang turun langsung membersihkan lingkungan sekitar, mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis, serta mendapatkan edukasi sampah. Tak hanya kerja bakti, suasana kekeluargaan juga terlihat saat warga menikmati kopi bersama dan mengikuti pembagian doorprize.   Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua, A. Ghaffer, menjelaskan bahwa SABA Desa merupakan upaya membangun kembali budaya gotong royong dan kepedulian terhadap isu lingkungan.   “Kegiatan ini bukan sekadar bersih-bersih, tetapi bagian dari upaya menanamkan kesadaran gotong royong dalam menjaga lingkungan. Kalau lingkungan bersih, masyarakat pun lebih sehat,” ujarnya.   Ia menambahkan bahwa program ini akan digelar secara bergilir di seluruh desa dan satu kelurahan di Kecamatan Cisarua hingga akhir 2025. Setelah sukses di Desa Cibeureum dan Leuwimalang, kegiatan akan berlanjut ke desa-desa berikutnya.   Camat Cisarua, Heri Risnandar, menyambut baik program ini. Ia menilai SABA Desa sangat relevan dengan posisi Cisarua sebagai kawasan wisata utama di Kabupaten Bogor.   “Kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama. Melalui gotong royong, kita bisa menjaga keindahan alam Cisarua sebagai destinasi wisata unggulan,” tuturnya.   Turut hadir, anggota DPRD Kabupaten Bogor dari Fraksi Gerindra, Nurunnisa Setiawan, yang juga merupakan warga asli Leuwimalang. Ia memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang terlibat, khususnya kalangan muda.   “Saya bangga dengan semangat pemuda, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Ini bukti nyata kolaborasi demi masa depan yang lebih bersih dan sehat,” katanya.   Sementara itu, Kepala Desa Leuwimalang, Bunyamin, mengungkapkan bahwa kegiatan semacam ini memperkuat kebiasaan baik yang sudah rutin dilakukan warganya.   “Kami di desa sering mengadakan bersih-bersih lingkungan dan sungai. Program ini menambah semangat warga. Kebersihan itu bagian dari iman, dan lingkungan bersih membawa berkah,” ujarnya.   Dengan dukungan dari pemuda, pemerintah desa, tokoh masyarakat, hingga wakil rakyat, SABA Desa di Leuwimalang menjadi contoh sinergi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan demi bumi yang lebih sehat.   Baca juga: Dua Pemuda Juntinyuat Dibekuk Polisi, Terlibat Curanmor di 6 Kecamatan Indramayu Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Polres Indramayu Klarifikasi Penanganan Kasus Dugaan Pencurian di Wilayah Hukum Polsek Cikedung

Selengkapnya »

Dua Pemuda Juntinyuat Dibekuk Polisi, Terlibat Curanmor di 6 Kecamatan Indramayu

LEFT-BACK.COM, INDRAMAYU – Aparat Kepolisian Resor (Polres) Indramayu berhasil mengungkap kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang telah berlangsung sejak tahun 2024. Dua orang tersangka berinisial AP (29) dan W (24) diringkus saat berada di Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, pada Rabu malam (8/4/2025).   Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo, menyampaikan bahwa keduanya menjalankan aksi kriminal di enam wilayah berbeda di Kabupaten Indramayu, yakni Sliyeg, Losarang, Lohbener, Jatibarang, Kertasemaya, dan Juntinyuat.   “Dimana pada hari Rabu (8/4/2025) 23:00 itu Polres Indramayu melalui Satreskrim bekerja sama dengan Polsek itu dapat mengamankan saudara AP (29) alamat Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu berperan sebagai pemetik ataupun eksekutor dan juga menjual, kemudian kedua saudara W (24) alamat Desa Segeran Kidul, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, juga sebagai pemetik, eksekutor, maupun penjual,” jelas Kapolres, Jumat (11/4/2025).   Dalam operasi penangkapan tersebut, aparat juga menyita sejumlah barang bukti yang diduga hasil kejahatan, seperti sepeda motor dan handphone.   “Dari para pelaku kita mengamankan barang bukti berupa 1 unit sepeda motor listrik merk Polytron warna abu-abu, kemudian 1 unit sepeda motor Honda Vario 125 warna hitam, kemudian 2 unit handphone merk Vivo dan Xiaomi Redmi 5, kemudian 1 unit sepeda motor Honda Beat Street,” ujarnya.   Kapolres juga menjelaskan pola aksi yang digunakan pelaku, yaitu dengan metode berburu atau hunting di malam hari hingga pagi.   “Bahwa modus oper alih dari para pelaku yaitu melakukan hunting mulai malam hari hingga pagi hari ke rumah-rumah, ke kampung-kampung, setelah melihat adanya kendaraan motor yang terparkir di halaman, kemudian pelaku ini setelah kira-kira aman melakukan aksinya dia akan mencokel rumah tersebut kemudian mencari kuncinya, kemudian mengambil sepeda motor tersebut, pada saat bersamaan itu juga apabila dia mencokel menemukan barang seperti hp itu juga diambil oleh pelaku,” terangnya.   Saat ini, kedua tersangka telah ditahan di Mapolres Indramayu dan dikenai Pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.   “Pelaku dijerat dengan pasal 363 KUH Pidana dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara,” tandasnya.   Baca juga: 34 Santri Takhassus Terima Beasiswa dari BAZNAS Indramayu, Dukung Visi Daerah Religius Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu

Selengkapnya »

34 Santri Takhassus Terima Beasiswa dari BAZNAS Indramayu, Dukung Visi Daerah Religius

LEFT-BACK.COM, INDRAMAYU – Sebanyak 34 santri peserta program Takhassus mendapatkan beasiswa dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Indramayu. Penyerahan beasiswa dilaksanakan dalam kegiatan Halalbihalal yang berlangsung di Aula Ki Sidum, Setda Indramayu, pada Kamis (10/4/2025). Acara ini juga menjadi momentum evaluasi program dan persiapan penempatan santri baru ke berbagai pondok pesantren.   Kegiatan tersebut turut dihadiri Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Jajang Sudrajat, yang hadir mewakili Bupati Indramayu. Ia didampingi oleh Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Indramayu, Atang Riko Hasbudi. Hadir pula jajaran Komisioner BAZNAS Indramayu, para wali santri, dan mahasiswa penerima manfaat.   Ketua BAZNAS Kabupaten Indramayu, Aspuri, dalam laporannya menjelaskan bahwa sebanyak 34 santri telah diseleksi selama bulan Ramadan tahun ini.   “Tahun ini, kami telah menyeleksi 34 santri selama bulan Ramadan. Terdiri dari 19 santri Kitab Kuning, 13 santri Tahfidz, dan 2 santri Tilawah. Santri-santri ini akan kami tempatkan di pesantren sesuai kompetensinya masing-masing,” ungkapnya.   Aspuri juga menyebutkan bahwa seluruh biaya pendidikan santri berasal dari dana zakat, dengan masing-masing menerima bantuan sebesar Rp500.000 per bulan. Masa pemberian bantuan disesuaikan dengan jenis program: empat tahun untuk Kitab Kuning, tiga tahun untuk Tahfidz, dan dua tahun untuk Tilawah. Ia berharap, para santri dapat menjadi agen perubahan dalam bidang pendidikan agama serta mendukung visi Indramayu REANG (Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera).   Selain itu, BAZNAS Indramayu juga melanjutkan program “Indramayu Cerdas” yang menyasar kalangan mahasiswa dari berbagai desa. Hingga kini, sebanyak 22 mahasiswa telah menyelesaikan program tersebut. Untuk tahun 2025, BAZNAS kembali membuka seleksi beasiswa dengan durasi empat semester dan bantuan sebesar Rp3 juta per semester.   Dalam sambutannya, Jajang Sudrajat menyampaikan pesan Bupati Indramayu tentang pentingnya nilai religius dalam setiap aspek pembangunan.   “Visi REANG dimulai dari Religius sebagai dasar. Dengan agama yang kuat, program pemerintah akan berjalan dengan niat baik,” tegasnya.   Ia juga menekankan pentingnya pendidikan Al-Qur’an sejak usia dini, dengan harapan anak-anak minimal telah menuntaskan Iqro 6 sebelum melanjutkan ke jenjang SMP. Menurutnya, langkah ini menjadi bagian penting dalam membangun generasi yang religius dan berakhlak.   Acara ditutup dengan pelepasan secara simbolis terhadap santri Takhassus baru oleh Jajang Sudrajat. Pada sesi kesan dan pesan, perwakilan santri mengungkapkan rasa syukur dan tekad mereka dalam menjaga amanah dari BAZNAS.   “Bantuan ini bukan hanya soal dana, tetapi juga dukungan moral dan mental. Kami akan jaga amanah ini dan menjadi insan yang berguna bagi umat, bangsa, dan agama,” ungkap salah satu santri penerima manfaat.   Baca juga: Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Kapolres Indramayu Mutasi Jabatan Kapolsek Cikedung

Selengkapnya »

Travel

Suara Sipil

Persib: Warisan yang Tak Pernah Luntur di Hati Bobotoh

LEFT-BACK.COM – Hujan turun deras sore itu, membasahi tanah dan mengguyur ribuan Bobotoh yang memadati venue nonton bareng di Kodam III Siliwangi. Namun, semesta seolah tahu bahwa semangat ini tak akan padam. Anak-anak berlarian dengan penuh kegembiraan, para ayah berdiri tegak dengan sorot mata penuh harapan, para ibu menggenggam erat tangan anak-anak mereka, dan orang tua tetap duduk di barisan terdepan, seakan ingin memastikan bahwa gairah mendukung Persib tetap diwariskan.   Bukan sekadar pertandingan, bukan sekadar 90 menit di atas lapangan—ini tentang kebanggaan, tentang sebuah warisan yang mengalir dalam darah setiap Bobotoh. Meskipun kemenangan tak berpihak, hasil imbang 1-1 melawan Persija Jakarta tetap menjadi alasan bagi Bandung untuk bersyukur. Sebuah poin yang dicuri di laga sarat gengsi ini membuktikan bahwa Persib tetap bertarung, tetap berjuang, sebagaimana para suporternya yang tak pernah lelah memberi dukungan.   Sore itu, satu hal menjadi jelas: anggapan bahwa animo sepak bola di Bandung menurun adalah keliru. Persib bukan hanya klub sepak bola, lebih dari itu, Persib adalah budaya, identitas, dan kebanggaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagaimana hujan yang tak mampu membubarkan kerumunan Bobotoh sore itu, tak ada yang bisa meredupkan kecintaan terhadap Persib. Sebab, selama langit masih menaungi Bandung, selama hati masih berdenyut dalam dada Bobotoh, Persib akan selalu hidup—dan terus diwariskan.   Baca juga: Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya Tiago Rech: Suporter Tunggal yang Kini Menjadi Presiden Klub Santa Cruz Neymar Jr. Tepati Janji: Kembali ke Santos Setelah 12 Tahun di Eropa  

Baca Juga »

ATAS