Sepak Bola

Ragam

Totti vs Del Piero: Ketika Sepakbola Italia Menjadi Panggung Seni dan Perang

LEFT-BACK.COM – Sebelum dunia tersihir oleh dua kutub magnetik bernama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, Italia sudah lebih dulu punya sepasang bintang yang membelah hati jutaan tifosi: Francesco Totti dan Alessandro Del Piero. Jika Ronaldo dan Messi adalah dua poli kekuatan yang mendominasi globalisasi sepak bola modern, maka Totti dan Del Piero adalah simbol lokalitas yang membakar Serie A dalam romantisme rivalitas yang tak pernah usai.   Totti adalah gladiator sejati. Ia bukan sekadar kapten AS Roma—ia adalah jantung, napas, dan jiwa kota itu. Kesetiaannya pada satu panji menjadikannya lebih dari sekadar legenda—ia adalah mitos yang hidup. Umpan-umpannya tak hanya presisi, tapi punya visi seperti seorang kaisar yang mengatur pertempuran dari singgasananya. Totti tidak bermain untuk sekadar menang, ia bermain untuk menghidupkan Roma. Ia adalah panglima yang setia mati pada pasukannya.   Sementara itu, Del Piero adalah seniman lapangan hijau. Ia bukan prajurit, melainkan penyair yang menulis puisi dengan kaki kanannya. Tendangan bebasnya seperti lukisan da Vinci—penuh detail, harmoni, dan keindahan dari awal hingga akhir. Ia memimpin Juventus dengan elegansi. Bahkan saat klubnya jatuh ke Serie B, Del Piero tetap tinggal, bukan karena ia tak punya pilihan, tapi karena cinta tak butuh alasan.   Rivalitas mereka di Serie A adalah drama epik. Setiap akhir pekan, stadion berubah menjadi Colosseum modern, di mana para tifosi berperan sebagai chorus dalam tragedi Yunani yang terus berulang. Namun, justru ketika keduanya bersatu di timnas Italia, tensi menjadi paradoks. Siapa yang lebih pantas memakai nomor 10? Perdebatan itu seperti dua kaisar Italia yang saling berebut mahkota. Tapi Piala Dunia 2006 membuktikan: dua matahari bisa bersinar di langit yang sama.   Messi dan Ronaldo boleh menumpuk Ballon d’Or, tapi Totti dan Del Piero memberikan kita sesuatu yang tak bisa dihitung: jiwa. Rivalitas mereka bukan sekadar pertarungan, melainkan cermin dari identitas sepakbola Italia—penuh gairah, keindahan, dan drama. Mereka adalah warisan. Mereka adalah seni. Dan dalam sepakbola, itu jauh lebih abadi daripada sekadar gelar.   Baca juga: Bupati Indramayu Diduga Liburan ke Jepang Tanpa Izin, Wamendagri: Bisa Kena Sanksi Pemberhentian Sementara Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya

Selengkapnya »

Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI

LEFT-BACK.COM – Sepak bola, bagi banyak orang, hanyalah permainan. Namun, sejarah membuktikan bahwa sepak bola bisa menjadi panggung perlawanan politik. Dari Brasil hingga Uni Soviet, dari Spanyol hingga Argentina, para pesepakbola pernah berdiri melawan tirani, menyuarakan keadilan, dan menolak tunduk pada penguasa otoriter. Kini, ketika wacana tentang RUU TNI mencuat dan menimbulkan perdebatan mengenai potensi militerisme dalam kehidupan sipil, refleksi atas sejarah perlawanan dalam sepak bola menjadi relevan.   Socrates dan Democracia Corinthiana   Brasil di era 1980-an berada di bawah kediktatoran militer. Pemerintah mengekang kebebasan berpendapat, membatasi demokrasi, dan menekan berbagai elemen masyarakat. Di tengah situasi itu, muncul seorang pesepakbola bernama Socrates. Ia bukan hanya seorang playmaker berbakat, tetapi juga seorang intelektual dan aktivis yang percaya bahwa sepak bola bisa menjadi alat perubahan sosial.   Bersama rekan-rekannya di Corinthians, ia menggagas Democracia Corinthiana, sebuah sistem di mana keputusan klub dibuat secara demokratis oleh pemain dan staf, tanpa tekanan dari manajemen atau pemerintah. Socrates bahkan menggunakan popularitasnya untuk mendorong rakyat Brasil agar memilih demokrasi dalam referendum nasional. Baginya, sepak bola bukan hanya hiburan, melainkan juga medan perjuangan.   Oleg Kuznetsov dan Tekanan Uni Soviet   Di Eropa Timur, sepak bola juga pernah menjadi alat perlawanan terhadap rezim otoriter. Uni Soviet terkenal dengan kontrol ketatnya terhadap semua aspek kehidupan, termasuk olahraga. Para pemain harus patuh pada negara, bahkan banyak klub besar dimiliki oleh militer atau kepolisian. Namun, ada beberapa pemain yang berani berbicara.   Oleg Kuznetsov, bek tangguh Soviet, dikenal tidak hanya karena kemampuannya di lapangan, tetapi juga karena sikapnya yang enggan menjadi alat propaganda negara. Meski tidak melakukan perlawanan terbuka seperti Socrates, ia tetap menunjukkan sikap kritis terhadap kontrol pemerintah atas sepak bola dan kebebasan individu. Sikap semacam ini, dalam negara otoriter, adalah bentuk perlawanan yang berisiko.     Sepak Bola di Tengah Otoritarianisme   Sejarah mencatat banyak pemain yang menolak tunduk pada rezim diktator: dari Diego Maradona yang menentang kebijakan neoliberalisme hingga pemain Spanyol yang menolak Franco. Mereka membuktikan bahwa sepak bola lebih dari sekadar permainan. Ia bisa menjadi senjata melawan ketidakadilan.   Kini, di Indonesia, disahkannya RUU TNI kembali membuka perdebatan tentang peran militer dalam kehidupan sipil. Beberapa pihak khawatir bahwa kebijakan ini akan membuka jalan bagi kontrol yang lebih luas dari institusi bersenjata terhadap ranah publik. Dalam konteks ini, melihat kembali sejarah perlawanan dalam sepak bola menjadi penting.   Pertanyaannya, apakah sepak bola Indonesia juga bisa menjadi ruang perlawanan? Atau justru, seperti yang sering terjadi, ia akan dikooptasi oleh kekuasaan? Sejarah memberikan contoh bahwa sepak bola bisa menjadi alat perubahan. Tinggal bagaimana para pemain, pelatih, dan suporter memilih untuk bersikap.   Pada akhirnya, seperti kata Socrates, “Tanpa kebebasan, tidak ada sepak bola yang sesungguhnya.”   Baca juga: Gelombang Aksi Tolak Revisi UU TNI di Berbagai Kota Berujung Represi Aparat Misteri Pembunuhan JFK: Fakta Baru dari Ribuan Dokumen yang Dideklasifikasi Lebih dari Sekadar Angka: Persib 1933 dan Arti Sebuah Warisan  

Selengkapnya »

Potret Suram Gang Venus Tambora: Di Tengah Jakarta, Warga Hidup Tanpa Cahaya Matahari

LEFT-BACK.COM, JAKARTA – Di tengah gemerlap ibu kota, tepatnya di kawasan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, terdapat sebuah gang sempit bernama Gang Venus yang menyimpan kisah kehidupan warga yang selama puluhan tahun hidup tanpa cahaya matahari. Gang ini menjadi sorotan karena kondisi permukimannya yang ekstrem. Saking padatnya, sinar matahari nyaris tak pernah menyentuh tanah di gang tersebut. Rumah-rumah berdempetan, atap saling bertumpuk, disambung triplek, kabel listrik semrawut, hingga pecahan asbes menutupi jalur langit. Bahkan, jemuran warga yang menggantung di atas kepala membuat gang ini seperti tak pernah siang. “Kondisinya sudah begini dari dulu. Gelap, lembap, tapi sudah biasa buat kami,” kata Tuti, Ketua RT 01 RW 03 Jembatan Besi, seperti dikutip pada laman Good news from Indonesia, Selasa (27/5/2025). Tuti bukan warga baru. Ia sudah 45 tahun tinggal di lingkungan gelap ini. Menurutnya, ada lima gang di wilayah RT-nya, dan tiga di antaranya tidak tersentuh sinar matahari langsung. “Dari lima gang, memang tidak semua segelap ini, tapi ada bagian-bagian yang sejak dulu gelap gulita. Jumlah bangunannya ada sekitar 60 rumah, sebagian dikontrakkan,” jelasnya. Rp300 Ribu Per Bulan, Hidup di Gang Gelap Ibu Kota Rumah-rumah di Gang Venus kebanyakan semi permanen. Banyak pula yang dikontrakkan dengan harga murah, sekitar Rp300 ribu per bulan. Para penghuni umumnya adalah generasi kedua atau ketiga dari keluarga yang pertama kali tinggal di wilayah ini. “Banyak yang nerusin rumah orang tua. Kalau di atas biasanya disewakan. Kadang-kadang satu rumah bisa ditinggali dua sampai tiga keluarga,” ujar Tuti. Akses ke Gang Venus sendiri cukup dekat dari Stasiun Duri, hanya sekitar lima menit berjalan kaki. Tapi meski berada di jantung kota, kawasan ini jauh dari kata ideal secara tata ruang. Minim Sinar Matahari, Tapi Warga Bertahan Meski tinggal di tempat yang minim cahaya, warga tetap bertahan. Salah satunya adalah Martiah, warga yang sudah tinggal di Gang Venus sejak tahun 1970-an. Kini ia hidup bersama anak, cucu, dan tetangganya yang dianggap sudah seperti saudara sendiri. “Udah nyaman di sini, udah kayak asli sini. Mau ke mana lagi? Saudara dekat, tetangga baik-baik, ya udah,” ujarnya. Martiah menegaskan bahwa rasa kebersamaan dan keterikatan antarwarga membuatnya sulit berpindah ke tempat lain, meskipun kondisi tempat tinggalnya tidak ideal. Minim Cahaya, Tapi Bukan Sarang Penyakit Meski hidup dalam kondisi gelap dan lembap, Tuti mengatakan warganya jarang terserang penyakit serius. Ia menegaskan bahwa infrastruktur dasar seperti air bersih dan listrik masih berjalan dengan baik. “Alhamdulillah, enggak ada penyakit aneh-aneh. Paling batuk pilek biasa. Air juga lancar, kebanyakan dari PAM, kadang juga ambil di musala,” tuturnya. Potret Ketimpangan Perkotaan Gang Venus menjadi potret kecil dari ketimpangan pembangunan kota metropolitan. Di satu sisi, Jakarta terus membangun gedung-gedung pencakar langit, namun di sisi lain, masih ada warga yang hidup tanpa sinar matahari. Ruang hidup yang layak tampaknya masih menjadi kemewahan bagi sebagian warga kota. Kisah Gang Venus seolah menjadi pengingat bahwa pembangunan kota tak hanya soal beton dan cahaya gemerlap, tapi juga tentang menghadirkan ruang yang manusiawi bagi semua penghuninya—termasuk mereka yang tinggal di lorong-lorong gelap Jakarta. Baca juga: Misteri Pembunuhan JFK: Fakta Baru dari Ribuan Dokumen yang Dideklasifikasi Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu

Selengkapnya »

Mengapa 17 Mei Diperingati Sebagai Hari Buku Nasional? Berikut Tujuan dan Sejarahnya

LEFT-BACK.COM – Hari Buku Nasional (Harbuknas) diperingati setiap 17 Mei, bertujuan untuk meningkatkan rasa pentingnya budaya literasi khususnya dalam hal membaca. Peringatan ini diresmikan pada 2002 sebagai respon terhadap rendahnya minat baca dan melek huruf di Indonesia. Peringatan pada 17 Mei juga bukan tanpa alasan. Tanggal ini bertepatan dengan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 1980, sekaligus ulang tahun Ikatan Penerbit Indonesia yang lahir pada 1950. Sejarah dan Latar Belakang Harbuknas Dilansir dari laman Kemendikbud Ristek dan Detik.com, gagasan untuk mencanangkan Hari Buku Nasional awalnya datang dari Abdul Malik Fadjar, Menteri Pendidikan Nasional pada masa Kabinet Gotong Royong. Ia menaruh perhatian serius pada rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Berangkat dari data UNESCO tahun 2002, tingkat literasi penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas baru mencapai 87,9%. Angka ini masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (88,7%), Vietnam (90,3%), dan Thailand (92,6%). Di sisi lain, jumlah buku yang diterbitkan tiap tahun juga masih sedikit, hanya sekitar 18 ribu judul. Bandingkan dengan Jepang yang mencetak 40 ribu buku per tahun, atau Tiongkok yang mencapai 140 ribu judul. Melihat kondisi tersebut, Abdul Malik Fadjar merasa perlu menghidupkan kembali semangat membaca di tengah masyarakat. Ia menyadari bahwa meskipun teknologi komunikasi terus berkembang, buku tetap menjadi jendela penting untuk memahami dunia. Dari situlah, Harbuknas lahir sebagai ajakan nasional untuk memperkuat budaya baca. Baca juga: Merayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer: Membaca Kembali Sejarah yang Pernah Dibungkam Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Selengkapnya »

News

Muhamad Rizal Terpilih Aklamasi di MWKT 2025 Desa Cilember, Fokus Bangun SDM dan Potensi Wisata

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT) Desa Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, resmi digelar pada Senin, 26 Mei 2025, bertempat di Aula Hotel Bayak, Desa Cilember. Kegiatan ini mengangkat tema “Menuju Generasi Penerus Bangsa dan Mandiri” serta mengusung semangat dengan tagline #CilemberBersinar #KolaborasiAksiPrestasi #CisaruaMenyala. Dalam forum musyawarah tersebut, Muhamad Rizal terpilih sebagai Ketua Karang Taruna Desa Cilember secara aklamasi. Rizal yang berasal dari unsur kepemudaan desa, mengusung misi utama untuk meningkatkan kapasitas pemuda di bidang sosial, ekonomi, dan pengembangan pariwisata lokal. “Prioritas saya adalah pemberdayaan SDM generasi muda, khususnya di ranah sosial dan pekerjaan. Saya juga berkomitmen untuk memperkuat sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas pemuda serta mendukung akses wisata yang ada di Cilember,” ujar Rizal. Kepala Desa Cilember, Suhendi Hovenier, mengungkapkan rasa bangga dan harapannya terhadap kepemimpinan baru Karang Taruna. Ia optimistis organisasi kepemudaan ini dapat tumbuh menjadi kekuatan pembangunan masyarakat desa. “Saya bangga dan sangat antusias melihat semangat Karang Taruna. Ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara lembaga dan masyarakat mampu mendorong kemajuan. Kami berharap Karang Taruna menjadi garda terdepan dalam peningkatan kualitas SDM warga,” tutur Suhendi. Ia juga menekankan pentingnya pelibatan seluruh elemen desa, termasuk 4 RW dan 20 RT, agar semangat kebersamaan bisa terus terjaga. Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua, A. Ghaffer, menambahkan bahwa proses pemilihan telah melalui tahapan penjaringan yang terbuka dan selektif. Dari empat kandidat yang dijaring dari seluruh RW dan RT, satu tidak memenuhi syarat usia. Dua lainnya memilih mundur karena masih menempuh pendidikan. “Akhirnya, hanya satu calon yang siap maju dan dipilih secara aklamasi. Ini menunjukkan komitmen regenerasi di tubuh Karang Taruna, sekaligus dorongan agar pemuda desa aktif mengambil peran strategis,” jelas Ghaffer. MWKT Desa Cilember 2025 diharapkan menjadi titik awal bagi pemuda desa untuk lebih berdaya, berkarya, dan berkontribusi nyata dalam pembangunan desa berbasis potensi lokal. Baca juga:  Potret Suram Gang Venus Tambora: Di Tengah Jakarta, Warga Hidup Tanpa Cahaya Matahari Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata

Selengkapnya »

Pemdes Megamendung dan Warga Kampung Gunung Dua Perindah Lingkungan Lewat Pembangunan Bak Sampah Baru

LEFT-BACK.COM – Upaya menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan terus digencarkan oleh Pemerintah Desa Megamendung bersama warga Kampung Gunung Dua RT 01 RW 03, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Salah satu langkah nyata dilakukan dengan membangun bak penampungan sampah baru secara bergotong royong pada Jumat (16/5/2025). Pembangunan fasilitas ini didanai melalui Dana Desa (APBN) Tahun 2025 senilai Rp12.811.500,-, dengan ukuran tinggi 3 meter, panjang 1,5 meter, dan lebar 1,5 meter. Selain sebagai solusi atas kapasitas bak sampah lama yang sudah tidak memadai, pembangunan ini juga menjadi bagian dari upaya memperbaiki tata kelola lingkungan. Ketua RT 01 RW 03, Feri Lasut, menyampaikan bahwa program ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih, tertata, dan indah. “Alhamdulillah, semua dilakukan secara gotong royong. Terima kasih kepada Pemdes Megamendung yang sudah mendukung penuh. Kami ingin kawasan ini terlihat lebih rapi dan nyaman,” ujar Feri. Musyawarah antara warga dan pemerintah desa sebelumnya digelar untuk menentukan lokasi strategis pembangunan. Tak hanya untuk warga setempat, sistem pengelolaan sampah juga dirancang terbuka bagi warga luar yang ingin berpartisipasi dengan tertib. Sebagai bagian dari inovasi lingkungan, warga dan pengurus RT juga membuat taman kecil di sekitar bak sampah, menambahkan nuansa hijau di tengah kawasan pemukiman. “InsyaAllah, ini langkah awal. Kami akan terus berupaya menghadirkan program-program lain yang mendukung kebersihan dan keindahan lingkungan RT 01 RW 03,” pungkas Feri. Baca juga: Tinjau Banjir di Simpang Tiga Taman Safari, Staf Ahli Bupati Bogor Janji Perbaiki Drainase Cisarua Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata

Selengkapnya »

Tinjau Banjir di Simpang Tiga Taman Safari, Staf Ahli Bupati Bogor Janji Perbaiki Drainase Cisarua

LEFT-BACK.COM – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Staf Ahli Bupati, Deni Humaedi, meninjau langsung lokasi banjir yang kerap terjadi di kawasan Simpang Tiga Taman Safari, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Jumat (16/5/2025). Kunjungan ini merupakan tindak lanjut atas laporan masyarakat mengenai genangan air yang kerap mengganggu aktivitas warga dan lalu lintas di jalur wisata Puncak tersebut. Dalam peninjauan tersebut, Deni didampingi Camat Cisarua, Heri Risnandar, serta sejumlah pejabat kecamatan. Ia menegaskan bahwa permasalahan banjir lokal di kawasan itu perlu penanganan serius dan koordinasi lintas sektor agar tidak menjadi persoalan berulang, terutama saat musim hujan. “Permasalahan genangan air seperti ini membutuhkan kerja sama lintas sektor agar solusi yang diambil benar-benar bersifat jangka panjang dan menyeluruh,” ujar Deni. Sementara itu, Camat Cisarua Heri Risnandar menjelaskan bahwa pihaknya telah beberapa kali melakukan penanganan sementara seperti pembersihan saluran air. Namun, langkah tersebut dinilai belum cukup karena akar persoalan berada pada sistem drainase yang tersumbat serta volume air hujan yang melebihi kapasitas tampung. “Kami sudah berupaya melakukan pembersihan secara berkala, tapi diperlukan pembenahan infrastruktur secara komprehensif agar genangan tidak terus terulang,” jelas Heri. Ia pun berharap dengan hadirnya pihak pemerintah kabupaten di lapangan, solusi permanen seperti perbaikan drainase dan pengelolaan air hujan yang lebih efisien dapat segera direalisasikan. Deni menyatakan bahwa Pemkab Bogor berkomitmen untuk segera menindaklanjuti hasil peninjauan dengan tindakan konkret. Perbaikan sistem drainase di kawasan tersebut menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan kenyamanan masyarakat dan wisatawan. Penanganan genangan air di jalur strategis menuju kawasan wisata Taman Safari Indonesia ini juga merupakan bagian dari percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah Puncak, sebagai salah satu destinasi unggulan Kabupaten Bogor. Baca juga: Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata Merayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer: Membaca Kembali Sejarah yang Pernah Dibungkam

Selengkapnya »

Pencegahan Stunting di Desa Tugu Selatan: Rembug 2025 Jadi Langkah Strategis

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Pemerintah Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, menggelar kegiatan Rembug Stunting Tahun 2025 sebagai langkah strategis dalam menekan angka stunting dan mencegah gagal tumbuh kembang anak di wilayah desa. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Wisma Kementerian Agama RI, Tugu Selatan, Rabu (14/5/2025). Rembug ini menjadi forum koordinasi lintas sektor yang melibatkan Kepala Desa Tugu Selatan, Camat Cisarua, Ketua BPD, para kader Posyandu, kepala dusun, paguyuban RT/RW, LPM, serta stakeholder lainnya. Fokus utama dalam kegiatan ini adalah memperkuat pemahaman teknis, pendataan gizi balita, serta sinergi program penanganan stunting berbasis desa. Kepala Desa Tugu Selatan, M. Eko Windiana, menyampaikan bahwa penanggulangan stunting merupakan program prioritas nasional yang harus dilaksanakan secara partisipatif. “Penanganan stunting menjadi kewajiban kita bersama. Dana Desa telah dialokasikan untuk mendukung program ini, dan melalui forum ini kita ingin menguatkan peran kader posyandu, RT/RW, hingga kepala dusun agar aktif mengajak masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan dasar,” ujarnya. Sebanyak 20 posyandu yang ada di Desa Tugu Selatan turut mengirimkan perwakilan lengkap dari unsur ketua, sekretaris, dan bendahara. Para peserta mendapatkan materi teknis dari R. Lulu Nurul Haliah, ahli gizi dari Puskesmas Cisarua, serta Yeni Rohmaeni dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Dalam pemaparannya, R. Lulu menjelaskan pentingnya digitalisasi data gizi anak melalui aplikasi Si Gizi Terpadu berbasis EPPGBM. “Dengan aplikasi ini, semua data balita dimasukkan secara real time, sehingga memudahkan Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah dalam memantau kondisi gizi anak secara akurat dan menyeluruh,” ungkapnya. Ketua BPD Tugu Selatan, M. Agus Fathoni, menambahkan bahwa pendekatan pencegahan stunting harus dimulai dari tingkat lingkungan melalui musyawarah bersama pengurus wilayah. “Anggaran untuk penanganan stunting sudah tercantum dalam RKPDes dan kami pastikan pengawasannya sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan,” katanya. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen Pemerintah Desa Tugu Selatan dalam mewujudkan generasi sehat dan bebas stunting melalui pendekatan pencegahan, edukasi, serta penguatan sistem pendataan dan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat. Baca juga: Totti vs Del Piero: Ketika Sepakbola Italia Menjadi Panggung Seni dan Perang Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI

Selengkapnya »

Pelajaran Coding dan AI Diterapkan 2025, Disdik Indramayu: Kami Sudah Siap

LEFT-BACK.COM, INDRAMAYU – Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengumumkan bahwa mata pelajaran coding dan artificial intelligence (AI) akan mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2025/2026. Kedua mata pelajaran baru ini akan diberikan mulai dari kelas 5 Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Merespons kebijakan nasional tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Caridin, menyatakan bahwa pihaknya siap mengikuti arahan dari Kementerian Pendidikan. Ia menyebut, meskipun masih terdapat sejumlah wilayah yang terkendala akses internet, secara umum pendidikan di Indramayu telah melakukan berbagai persiapan. Baca juga: Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf “Untuk penerapan pembelajaran coding ini Insya Allah kami terus menyesuaikan, ada beberapa mungkin ada beberapa daerah yang blank spot tapi tidak perlu banyak untuk Indramayu itu sebenarnya tidak masalah, karena kami sudah belajar dari pengalaman covid kemarin,” ujarnya, Jumat (9/5/2025). Caridin menambahkan, kesiapan tersebut merupakan hasil dari pengalaman selama pandemi COVID-19, saat pembelajaran berbasis daring telah diimplementasikan secara luas di Indramayu. Baca juga: Mengkritisi Pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPST) di Kabupaten Indramayu Lebih lanjut, ia juga memastikan bahwa tidak hanya infrastruktur dan teknologi yang disiapkan, tetapi juga kesiapan administratif dan sumber daya manusia, terutama guru, telah dilakukan. “Insyaallah untuk kurikulum baru di kami siap mengimplementasikan, (tenaga dan lainnya) sudah kami siapkan,” tandasnya.

Selengkapnya »

Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Karang Taruna Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, memulai langkah strategis menyongsong tahun 2025 dengan menggelar Rapat Kerja (Raker) di kawasan wisata Melrimba Garden, Desa Tugu Utara, Jumat (2/5/2025). Kegiatan ini mengusung tema “Ciptakan Budaya Kolaborasi untuk Aksi Menuju Prestasi yang Gemilang”, sebagai komitmen memperkuat peran pemuda dalam pembangunan sosial. Raker dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti Kasi Trantib Kecamatan Cisarua Komarudin yang mewakili Camat, Kepala Desa Tugu Selatan sekaligus Ketua Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT), Kepala Desa Citeko selaku Ketua Apdesi Kecamatan Cisarua, dan Ketua Karang Taruna Kabupaten Bogor, Heri Gunawan. Dalam sambutannya, Heri Gunawan menegaskan komitmen dukungan dari tingkat kabupaten untuk penguatan Karang Taruna kecamatan. Ia menyampaikan bahwa anggaran sebesar Rp30 juta per tahun telah disiapkan untuk mendukung berbagai kegiatan pemuda, seperti pelatihan, pemberdayaan ekonomi, dan program sosial. “Kami juga mendorong regenerasi kader dan penguatan kapasitas melalui pelatihan serta kolaborasi dengan berbagai pihak. Penyaluran dana dilakukan melalui mekanisme proposal dan wajib dilaporkan secara berkala,” terang Heri. Sementara itu, Komarudin mengajak Karang Taruna Cisarua untuk menjadi teladan kepemudaan yang aktif dan solutif. “Dengan semangat Cisarua Juara, saya berharap Karang Taruna di sini bisa menjadi penggerak utama berbagai kegiatan positif di wilayah kita,” tegasnya. Ketua MPKT sekaligus Kepala Desa Tugu Selatan, Eko Windiana, juga menilai bahwa Raker merupakan momentum penting membangun sinergi dan nilai gotong royong dalam aksi nyata Karang Taruna. “Apalagi Ketua Karang Taruna Kabupaten saat ini juga merupakan anggota dewan. Ini harus menjadi motivasi tambahan untuk memperluas dampak sosial Karang Taruna,” ungkapnya. Ia menekankan perlunya sinergi berkelanjutan antara Karang Taruna, pemerintah desa, kecamatan, dan para pemangku kepentingan agar program-program yang dijalankan tepat sasaran. Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua, A. Ghaffer, menjelaskan bahwa Raker akan merumuskan sepuluh bidang program kerja prioritas, yaitu: 1. Pendidikan, pelatihan, dan SDM 2. Usaha ekonomi produktif dan kreatif 3. Usaha kesejahteraan sosial 4. Lingkungan hidup dan kepariwisataan 5. Humas dan kerja sama antar lembaga 6. Pemberdayaan wanita dan pemudi 7. Informasi, komunikasi, dan publikasi 8. Olahraga, seni, dan kebudayaan 9. Pembinaan mental dan spiritual 10. Penanggulangan bencana dan keamanan “Dari 10 bidang ini, kami akan menentukan skala prioritas sesuai kebutuhan masyarakat dan sinkron dengan program pemerintah daerah. Nantinya, program ini akan diterapkan hingga ke tingkat desa,” jelas Ghaffer. Ia menekankan bahwa sinergi antara Karang Taruna, kepala desa, dan instansi terkait sangat penting demi keberhasilan implementasi program kerja yang telah disusun. Melalui Raker ini, Karang Taruna Kecamatan Cisarua meneguhkan komitmen untuk bergerak responsif terhadap kebutuhan masyarakat, membangun kolaborasi lintas sektor, dan memperkuat gerakan kepemudaan yang berdampak nyata menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Baca juga: Karang Taruna Cisarua Gelar SABA Desa di Leuwimalang: Wujudkan Lingkungan Bersih dan Sehat Lewat Aksi Gotong Royong Polres Indramayu Bongkar Pabrik Rumahan Tembakau Sintetis di Haurgeulis, Tiga Pemuda Ditangkap

Selengkapnya »

Lampu Jalan Mati di Ruas Kangampel–Jatibarang, Warga Minta Pemerintah Bertindak

LEFT-BACK.COM, KARANGAMPEL – Kerusakan penerangan jalan umum (PJU) di sepanjang ruas jalan Kangampel–Jatibarang, tepatnya di Blok Bucere, Desa Mundu, Kecamatan Mundu, Kabupaten Indramayu, memicu keluhan dari warga setempat. Mereka menilai pemerintah lamban dalam merespons kondisi yang sudah lama membahayakan pengguna jalan, terutama saat malam hari. “Banyak kecelakaan terjadi belakangan ini, mungkin karena jalan yang berliku dan lampu PJU yang tidak berfungsi. Kebanyakan korbannya mengalami kecelakaan tunggal,” ungkap Kardani, warga setempat, Kamis (1/4/2025). Hasil pantauan di lapangan menunjukkan beberapa titik yang rawan kecelakaan, termasuk di depan sekolah dan kantor PLN Mundu, berada dalam kondisi gelap karena lampu jalan tidak menyala. Beberapa tiang PJU bahkan sudah terpasang, namun tidak difungsikan, sehingga tidak memberikan manfaat bagi pengguna jalan. “Sudah lama lampu jalan di sekitar sini mati. Di depan PLN itu malah sudah bertahun-tahun dibiarkan begitu saja. Padahal jalannya besar dan berkelok, sangat berbahaya kalau dilalui malam hari tanpa pencahayaan,” tambahnya. Selain risiko kecelakaan, warga juga mengeluhkan meningkatnya potensi gangguan keamanan. Kardani menyebut lokasi yang minim penerangan sering dimanfaatkan untuk kegiatan tawuran, terutama pada malam Minggu, karena suasana jalanan yang gelap dan sepi. “Kalau malam Minggu, sering dijadikan tempat tawuran. Jalan gelap dan sepi, jadi rawan. Kami berharap pemerintah segera memperbaiki PJU agar bisa digunakan sebagaimana mestinya,” ujarnya. Sebagai bentuk kepedulian sekaligus sindiran, warga memasang papan peringatan bertuliskan “Jalan Gelap Rawan Laka Lantas! #WaniBeberes” di salah satu tiang lampu jalan yang tidak berfungsi. Aksi tersebut menjadi simbol desakan kepada pemerintah agar segera mengambil langkah konkret demi keselamatan bersama. Baca juga: DREAMERS Rilis Album Perdana “Bersamamu”, Gaet Jutaan Penonton dan Ajak Para Pemimpi Ramaikan Musik Indonesia Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf Kesepian: Pengalaman Hakiki yang Melekat pada Kehidupan Manusia

Selengkapnya »

DREAMERS Rilis Album Perdana “Bersamamu”, Gaet Jutaan Penonton dan Ajak Para Pemimpi Ramaikan Musik Indonesia

LEFT-BACK.COM, BOGOR – Band indie asal Bogor, DREAMERS, resmi merilis album perdana bertajuk “Bersamamu” melalui platform digital dan media sosial. Dirilis secara independen, album ini langsung mencuri perhatian publik dengan mencatat jangkauan lebih dari 2,1 juta penonton dalam 10 hari pertama peluncurannya. Album “Bersamamu” merupakan wujud nyata mimpi para personel DREAMERS untuk menembus industri musik Tanah Air. Tak ada inspirasi spesifik dalam penciptaannya, namun semangat kebersamaan menjadi benang merah seluruh lagu yang disusun secara kolaboratif. “Kami ini para pemimpi yang ingin bermimpi bersama. Album ini adalah bukti bahwa mimpi bisa diraih,” ujar Lisna Gina, vokalis DREAMERS. Rabu, 30 April 2025. Band yang digawangi oleh Lisna Gina (vokal), Iwan Nawi (gitar), Gie (gitar), Uwil (drum), dan Iqbal (bass) ini membangun seluruh proses kreatif secara independen dari basecamp mereka di Bogor. Meski proses penulisan lagu berjalan lancar, tantangan teknis seperti jadwal yang padat dan ide-ide baru pasca rekaman sempat memperpanjang waktu produksi. Mengusung konsep kebersamaan, DREAMERS mempersembahkan album ini untuk para penggemar yang mereka sebut “Para Pemimpi.” Lagu-lagu dalam “Bersamamu” disusun dengan aransemen yang ringan dan lirik yang menyentuh, agar bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Satu single andalan dari album ini telah lebih dulu dirilis dan mendapatkan respons positif. Di media sosial, DREAMERS mencatatkan 681 penayangan video, 81 subscriber baru, dan 76 tanda suka dalam waktu singkat. “Semua orang aktif di media sosial. Jadi penting untuk promosi. Tapi kami juga rencanakan tur promo ke berbagai kota di Indonesia,” ujar Iwan Nawi. Meski belum menghadirkan kolaborasi dalam album debut ini, DREAMERS mengungkap sedang menjajaki kerja sama dengan musisi ternama dan mempersiapkan tur promosi ke berbagai kota. “Kami ingin terus melangkah. Mimpi kami belum selesai. Album ini adalah awal,” tutup Lisna Gina dengan penuh optimisme. Baca juga: Kesepian: Pengalaman Hakiki yang Melekat pada Kehidupan Manusia Perjalanan Hidup Sang Legenda: John Lennon, Gugur Tragis di Tangan Penggemar Fanatik

Selengkapnya »

Muhamad Rizal Terpilih Aklamasi di MWKT 2025 Desa Cilember, Fokus Bangun SDM dan Potensi Wisata

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT) Desa Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, resmi digelar pada Senin, 26 Mei 2025, bertempat di Aula Hotel Bayak, Desa Cilember. Kegiatan ini mengangkat tema “Menuju Generasi Penerus Bangsa dan Mandiri” serta mengusung semangat dengan tagline #CilemberBersinar #KolaborasiAksiPrestasi #CisaruaMenyala. Dalam forum musyawarah tersebut, Muhamad Rizal terpilih sebagai Ketua Karang Taruna Desa Cilember secara aklamasi. Rizal yang berasal dari unsur kepemudaan desa, mengusung misi utama untuk meningkatkan kapasitas pemuda di bidang sosial, ekonomi, dan pengembangan pariwisata lokal. “Prioritas saya adalah pemberdayaan SDM generasi muda, khususnya di ranah sosial dan pekerjaan. Saya juga berkomitmen untuk memperkuat sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas pemuda serta mendukung akses wisata yang ada di Cilember,” ujar Rizal. Kepala Desa Cilember, Suhendi Hovenier, mengungkapkan rasa bangga dan harapannya terhadap kepemimpinan baru Karang Taruna. Ia optimistis organisasi kepemudaan ini dapat tumbuh menjadi kekuatan pembangunan masyarakat desa. “Saya bangga dan sangat antusias melihat semangat Karang Taruna. Ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara lembaga dan masyarakat mampu mendorong kemajuan. Kami berharap Karang Taruna menjadi garda terdepan dalam peningkatan kualitas SDM warga,” tutur Suhendi. Ia juga menekankan pentingnya pelibatan seluruh elemen desa, termasuk 4 RW dan 20 RT, agar semangat kebersamaan bisa terus terjaga. Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua, A. Ghaffer, menambahkan bahwa proses pemilihan telah melalui tahapan penjaringan yang terbuka dan selektif. Dari empat kandidat yang dijaring dari seluruh RW dan RT, satu tidak memenuhi syarat usia. Dua lainnya memilih mundur karena masih menempuh pendidikan. “Akhirnya, hanya satu calon yang siap maju dan dipilih secara aklamasi. Ini menunjukkan komitmen regenerasi di tubuh Karang Taruna, sekaligus dorongan agar pemuda desa aktif mengambil peran strategis,” jelas Ghaffer. MWKT Desa Cilember 2025 diharapkan menjadi titik awal bagi pemuda desa untuk lebih berdaya, berkarya, dan berkontribusi nyata dalam pembangunan desa berbasis potensi lokal. Baca juga:  Potret Suram Gang Venus Tambora: Di Tengah Jakarta, Warga Hidup Tanpa Cahaya Matahari Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata

Selengkapnya »

Pemdes Megamendung dan Warga Kampung Gunung Dua Perindah Lingkungan Lewat Pembangunan Bak Sampah Baru

LEFT-BACK.COM – Upaya menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan terus digencarkan oleh Pemerintah Desa Megamendung bersama warga Kampung Gunung Dua RT 01 RW 03, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Salah satu langkah nyata dilakukan dengan membangun bak penampungan sampah baru secara bergotong royong pada Jumat (16/5/2025). Pembangunan fasilitas ini didanai melalui Dana Desa (APBN) Tahun 2025 senilai Rp12.811.500,-, dengan ukuran tinggi 3 meter, panjang 1,5 meter, dan lebar 1,5 meter. Selain sebagai solusi atas kapasitas bak sampah lama yang sudah tidak memadai, pembangunan ini juga menjadi bagian dari upaya memperbaiki tata kelola lingkungan. Ketua RT 01 RW 03, Feri Lasut, menyampaikan bahwa program ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih, tertata, dan indah. “Alhamdulillah, semua dilakukan secara gotong royong. Terima kasih kepada Pemdes Megamendung yang sudah mendukung penuh. Kami ingin kawasan ini terlihat lebih rapi dan nyaman,” ujar Feri. Musyawarah antara warga dan pemerintah desa sebelumnya digelar untuk menentukan lokasi strategis pembangunan. Tak hanya untuk warga setempat, sistem pengelolaan sampah juga dirancang terbuka bagi warga luar yang ingin berpartisipasi dengan tertib. Sebagai bagian dari inovasi lingkungan, warga dan pengurus RT juga membuat taman kecil di sekitar bak sampah, menambahkan nuansa hijau di tengah kawasan pemukiman. “InsyaAllah, ini langkah awal. Kami akan terus berupaya menghadirkan program-program lain yang mendukung kebersihan dan keindahan lingkungan RT 01 RW 03,” pungkas Feri. Baca juga: Tinjau Banjir di Simpang Tiga Taman Safari, Staf Ahli Bupati Bogor Janji Perbaiki Drainase Cisarua Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata

Selengkapnya »

Tinjau Banjir di Simpang Tiga Taman Safari, Staf Ahli Bupati Bogor Janji Perbaiki Drainase Cisarua

LEFT-BACK.COM – Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Staf Ahli Bupati, Deni Humaedi, meninjau langsung lokasi banjir yang kerap terjadi di kawasan Simpang Tiga Taman Safari, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Jumat (16/5/2025). Kunjungan ini merupakan tindak lanjut atas laporan masyarakat mengenai genangan air yang kerap mengganggu aktivitas warga dan lalu lintas di jalur wisata Puncak tersebut. Dalam peninjauan tersebut, Deni didampingi Camat Cisarua, Heri Risnandar, serta sejumlah pejabat kecamatan. Ia menegaskan bahwa permasalahan banjir lokal di kawasan itu perlu penanganan serius dan koordinasi lintas sektor agar tidak menjadi persoalan berulang, terutama saat musim hujan. “Permasalahan genangan air seperti ini membutuhkan kerja sama lintas sektor agar solusi yang diambil benar-benar bersifat jangka panjang dan menyeluruh,” ujar Deni. Sementara itu, Camat Cisarua Heri Risnandar menjelaskan bahwa pihaknya telah beberapa kali melakukan penanganan sementara seperti pembersihan saluran air. Namun, langkah tersebut dinilai belum cukup karena akar persoalan berada pada sistem drainase yang tersumbat serta volume air hujan yang melebihi kapasitas tampung. “Kami sudah berupaya melakukan pembersihan secara berkala, tapi diperlukan pembenahan infrastruktur secara komprehensif agar genangan tidak terus terulang,” jelas Heri. Ia pun berharap dengan hadirnya pihak pemerintah kabupaten di lapangan, solusi permanen seperti perbaikan drainase dan pengelolaan air hujan yang lebih efisien dapat segera direalisasikan. Deni menyatakan bahwa Pemkab Bogor berkomitmen untuk segera menindaklanjuti hasil peninjauan dengan tindakan konkret. Perbaikan sistem drainase di kawasan tersebut menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan kenyamanan masyarakat dan wisatawan. Penanganan genangan air di jalur strategis menuju kawasan wisata Taman Safari Indonesia ini juga merupakan bagian dari percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah Puncak, sebagai salah satu destinasi unggulan Kabupaten Bogor. Baca juga: Karang Taruna Cisarua Mantapkan Program 2025 Lewat Raker di Puncak, Fokus pada Kolaborasi dan Dampak Nyata Merayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer: Membaca Kembali Sejarah yang Pernah Dibungkam

Selengkapnya »

Pencegahan Stunting di Desa Tugu Selatan: Rembug 2025 Jadi Langkah Strategis

LEFT-BACK.COM, CISARUA – Pemerintah Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, menggelar kegiatan Rembug Stunting Tahun 2025 sebagai langkah strategis dalam menekan angka stunting dan mencegah gagal tumbuh kembang anak di wilayah desa. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Wisma Kementerian Agama RI, Tugu Selatan, Rabu (14/5/2025). Rembug ini menjadi forum koordinasi lintas sektor yang melibatkan Kepala Desa Tugu Selatan, Camat Cisarua, Ketua BPD, para kader Posyandu, kepala dusun, paguyuban RT/RW, LPM, serta stakeholder lainnya. Fokus utama dalam kegiatan ini adalah memperkuat pemahaman teknis, pendataan gizi balita, serta sinergi program penanganan stunting berbasis desa. Kepala Desa Tugu Selatan, M. Eko Windiana, menyampaikan bahwa penanggulangan stunting merupakan program prioritas nasional yang harus dilaksanakan secara partisipatif. “Penanganan stunting menjadi kewajiban kita bersama. Dana Desa telah dialokasikan untuk mendukung program ini, dan melalui forum ini kita ingin menguatkan peran kader posyandu, RT/RW, hingga kepala dusun agar aktif mengajak masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan dasar,” ujarnya. Sebanyak 20 posyandu yang ada di Desa Tugu Selatan turut mengirimkan perwakilan lengkap dari unsur ketua, sekretaris, dan bendahara. Para peserta mendapatkan materi teknis dari R. Lulu Nurul Haliah, ahli gizi dari Puskesmas Cisarua, serta Yeni Rohmaeni dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Dalam pemaparannya, R. Lulu menjelaskan pentingnya digitalisasi data gizi anak melalui aplikasi Si Gizi Terpadu berbasis EPPGBM. “Dengan aplikasi ini, semua data balita dimasukkan secara real time, sehingga memudahkan Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah dalam memantau kondisi gizi anak secara akurat dan menyeluruh,” ungkapnya. Ketua BPD Tugu Selatan, M. Agus Fathoni, menambahkan bahwa pendekatan pencegahan stunting harus dimulai dari tingkat lingkungan melalui musyawarah bersama pengurus wilayah. “Anggaran untuk penanganan stunting sudah tercantum dalam RKPDes dan kami pastikan pengawasannya sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan,” katanya. Kegiatan ini merupakan wujud komitmen Pemerintah Desa Tugu Selatan dalam mewujudkan generasi sehat dan bebas stunting melalui pendekatan pencegahan, edukasi, serta penguatan sistem pendataan dan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat. Baca juga: Totti vs Del Piero: Ketika Sepakbola Italia Menjadi Panggung Seni dan Perang Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI

Selengkapnya »

Travel

Suara Sipil

Merayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer: Membaca Kembali Sejarah yang Pernah Dibungkam

LEFT-BACK.COM – Saya sebagai seorang pelajar yang tumbuh di era modern, menyadari bahwa nama Pramoedya Ananta Toer sudah jarang dikenal di kalangan anak muda zaman sekarang. Namun, dengan adanya Perayaan Pramoedya, saya mulai menyadari bahwa beliau bukan hanya seorang sastrawan, ia adalah saksi sejarah, pejuang, dan pengingat akan sejarah yang sering dibungkam oleh sistem pemerintahan. Perayaan Seabad Pram di Indramayu, membuka mata saya bahwa sastra bisa menjadi jembatan untuk menghadapi kekuasaan feodal. Pramoedya dikenal dengan karya-karyanya, terutama kritik terhadap sistem pemerintahan yang merugikan rakyat. Ia pernah dipenjara karena tulisannya yang dianggap membahayakan rezim pada masa Orde Baru. Karya terkenalnya yaitu Tetralogi Buru, yang membahas perjuangan dan perkembangan kesadaran politik di Indonesia pada awal abad ke-20, khususnya tentang tokoh Minke yang merupakan samaran dari R.M. Tirto Adhi Soerjo, tokoh pers dan kebangkitan nasional. Melalui berbagai rangkaian kegiatan seperti diskusi, bedah buku, dan pertunjukan lainnya, saya mulai peka terhadap kehidupan Pram yang penuh tantangan. Ia bukan hanya sekadar menulis untuk bercerita, melainkan untuk mengkritik dengan bahasa yang tajam dan puitis. Menurut saya, kegiatan ini bukan hanya untuk membedah ulang sejarah, m elainkan juga untuk meningkatkan kehidupan literasi pada masyarakat Indramayu dan sekitarnya. Kegiatan ini sangat berpengaruh pada kehidupan saya. Selain menambah wawasan, hal-hal yang saya pelajari dari kegiatan ini sangat banyak, seperti perjalanan dan perjuangan Pram untuk mengangkat kebenaran, belajar kepenulisan dalam bidang jurnalistik dan puisi, serta berdiskusi langsung dengan penulis lokal dan nasional yang pemikirannya sangat menginspirasi, seperti JJ Rizal, Wahyu Susilo (adik Wiji Thukul), Kedung Darma Romansha, Rama Prabudhi Dikimara, Supali Kasim, dan lain sebagainya. Sebagai pelajar, ini adalah salah satu pengalaman yang paling berharga di usia 16 tahun ini. Harapan saya, kegiatan seperti ini bisa terus digelar agar generasi muda, terutama anak-anak, tidak jauh dari budaya membaca, menulis, dan lain sebagainya. Saya yang awalnya hanya ikut-ikutan sebagai panitia, kini justru semakin tertarik dengan dunia literasi. Saya ingin terus belajar menulis, memperdalam jurnalistik, dan suatu saat mampu menghasilkan karya-karya yang penuh makna. Di usia 16 tahun ini, saya merasa sedang membuka lembaran baru serta berharap dapat bergabung menjadi bagian dari komunitas literasi yang ada. Dari sudut pandang orang lain, saya memang bukan penggiat buku seperti duta baca dan lain sebagainya, tetapi setidaknya saya memiliki bukti kecintaan terhadap sastra—bukan sekadar mencari perhatian. Baca juga: Pramoedya Ananta Toer: Perjalanan Hidup, Pemikiran, dan Warisan Abadi Kesepian: Pengalaman Hakiki yang Melekat pada Kehidupan Manusia

Baca Juga »

ATAS