LEFT-BACK.COM – Ricky Kambuaya kembali tampil bersama Timnas Indonesia setelah cukup lama absen. Dalam laga melawan Bahrain pada putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, gelandang Dewa United itu menunjukkan kelasnya dengan sebuah operan trivela yang nyaris berujung gol. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Selasa (25/3/2025) ini menjadi momen comeback bagi Kambuaya. Masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-74, ia langsung memberikan dampak signifikan di lini tengah Garuda. Aksi Trivela Kambuaya Hampir Berbuah Gol Pada menit ke-79, Kambuaya menampilkan teknik trivela—sebuah cara menendang bola menggunakan bagian luar kaki yang kerap digunakan pemain-pemain top dunia seperti Ricardo Quaresma dan Luka Modric. Ia mengirimkan umpan ke kotak penalti yang mengarah tepat kepada Eliano Reijnders. Sayangnya, peluang emas tersebut belum mampu dikonversi menjadi gol setelah tendangan Reijnders melambung di atas mistar. Meski gagal membuahkan hasil, aksi tersebut menjadi sorotan dan membuktikan visi permainan serta teknik tinggi yang dimiliki eks pemain Persebaya Surabaya itu. Performa Solid dan Etos Kerja Tinggi Selain kreativitasnya dalam membangun serangan, Kambuaya juga menunjukkan determinasi tinggi di lapangan. Pada masa injury time, ia bahkan sempat mendapatkan perawatan medis setelah terkena bola di bagian kepala. Berdasarkan data Sofascore, selama kurang lebih 15 menit berada di lapangan, Kambuaya mencatatkan 12 sentuhan bola dan memenangkan dua duel perebutan bola bawah. Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, mengapresiasi performa para pemain dalam laga ini. Ia menegaskan bahwa tim memiliki waktu lebih banyak untuk berbenah sebelum pertandingan berikutnya di bulan Juni. “Saya bangga dengan tim. Mereka menunjukkan hati dan menciptakan peluang. Kami akan terus berkembang agar menjadi lebih baik,” ujar Kluivert. Momen Manis Kembali ke Timnas Laga ini menjadi catatan spesial bagi Kambuaya. Sebelumnya, ia terakhir kali tampil bersama Timnas Indonesia pada putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Vietnam pada Maret 2024. Kala itu, di bawah arahan Shin Tae-yong, ia hanya mendapat kesempatan bermain di menit-menit akhir. Kini, di bawah kepemimpinan Kluivert, Kambuaya kembali mendapat kepercayaan dan membuktikan kualitasnya di lapangan. Dengan performa apiknya, ia berpeluang besar menjadi andalan Garuda dalam pertandingan-pertandingan berikutnya. Baca juga: Misteri Pembunuhan JFK: Fakta Baru dari Ribuan Dokumen yang Dideklasifikasi Lebaran: Momen Kebersamaan, Toleransi, dan Pertumbuhan Ekonomi Gelombang Aksi Tolak Revisi UU TNI di Berbagai Kota Berujung Represi Aparat
Tag: Timnas Indonesia
Tiket Suporter Timnas Bahrain di SUGBK Tak Terjual, PSSI Alihkan untuk Pendukung Indonesia
LEFT-BACK.COM – Direktur Utama PT Garuda Sepak Bola Indonesia (GSI), Marsal Masita, mengonfirmasi bahwa kuota 3.000 tiket yang disediakan untuk suporter tim tamu, Timnas Bahrain, tidak terjual sama sekali. “Kami telah menyediakan 3.000 tiket untuk pendukung Bahrain, tetapi hingga hari pertandingan, tidak ada yang mengambilnya,” ujar Marsal saat ditemui di Jakarta Utara, Senin (25/3), menjelang laga kedelapan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Grup C antara Bahrain dan Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Menanggapi hal tersebut, pihak penyelenggara segera mengalihkan tiket yang tidak terjual kepada pendukung umum dan suporter tuan rumah. Marsal menyebut, setelah dialihkan, tiket tersebut langsung habis dalam beberapa jam. “Kami tidak bisa menunggu lebih lama karena harus mengikuti batas waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu, kuota tiket tersebut kami alihkan. Tiketnya sudah termasuk dalam yang sebelumnya kami umumkan, dan semuanya langsung terjual,” jelasnya. Mengenai kemungkinan adanya suporter Bahrain yang tetap hadir di stadion, Marsal menyatakan pihaknya belum bisa memastikan. “Kami tidak tahu apakah ada yang akan datang. Namun, jika mereka masuk melalui jalur resmi yang telah kami sediakan, tiket mereka memang tidak diambil,” katanya. Di sisi lain, Marsal menegaskan bahwa Indonesia akan berupaya menjadi tuan rumah yang baik bagi Bahrain. Sebelumnya, tim asuhan Dragan Talajic sempat mengajukan permohonan untuk bermain di tempat netral, mengkhawatirkan aspek keamanan dan keselamatan setelah menerima serangan siber menyusul hasil imbang kontroversial pada pertemuan pertama Oktober lalu. “Kami ingin menjadi tuan rumah yang baik. Ketua Umum PSSI juga menekankan pentingnya menjaga citra Indonesia, terlebih akan ada tamu dari FIFA dan AFC. Kami ingin pertandingan berlangsung nyaman, aman, dan tertib. Semoga timnas bisa meraih kemenangan,” tutup Marsal. Baca juga: Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Baru dan Hasil Renovasi di Seluruh Indonesia Tan Malaka: Pemikir Revolusi yang Terlupakan Polres Indramayu Tangkap Pelaku Begal dan Pelecehan Seksual di Bangodua
Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy: Amunisi Baru Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia
LEFT-BACK.COM – Tim nasional sepak bola Indonesia kembali mendapatkan tambahan kekuatan dengan naturalisasi tiga pemain keturunan: Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy. Keputusan ini telah disetujui oleh Komisi X dan XIII DPR sebagai bagian dari strategi jangka panjang PSSI dalam meningkatkan kualitas timnas agar lebih kompetitif di level internasional. Dengan pengalaman mereka di liga-liga Eropa, ketiga pemain ini diharapkan dapat membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi, terutama dalam persiapan menuju Piala Dunia. 1. Emil Audero: Benteng Terakhir di Bawah Mistar Gawang Posisi: Penjaga gawang Usia: 28 tahun Klub: Palermo (Italia) Pengalaman: Juventus, Sampdoria, Venezia, Inter Milan Prestasi: Juara Serie A (2016/2017 & 2023/2024), Juara Piala Italia (2016/2017), Juara Piala Super Italia (2023). Lahir di Mataram, Indonesia, Emil Audero merupakan penjaga gawang berbakat yang menghabiskan sebagian besar kariernya di Italia. Dengan pengalaman bermain di Juventus, Sampdoria, hingga Inter Milan, Audero membawa pengalaman bertanding di level tertinggi Eropa. Kehadirannya di Timnas Indonesia akan menjadi solusi untuk memperkuat lini pertahanan, terutama dalam menghadapi lawan-lawan tangguh di kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia. 2. Dean James: Bek Sayap Masa Depan Timnas Posisi: Bek kiri Usia: 24 tahun Klub: Go Ahead Eagles (Belanda) Pengalaman: FC Volendam, Volendam U21, Volendam U19 Dean James adalah pemain muda berbakat yang lahir di Leiden, Belanda. Bermain sebagai bek kiri, ia dikenal memiliki kecepatan, teknik, dan daya jelajah tinggi. Pengalaman bermain di liga Belanda akan menjadi aset penting bagi pertahanan Timnas Indonesia. Dengan usianya yang masih 24 tahun, Dean James bisa menjadi solusi jangka panjang untuk sektor bek kiri yang selama ini menjadi titik lemah di Timnas. 3. Joey Pelupessy: Gelandang Bertahan Berpengalaman Posisi: Gelandang bertahan Usia: 31 tahun Klub: Lommel SK (Belgia) Pengalaman: Twente FC, Heracles Almelo, Sheffield Wednesday, Giresunspor, FC Groningen Joey Pelupessy merupakan gelandang bertahan yang punya pengalaman luas di liga-liga Eropa. Lahir di Almelo, Belanda, ia pernah bermain di Eredivisie (Liga Belanda), Championship (Liga Inggris), hingga Liga Belgia. Sebagai pemain yang kuat dalam bertahan dan membaca permainan, Pelupessy akan menjadi sosok penting dalam menjaga keseimbangan lini tengah Timnas Indonesia. Dampak Naturalisasi bagi Timnas Indonesia Menurut Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, naturalisasi pemain ini adalah langkah strategis untuk mempercepat perkembangan Timnas Indonesia. “Kita ingin mimpi Indonesia tampil di Piala Dunia menjadi kenyataan. Dengan dukungan penuh, kami optimistis membawa Garuda mendunia,” – Erick Thohir Hingga saat ini, jumlah pemain naturalisasi di Timnas Indonesia telah mencapai 22 pemain. Dengan tambahan Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy, Timnas diharapkan semakin kompetitif dan siap bersaing di level Asia. Namun, naturalisasi bukan satu-satunya solusi. Pengembangan pemain muda, pembenahan infrastruktur sepak bola, dan peningkatan kualitas liga domestik tetap menjadi prioritas utama. Dengan hadirnya Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy, Timnas Indonesia memiliki amunisi baru yang berpengalaman dan berkualitas. Langkah selanjutnya adalah memastikan para pemain ini dapat beradaptasi dengan cepat dan memberikan kontribusi maksimal. Dengan kombinasi pemain lokal berbakat dan pemain naturalisasi berkualitas, Indonesia semakin dekat untuk menjadi kekuatan sepak bola di Asia. Baca juga: AFC Rilis Peringkat Liga Sepak Bola Asia 2025: Arab Saudi Masih di Puncak Liga 1 Indonesia Naik Peringkat di ASEAN dan Asia, LIB Optimistis dengan Masa Depan Kompetisi Membandingkan Dua Kiper Berdarah Indonesia yang Berkiprah di Kancah Internasional: Maarten Paes, Emil Audero Mulyadi
Kontradiksi PSSI: Timnas Eropa, Liga Amatiran – Potret Buram Sepak Bola Indonesia
LEFT-BACK.COM – Sepak bola Indonesia sedang berada dalam kontradiksi besar. PSSI terus membanggakan program naturalisasi pemain diaspora sebagai langkah revolusioner untuk meningkatkan kualitas Timnas. Namun, di sisi lain, kompetisi domestik—fondasi utama sepak bola nasional—masih carut-marut, penuh dengan korupsi, mismanajemen, dan kekerasan suporter yang terus berulang. Ini bukan kemajuan, ini hanya perbaikan kosmetik yang menutupi luka bernanah di tubuh sepak bola Indonesia. Strategi naturalisasi pemain diaspora memang terlihat menjanjikan dalam jangka pendek. Dengan masuknya pemain-pemain yang telah ditempa di sistem sepak bola Eropa, Timnas Indonesia bisa tampil lebih kompetitif di level internasional. Namun, tanpa ekosistem sepak bola yang sehat di dalam negeri, langkah ini tidak lebih dari sekadar menambal atap rumah yang fondasinya sudah retak. PSSI seolah ingin mencari jalan pintas, sementara sepak bola akar rumput dibiarkan mati perlahan. Kompetisi Liga 1 adalah cerminan nyata dari kekacauan ini. Jadwal yang berantakan, keputusan wasit yang sering dipertanyakan, manajemen klub yang dikelola secara amatiran, hingga standar keamanan yang memalukan. Tragedi Kanjuruhan di Malang yang menewaskan ratusan suporter bukan sekadar kecelakaan, tetapi bukti dari kelalaian sistemik yang terus terjadi bertahun-tahun. Apa yang berubah setelah tragedi itu? Tidak ada. Suporter masih mati di stadion, kerusuhan masih terjadi, dan PSSI masih sibuk dengan retorika tanpa tindakan nyata. Bukan hanya Kanjuruhan, sejarah sepak bola Indonesia dipenuhi dengan tragedi yang tak kunjung menjadi pelajaran. Mulai dari insiden GBK 2012 yang menewaskan suporter Persija, tragedi di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) saat Piala Presiden 2022 yang juga merenggut nyawa suporter akibat buruknya pengelolaan keamanan, hingga bentrokan suporter di berbagai laga Liga 1 yang terus berulang tanpa tindakan tegas. Alih-alih mencari solusi nyata untuk mengakhiri kekerasan di sepak bola, PSSI justru memilih jalan pintas dengan melarang kehadiran suporter tim tamu, seolah-olah rivalitas hanya bisa diredam dengan pembatasan. Ini bukan solusi, ini kemunduran. Sementara itu, liga domestik yang seharusnya menjadi wadah perkembangan pemain muda justru semakin kehilangan arah. Klub-klub lebih memilih pemain asing atau pemain instan daripada membangun akademi berkualitas. Infrastruktur sepak bola masih jauh dari layak, dan talenta muda dibiarkan berkembang sendiri tanpa jalur yang jelas. Di negara lain, pemain muda dipersiapkan dengan sistem akademi yang terstruktur, sementara di Indonesia mereka hanya berharap pada keberuntungan. Jika PSSI benar-benar ingin membawa sepak bola Indonesia ke level yang lebih tinggi, mereka harus berhenti berjualan mimpi dengan naturalisasi semata. Membangun liga yang profesional, membenahi manajemen klub, menegakkan regulasi keamanan yang ketat, serta menciptakan jalur pembinaan pemain muda yang jelas harus menjadi prioritas. Jika tidak, sepak bola Indonesia hanya akan menjadi panggung sandiwara, di mana yang bersinar hanyalah ilusi, sementara realitasnya tetap penuh dengan kegagalan dan kekecewaan. Baca juga: Johan Cruyff dan Jersey Ikoniknya: Keteguhan Prinsip di Piala Dunia 1974 Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya Tiago Rech: Suporter Tunggal yang Kini Menjadi Presiden Klub Santa Cruz
Timnas Indonesia Bawa Moral Positif Meski Takluk dari Vietnam di ASEAN Cup 2024
LEFT-BACK.COM – Pengamat sepak bola Indonesia, Mohamad Kusnaeni, menilai bahwa Timnas Indonesia berhasil membawa modal penting berupa moral bertanding yang positif meskipun mengalami kekalahan tipis 0-1 dari Vietnam dalam laga lanjutan ASEAN Cup 2024. “Kita harus melihat sisi positif dari pertandingan ini. Pemain Timnas Indonesia menunjukkan semangat bertanding yang tinggi, tampil disiplin, berani, dan ngotot, meski kalah dalam kualitas permainan,” ungkap Kusnaeni seperti dikutip dari Antara, Senin (16/12/2024). Kekalahan Tipis yang Tidak Mengecewakan Pada laga yang digelar di Stadion Viet Tri, Vietnam, Minggu (15/12/2024) malam, skuad Garuda harus mengakui keunggulan tuan rumah. Namun, Kusnaeni menilai hasil tersebut tetap membanggakan karena para pemain mampu memberikan perlawanan sengit yang membuat Vietnam kesulitan sepanjang pertandingan. “Kalau dilihat, perbedaan kualitas pemain dan pengalaman di level internasional menjadi faktor pembeda yang utama antara kedua tim,” jelas Kusnaeni. Modal Penting Hadapi Filipina Kusnaeni juga menyoroti performa apik Victor Dethan dan kawan-kawan, yang menurutnya menunjukkan moral bertanding yang kuat. Hal ini diyakini menjadi modal penting bagi skuad asuhan Shin Tae-yong untuk menghadapi laga terakhir fase grup melawan Filipina. “Laga melawan Filipina akan sangat menentukan perjalanan Timnas Indonesia di ASEAN Cup 2024. Dengan moral bertanding yang positif, saya optimis mereka bisa tampil lebih percaya diri,” tambahnya. Waktu Istirahat Jadi Keuntungan Timnas Indonesia memiliki waktu istirahat lebih lama sebelum berjumpa Filipina, yang menjadi keuntungan besar untuk mempersiapkan strategi dan memulihkan kebugaran para pemain. “Manajemen tim harus memanfaatkan momentum ini sebaik mungkin untuk memaksimalkan persiapan dan merancang strategi yang efektif melawan Filipina,” tutup Kusnaeni. Laga melawan Filipina akan menjadi penentu apakah Timnas Indonesia dapat melaju ke babak berikutnya di ASEAN Cup 2024. Dengan persiapan yang matang dan moral yang positif, peluang untuk mengamankan kemenangan masih sangat terbuka. Baca juga: 44 Ribu Narapidana Berpotensi Mendapatkan Amnesti, Ini Penjelasan Lengkapnya Soe Hok Gie: Suara Kritis yang Tak Pernah Redup Hibisc Fantasy Puncak Bogor Tetap Beroperasi Meski Dihantui Isu Perizinan
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Misi Regenerasi dengan Skuad Muda
LEFT-BACK.COM – Timnas Indonesia siap memulai perjuangannya di Piala AFF 2024 dengan laga perdana melawan Myanmar pada Senin, 9 Desember 2024, di Thuwunna Stadium. Turnamen ini menjadi kesempatan emas bagi Skuad Garuda untuk membangun generasi baru dengan mayoritas pemain muda. Misi Regenerasi di Piala AFF 2024 Piala AFF 2024 menjadi ajang penting bagi Indonesia, bukan hanya untuk bersaing, tetapi juga mempersiapkan regenerasi pemain. Sebagian besar skuad yang diturunkan terdiri dari pemain muda di bawah usia 22 tahun. Di antara nama-nama tersebut, Arkhan Kaka (17 tahun) dan Sulthan Zaky (18 tahun) menjadi sorotan. Keduanya merupakan alumni Piala Dunia U-17 2023, yang baru-baru ini diselenggarakan. Kehadiran mereka diharapkan membawa energi segar dan pengalaman baru untuk tim. Meskipun mengandalkan pemain muda, Timnas Indonesia tetap optimistis menghadapi turnamen ini. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa target tetap berada di level tertinggi. “Kami ingin memberikan yang terbaik. Jika bisa juara, tentu itu akan menjadi pencapaian luar biasa,” ungkap Erick. Hasil Pembagian Grup Piala AFF 2024 Indonesia tergabung di Grup B bersama Vietnam, Filipina, Myanmar, dan Laos. Pertemuan dengan Vietnam menjadi salah satu sorotan utama, mengingat Skuad Garuda berhasil meraih kemenangan di tiga pertemuan terakhir tanpa kebobolan, termasuk kemenangan 3-0 di Stadion My Dinh. Berikut pembagian grup lengkap Piala AFF 2024: Grup A Thailand Malaysia Singapura Kamboja Timor Leste Grup B Vietnam Indonesia Filipina Myanmar Laos Jadwal Lengkap Pertandingan Timnas Indonesia 1. Myanmar vs Indonesia Senin, 9 Desember 2024 Pukul 19:00 WIB Thuwunna Stadium 2. Indonesia vs Laos Kamis, 12 Desember 2024 Pukul 20:00 WIB Stadion Manahan 3. Vietnam vs Indonesia Minggu, 15 Desember 2024 Pukul 20:00 WIB Stadion Viet Tri 4. Indonesia vs Filipina Sabtu, 21 Desember 2024 Pukul 20:00 WIB Stadion Manahan Baca juga: Timnas Indonesia Siap Hadapi Myanmar di Laga Perdana Piala AFF 2024 PJ Bupati Bogor Tinjau Penataan Kawasan Puncak: Fokus pada Warpat dan Rest Area Stadion Manahan Solo: Jejak Sejarah Era Soeharto yang Jadi Markas Garuda di Piala AFF
Timnas Indonesia Siap Hadapi Myanmar di Laga Perdana Piala AFF 2024
LEFT-BACK.COM – Timnas Indonesia akan memulai petualangan mereka di Piala AFF 2024 dengan menghadapi Timnas Myanmar dalam laga perdana di Grup B. Pertandingan ini akan digelar di Thuwunna Stadium, Yangon, pada Senin (9/12/2024) malam WIB. Pertandingan tersebut diprediksi akan sangat krusial bagi kedua tim, khususnya bagi Timnas Indonesia yang bertekad meraih hasil maksimal di laga pembuka Piala AFF 2024. Meski begitu, Timnas Indonesia harus tetap waspada karena Timnas Myanmar memiliki sejumlah pemain potensial yang bisa memberikan kejutan. Pemain Abroad Timnas Myanmar yang Perlu Diwaspadai Timnas Myanmar diperkuat oleh beberapa pemain yang berkarier di luar negeri, yang dapat menambah kekuatan tim. Pemain-pemain tersebut antara lain Soe Moe Kyaw (Tiffy Army FC), Thiha Zaw (Naga World FC), dan Mg Mg Lwin (Lamphun Warrior FC), yang semuanya bermain di Kamboja. Selain itu, ada tiga pemain yang berkompetisi di Liga Thailand, yaitu Lwin Moe Aung (Rayong FC), Than Paing (Kanchanaburi Power), dan Win Naing Tun (Chiang Rai United). Sementara itu, Hein Htet Aung (Negeri Sembilan FC) dan Aung Kaung Win (Kelantan Darul Naim) memperkuat tim di Liga Super Malaysia. Win Naing Tun, Mantan Pemain Borneo FC yang Kenal Karakter Sepak Bola Indonesia Salah satu pemain yang patut mendapat perhatian lebih adalah Win Naing Tun, striker Timnas Myanmar yang kini bermain di Chiang Rai United, Liga Thailand. Win Naing Tun pernah memperkuat Borneo FC Samarinda di BRI Liga 1 2023/2024. Pemain berusia 26 tahun ini memiliki pengalaman bertanding di Indonesia, meski ia belum berhasil mencetak gol selama 25 penampilannya bersama Pesut Etam. Dengan latar belakang tersebut, Win Naing Tun tentu memahami gaya permainan sepak bola Indonesia, yang bisa menjadi nilai tambah bagi Timnas Myanmar dalam menghadapi skuad Garuda. Laga Krusial untuk Timnas Indonesia Meskipun Myanmar memiliki sejumlah pemain berkualitas, Timnas Indonesia di bawah arahan pelatih Shin Tae-yong tetap memiliki keunggulan. Dengan persiapan yang matang dan skuad terbaik, Timnas Indonesia berharap dapat meraih kemenangan di laga perdana Piala AFF 2024 ini. Baca juga: Stadion Manahan Solo: Jejak Sejarah Era Soeharto yang Jadi Markas Garuda di Piala AFF Piala Dunia Antarklub 2025: Turnamen Besar di Amerika Serikat dengan Format Baru MI Miftahul Huda Tegal Mulya Gelar Perkemahan Sabtu Minggu di Indramayu