LEFT-BACK.COM – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, meresmikan pembangunan dan renovasi 17 stadion secara serentak di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (17/3/2025). “Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, hari ini, Senin, 17 Maret 2025, saya, Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, secara resmi meresmikan selesainya pembangunan dan renovasi 17 stadion di Indonesia,” ujar Presiden dalam acara peresmian tersebut. Proyek ini dijalankan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sejak 2023 dengan total anggaran mencapai Rp1,74 triliun. Setelah rampung, stadion-stadion ini akan diserahkan kepada pemerintah daerah masing-masing untuk dimanfaatkan dalam berbagai pertandingan, baik untuk tim nasional maupun kompetisi Liga 1. Daftar 17 Stadion yang Diresmikan 1. Stadion Bumi Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan Didirikan sejak 1972, stadion ini menjadi tuan rumah berbagai ajang besar, termasuk PON 2004, Islamic Solidarity Games 2013, dan Asian Games 2018. Selain itu, stadion ini juga digunakan oleh PS Palembang dan Sriwijaya FC U-21. 2. Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Banten Sebelumnya dikenal sebagai Stadion Benteng Taruna, stadion ini dibangun pada 2014 dan selesai pada 2018. Stadion ini pernah menjadi venue final Liga Nusantara 2024/2025 dan digunakan oleh Persita serta Dewa United. 3. Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat Pembangunan stadion ini dimulai pada 1996 namun sempat terhenti akibat krisis moneter 1998. Proyek ini kembali dilanjutkan pada 2012 dan selesai pada 2016. Stadion Pakansari pernah menjadi lokasi final Piala AFF 2016 serta Piala Asia U-17 2023 dan menjadi kandang Persikabo. 4. Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Jawa Barat Dibangun pada 2012, stadion ini pernah menjadi tuan rumah Porda Jabar 2014, PON 2016, serta Asian Games 2018. 5. Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat Awalnya dibangun pada 1980 untuk Porda Jabar IV, stadion ini mengalami renovasi besar pada 2012 dan diresmikan pada 2014. Beberapa ajang besar yang pernah digelar di sini antara lain PON 2016, Asian Games 2018, serta Piala Asia U-19. Stadion ini merupakan kandang Bekasi City FC dan Persipasi Bekasi. 6. Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Jawa Barat Mulai dibangun pada 2003 dan diresmikan pada 2013, stadion ini awalnya bernama Stadion Gedebage. Persib Bandung kini kembali menggunakan GBLA sebagai kandangnya setelah sebelumnya sempat bermarkas di Stadion Si Jalak Harupat. 7. Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta Diresmikan pada 2006, stadion ini menjadi saksi keberhasilan Timnas U-16 Indonesia menjuarai Piala AFF U-16 2022. Stadion ini adalah markas PSS Sleman. 8. Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah Dibangun pada 1991, stadion ini pernah menjadi venue final Liga 3 2023/2024 dan Liga 4 2024/2025. Saat ini, stadion ini digunakan sebagai kandang PSIS Semarang. 9. Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, Jawa Tengah Dibangun pada 2006, stadion ini merupakan markas klub Liga 2, Persijap Jepara. 10. Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur Stadion ini mulai digunakan pada 1997 dan pernah menjadi kandang Arema FC. Tragedi yang terjadi pada Oktober 2022 di stadion ini menjadi salah satu peristiwa sepak bola terburuk di Indonesia. 11. Stadion Surajaya, Lamongan, Jawa Timur Dibangun pada 1967, stadion ini merupakan kandang Persela Lamongan yang saat ini berlaga di Liga 2. 12. Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Sidoarjo, Jawa Timur Dibangun pada 2000, stadion ini telah menjadi lokasi berbagai ajang besar, seperti PON 2000, Piala Indonesia 2006, serta Piala AFF U-19 2023. Stadion ini merupakan kandang Deltras FC dan pernah digunakan oleh Bhayangkara FC serta Persebaya. 13. Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan, Pamekasan, Jawa Timur Diresmikan pada 2016, stadion ini menjadi kandang Madura United sejak 2017. 14. Stadion Joko Samudro, Gresik, Jawa Timur Dibangun antara 2012 hingga 2017, stadion ini pernah menjadi venue Piala AFF U-19 2018 serta Piala AFF U-18 2018. Saat ini, stadion ini menjadi kandang Gresik United di Liga 2. 15. Stadion Demang Lehman, Banjar, Kalimantan Selatan Diresmikan pada 2013, stadion ini menjadi tuan rumah PORPROV Kalimantan Selatan 2013. Barito Putera kini menggunakan stadion ini untuk laga kandangnya di Liga 1. 16. Stadion Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur Dibangun antara 1960 hingga 1970, stadion ini menjadi salah satu venue PON 2008 dan saat ini digunakan oleh Borneo FC di Liga 1. 17. Stadion B.J. Habibie, Parepare, Sulawesi Selatan Resmi digunakan pada 2001, stadion ini telah menjadi tuan rumah berbagai ajang seperti Piala Habibie dan Liga 1. PSM Makassar kini menjadikan stadion ini sebagai kandangnya. Peresmian stadion-stadion ini menjadi langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur sepak bola nasional. Menteri PUPR menyatakan bahwa pembangunan dan renovasi stadion dilakukan sesuai dengan standar internasional demi mendukung prestasi sepak bola Indonesia. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, juga menyambut baik peresmian ini dan berharap fasilitas baru ini dapat memacu perkembangan sepak bola di berbagai daerah. “Dengan stadion yang lebih layak, kita berharap semakin banyak talenta muda yang berkembang dan bisa membawa Indonesia lebih berprestasi di kancah internasional,” tandasnya. Baca juga: Tan Malaka: Pemikir Revolusi yang Terlupakan Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun: Sejarah, Daya Tarik, dan Informasi Wisata Polres Indramayu Tangkap Pelaku Begal dan Pelecehan Seksual di Bangodua
Tag: PSSI
Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy: Amunisi Baru Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia
LEFT-BACK.COM – Tim nasional sepak bola Indonesia kembali mendapatkan tambahan kekuatan dengan naturalisasi tiga pemain keturunan: Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy. Keputusan ini telah disetujui oleh Komisi X dan XIII DPR sebagai bagian dari strategi jangka panjang PSSI dalam meningkatkan kualitas timnas agar lebih kompetitif di level internasional. Dengan pengalaman mereka di liga-liga Eropa, ketiga pemain ini diharapkan dapat membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi, terutama dalam persiapan menuju Piala Dunia. 1. Emil Audero: Benteng Terakhir di Bawah Mistar Gawang Posisi: Penjaga gawang Usia: 28 tahun Klub: Palermo (Italia) Pengalaman: Juventus, Sampdoria, Venezia, Inter Milan Prestasi: Juara Serie A (2016/2017 & 2023/2024), Juara Piala Italia (2016/2017), Juara Piala Super Italia (2023). Lahir di Mataram, Indonesia, Emil Audero merupakan penjaga gawang berbakat yang menghabiskan sebagian besar kariernya di Italia. Dengan pengalaman bermain di Juventus, Sampdoria, hingga Inter Milan, Audero membawa pengalaman bertanding di level tertinggi Eropa. Kehadirannya di Timnas Indonesia akan menjadi solusi untuk memperkuat lini pertahanan, terutama dalam menghadapi lawan-lawan tangguh di kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia. 2. Dean James: Bek Sayap Masa Depan Timnas Posisi: Bek kiri Usia: 24 tahun Klub: Go Ahead Eagles (Belanda) Pengalaman: FC Volendam, Volendam U21, Volendam U19 Dean James adalah pemain muda berbakat yang lahir di Leiden, Belanda. Bermain sebagai bek kiri, ia dikenal memiliki kecepatan, teknik, dan daya jelajah tinggi. Pengalaman bermain di liga Belanda akan menjadi aset penting bagi pertahanan Timnas Indonesia. Dengan usianya yang masih 24 tahun, Dean James bisa menjadi solusi jangka panjang untuk sektor bek kiri yang selama ini menjadi titik lemah di Timnas. 3. Joey Pelupessy: Gelandang Bertahan Berpengalaman Posisi: Gelandang bertahan Usia: 31 tahun Klub: Lommel SK (Belgia) Pengalaman: Twente FC, Heracles Almelo, Sheffield Wednesday, Giresunspor, FC Groningen Joey Pelupessy merupakan gelandang bertahan yang punya pengalaman luas di liga-liga Eropa. Lahir di Almelo, Belanda, ia pernah bermain di Eredivisie (Liga Belanda), Championship (Liga Inggris), hingga Liga Belgia. Sebagai pemain yang kuat dalam bertahan dan membaca permainan, Pelupessy akan menjadi sosok penting dalam menjaga keseimbangan lini tengah Timnas Indonesia. Dampak Naturalisasi bagi Timnas Indonesia Menurut Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, naturalisasi pemain ini adalah langkah strategis untuk mempercepat perkembangan Timnas Indonesia. “Kita ingin mimpi Indonesia tampil di Piala Dunia menjadi kenyataan. Dengan dukungan penuh, kami optimistis membawa Garuda mendunia,” – Erick Thohir Hingga saat ini, jumlah pemain naturalisasi di Timnas Indonesia telah mencapai 22 pemain. Dengan tambahan Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy, Timnas diharapkan semakin kompetitif dan siap bersaing di level Asia. Namun, naturalisasi bukan satu-satunya solusi. Pengembangan pemain muda, pembenahan infrastruktur sepak bola, dan peningkatan kualitas liga domestik tetap menjadi prioritas utama. Dengan hadirnya Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy, Timnas Indonesia memiliki amunisi baru yang berpengalaman dan berkualitas. Langkah selanjutnya adalah memastikan para pemain ini dapat beradaptasi dengan cepat dan memberikan kontribusi maksimal. Dengan kombinasi pemain lokal berbakat dan pemain naturalisasi berkualitas, Indonesia semakin dekat untuk menjadi kekuatan sepak bola di Asia. Baca juga: AFC Rilis Peringkat Liga Sepak Bola Asia 2025: Arab Saudi Masih di Puncak Liga 1 Indonesia Naik Peringkat di ASEAN dan Asia, LIB Optimistis dengan Masa Depan Kompetisi Membandingkan Dua Kiper Berdarah Indonesia yang Berkiprah di Kancah Internasional: Maarten Paes, Emil Audero Mulyadi
Liga 1 Indonesia Naik Peringkat di ASEAN dan Asia, LIB Optimistis dengan Masa Depan Kompetisi
LEFT-BACK.COM – Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) baru saja merilis peringkat terbaru liga-liga di Asia, di mana Liga 1 Indonesia mengalami peningkatan signifikan baik di tingkat Asia Tenggara (ASEAN) maupun Asia secara keseluruhan. Peningkatan Peringkat Liga 1 Indonesia Berdasarkan data terbaru dari AFC, Liga 1 kini menempati peringkat ke-5 di ASEAN, naik satu peringkat dari posisi sebelumnya di peringkat ke-6. Selain itu, di level Asia, Liga 1 berhasil naik dari posisi ke-28 menjadi ke-25, dengan total 18,2 poin. Pencapaian ini menjadikan Indonesia unggul atas Filipina, yang saat ini berada di posisi ke-28. Namun, beberapa negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam masih berada di atas Indonesia dalam peringkat liga Asia. Thailand Masih Memimpin ASEAN Di kawasan ASEAN, Liga 1 Thailand tetap menjadi yang terbaik dengan peringkat ke-8 di Asia. Meski begitu, PT Liga Indonesia Baru (LIB) menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas Liga 1 agar semakin kompetitif di tingkat regional dan internasional. LIB: Peningkatan Kualitas Kompetisi Buahkan Hasil Menanggapi pencapaian ini, Direktur Utama LIB, Ferry Paulus, mengungkapkan bahwa hasil tersebut merupakan buah dari berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas kompetisi. “Kami sangat senang dengan pencapaian ini. Hasil tersebut menunjukkan bahwa berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini mulai membuahkan hasil. Bersama klub dan PSSI, kami akan terus berusaha maksimal,” ujar Ferry dalam pernyataan resmi pada Selasa. LIB menegaskan bahwa berbagai langkah strategis telah diterapkan, termasuk: Peningkatan standar operasional pertandingan Profesionalisme klub dan pengelolaan liga yang lebih transparan Pengembangan infrastruktur dan fasilitas sepak bola di Indonesia Tantangan: Meningkatkan Prestasi di Kompetisi Asia Meski mengalami peningkatan peringkat, klub-klub Indonesia masih menghadapi tantangan besar di level internasional. Hingga saat ini, wakil Liga 1 belum mampu menunjukkan prestasi signifikan di AFC Champions League Elite maupun AFC Champions League 2. Untuk itu, LIB akan terus mendorong klub-klub peserta Liga 1 agar lebih kompetitif di ajang kontinental dengan memperbaiki manajemen, mengembangkan pemain, serta meningkatkan fasilitas pelatihan dan stadion. “Dengan kerja sama yang solid antara LIB, klub peserta, PSSI, dan seluruh stakeholder sepak bola nasional, Liga 1 akan terus berkembang dan mampu bersaing dengan liga-liga terbaik di Asia,” tutup pernyataan LIB. Baca juga: AFC Rilis Peringkat Liga Sepak Bola Asia 2025: Arab Saudi Masih di Puncak Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya Tiago Rech: Suporter Tunggal yang Kini Menjadi Presiden Klub Santa Cruz
Kontradiksi PSSI: Timnas Eropa, Liga Amatiran – Potret Buram Sepak Bola Indonesia
LEFT-BACK.COM – Sepak bola Indonesia sedang berada dalam kontradiksi besar. PSSI terus membanggakan program naturalisasi pemain diaspora sebagai langkah revolusioner untuk meningkatkan kualitas Timnas. Namun, di sisi lain, kompetisi domestik—fondasi utama sepak bola nasional—masih carut-marut, penuh dengan korupsi, mismanajemen, dan kekerasan suporter yang terus berulang. Ini bukan kemajuan, ini hanya perbaikan kosmetik yang menutupi luka bernanah di tubuh sepak bola Indonesia. Strategi naturalisasi pemain diaspora memang terlihat menjanjikan dalam jangka pendek. Dengan masuknya pemain-pemain yang telah ditempa di sistem sepak bola Eropa, Timnas Indonesia bisa tampil lebih kompetitif di level internasional. Namun, tanpa ekosistem sepak bola yang sehat di dalam negeri, langkah ini tidak lebih dari sekadar menambal atap rumah yang fondasinya sudah retak. PSSI seolah ingin mencari jalan pintas, sementara sepak bola akar rumput dibiarkan mati perlahan. Kompetisi Liga 1 adalah cerminan nyata dari kekacauan ini. Jadwal yang berantakan, keputusan wasit yang sering dipertanyakan, manajemen klub yang dikelola secara amatiran, hingga standar keamanan yang memalukan. Tragedi Kanjuruhan di Malang yang menewaskan ratusan suporter bukan sekadar kecelakaan, tetapi bukti dari kelalaian sistemik yang terus terjadi bertahun-tahun. Apa yang berubah setelah tragedi itu? Tidak ada. Suporter masih mati di stadion, kerusuhan masih terjadi, dan PSSI masih sibuk dengan retorika tanpa tindakan nyata. Bukan hanya Kanjuruhan, sejarah sepak bola Indonesia dipenuhi dengan tragedi yang tak kunjung menjadi pelajaran. Mulai dari insiden GBK 2012 yang menewaskan suporter Persija, tragedi di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) saat Piala Presiden 2022 yang juga merenggut nyawa suporter akibat buruknya pengelolaan keamanan, hingga bentrokan suporter di berbagai laga Liga 1 yang terus berulang tanpa tindakan tegas. Alih-alih mencari solusi nyata untuk mengakhiri kekerasan di sepak bola, PSSI justru memilih jalan pintas dengan melarang kehadiran suporter tim tamu, seolah-olah rivalitas hanya bisa diredam dengan pembatasan. Ini bukan solusi, ini kemunduran. Sementara itu, liga domestik yang seharusnya menjadi wadah perkembangan pemain muda justru semakin kehilangan arah. Klub-klub lebih memilih pemain asing atau pemain instan daripada membangun akademi berkualitas. Infrastruktur sepak bola masih jauh dari layak, dan talenta muda dibiarkan berkembang sendiri tanpa jalur yang jelas. Di negara lain, pemain muda dipersiapkan dengan sistem akademi yang terstruktur, sementara di Indonesia mereka hanya berharap pada keberuntungan. Jika PSSI benar-benar ingin membawa sepak bola Indonesia ke level yang lebih tinggi, mereka harus berhenti berjualan mimpi dengan naturalisasi semata. Membangun liga yang profesional, membenahi manajemen klub, menegakkan regulasi keamanan yang ketat, serta menciptakan jalur pembinaan pemain muda yang jelas harus menjadi prioritas. Jika tidak, sepak bola Indonesia hanya akan menjadi panggung sandiwara, di mana yang bersinar hanyalah ilusi, sementara realitasnya tetap penuh dengan kegagalan dan kekecewaan. Baca juga: Johan Cruyff dan Jersey Ikoniknya: Keteguhan Prinsip di Piala Dunia 1974 Menyusuri Napoli: Ketika Sepak Bola Menjadi Agama, dan Maradona Menjadi Nabinya Tiago Rech: Suporter Tunggal yang Kini Menjadi Presiden Klub Santa Cruz
PSSI Bangga Tiket Pertandingan Kandang Timnas Indonesia di ASEAN Cup 2024 Ludes Terjual
LEFT-BACK.COM – Erick Thohir, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), mengungkapkan kebanggaannya setelah tiket pertandingan kandang Timnas Indonesia di babak penyisihan grup ASEAN Cup 2024 terjual habis. Dua pertandingan kandang Indonesia di babak grup ASEAN Cup 2024 dijadwalkan melawan Laos pada Kamis, 12 Desember 2024, pukul 20.00 WIB, dan melawan Filipina pada Sabtu, 21 Desember 2024, pukul 20.00 WIB. Kedua laga tersebut akan digelar di Stadion Manahan, Solo. “Alhamdulillah, tiket untuk pertandingan kandang Indonesia melawan Laos dan Filipina di ASEAN Championship 2024 sudah sold out!” ujar Erick Thohir melalui akun Instagram resmi PSSI, yang dikutip di Jakarta pada Senin. Erick juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas antusiasme luar biasa dari para suporter yang mendukung Timnas Indonesia dan siap menyaksikan pertandingan langsung di stadion. “Terima kasih atas dukungannya yang luar biasa dari suporter untuk Timnas Indonesia,” tambahnya. Meski Indonesia akan menurunkan skuad U-22 di edisi ke-15 ASEAN Cup ini, Erick memastikan bahwa tim Garuda akan tetap memberikan penampilan terbaik. “Timnas Indonesia siap memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ucap Erick yang berusia 54 tahun itu. Indonesia tergabung dalam Grup B bersama Vietnam, Myanmar, Laos, dan Filipina. Mereka akan memulai laga pertama melawan tuan rumah Myanmar pada Senin, 9 Desember 2024, di Stadion Thuwunna, Yangon, pukul 19.30 WIB. Prestasi terbaik Indonesia di ASEAN Cup adalah menjadi runner-up sebanyak enam kali, yaitu pada tahun 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020. Baca juga: Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Misi Regenerasi dengan Skuad Muda Timnas Indonesia Siap Hadapi Myanmar di Laga Perdana Piala AFF 2024 Stadion Manahan Solo: Jejak Sejarah Era Soeharto yang Jadi Markas Garuda di Piala AFF