34 Santri Takhassus Terima Beasiswa dari BAZNAS Indramayu, Dukung Visi Daerah Religius

LEFT-BACK.COM, INDRAMAYU – Sebanyak 34 santri peserta program Takhassus mendapatkan beasiswa dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Indramayu. Penyerahan beasiswa dilaksanakan dalam kegiatan Halalbihalal yang berlangsung di Aula Ki Sidum, Setda Indramayu, pada Kamis (10/4/2025). Acara ini juga menjadi momentum evaluasi program dan persiapan penempatan santri baru ke berbagai pondok pesantren.   Kegiatan tersebut turut dihadiri Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Jajang Sudrajat, yang hadir mewakili Bupati Indramayu. Ia didampingi oleh Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Indramayu, Atang Riko Hasbudi. Hadir pula jajaran Komisioner BAZNAS Indramayu, para wali santri, dan mahasiswa penerima manfaat.   Ketua BAZNAS Kabupaten Indramayu, Aspuri, dalam laporannya menjelaskan bahwa sebanyak 34 santri telah diseleksi selama bulan Ramadan tahun ini.   “Tahun ini, kami telah menyeleksi 34 santri selama bulan Ramadan. Terdiri dari 19 santri Kitab Kuning, 13 santri Tahfidz, dan 2 santri Tilawah. Santri-santri ini akan kami tempatkan di pesantren sesuai kompetensinya masing-masing,” ungkapnya.   Aspuri juga menyebutkan bahwa seluruh biaya pendidikan santri berasal dari dana zakat, dengan masing-masing menerima bantuan sebesar Rp500.000 per bulan. Masa pemberian bantuan disesuaikan dengan jenis program: empat tahun untuk Kitab Kuning, tiga tahun untuk Tahfidz, dan dua tahun untuk Tilawah. Ia berharap, para santri dapat menjadi agen perubahan dalam bidang pendidikan agama serta mendukung visi Indramayu REANG (Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera).   Selain itu, BAZNAS Indramayu juga melanjutkan program “Indramayu Cerdas” yang menyasar kalangan mahasiswa dari berbagai desa. Hingga kini, sebanyak 22 mahasiswa telah menyelesaikan program tersebut. Untuk tahun 2025, BAZNAS kembali membuka seleksi beasiswa dengan durasi empat semester dan bantuan sebesar Rp3 juta per semester.   Dalam sambutannya, Jajang Sudrajat menyampaikan pesan Bupati Indramayu tentang pentingnya nilai religius dalam setiap aspek pembangunan.   “Visi REANG dimulai dari Religius sebagai dasar. Dengan agama yang kuat, program pemerintah akan berjalan dengan niat baik,” tegasnya.   Ia juga menekankan pentingnya pendidikan Al-Qur’an sejak usia dini, dengan harapan anak-anak minimal telah menuntaskan Iqro 6 sebelum melanjutkan ke jenjang SMP. Menurutnya, langkah ini menjadi bagian penting dalam membangun generasi yang religius dan berakhlak.   Acara ditutup dengan pelepasan secara simbolis terhadap santri Takhassus baru oleh Jajang Sudrajat. Pada sesi kesan dan pesan, perwakilan santri mengungkapkan rasa syukur dan tekad mereka dalam menjaga amanah dari BAZNAS.   “Bantuan ini bukan hanya soal dana, tetapi juga dukungan moral dan mental. Kami akan jaga amanah ini dan menjadi insan yang berguna bagi umat, bangsa, dan agama,” ungkap salah satu santri penerima manfaat.   Baca juga: Warga Protes, Truk DLH Bermuatan Sampah Diduga Cemari Jalanan di Indramayu Kapolres Indramayu Mutasi Jabatan Kapolsek Cikedung

Minim Penerangan, Jalan Raya Lungsemut Indramayu Rawan Kecelakaan dan Kriminalitas

LEFT-BACK.COM, TERISI – Jalan Raya Lungsemut yang menghubungkan Desa Kendayakan dan Desa Manggungan, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, minim Penerangan Jalan Umum (PJU). Kondisi ini menjadi keluhan warga karena meningkatkan risiko kecelakaan dan tindak kriminalitas.   Minimnya PJU mulai terasa sejak pengendara meninggalkan Desa Kendayakan dan memasuki Blok Lungsemut. Meskipun Desa Kendayakan masih memiliki sedikit penerangan dari rumah-rumah warga, setelah melewati desa tersebut pengendara harus ekstra waspada karena tidak ada satu pun lampu jalan yang menerangi. Sepanjang jalan, hanya hamparan sawah di kiri dan kanan, sementara satu-satunya sumber cahaya berasal dari lampu kendaraan sendiri.   Seorang pengendara yang sering melintasi jalan tersebut, Viki (29) mengungkapkan bahwa kondisi gelap di Jalan Raya Lungsemut sudah terjadi selama lebih dari satu dekade.   “Kalau diingat-ingat, dari 2015 juga sudah begini, gelap,” ujarnya saat ditemui, Selasa (1/4/2025).   Ia juga menceritakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sering terjadi kecelakaan dan tindak kriminal di jalan tersebut.   “Dulu sering ada kecelakaan karena jalannya gelap dan ada tikungan tajam, jadi banyak yang tidak melihat dan akhirnya jatuh ke sawah. Selain itu, aksi begal juga sering terjadi beberapa tahun lalu, terutama di sekitar Jembatan Congger,” paparnya.     Namun, menurutnya, situasi menjadi lebih aman saat musim panen tiba. Banyak petani yang tidur di tepi jalan untuk menjaga hasil panennya, sehingga kehadiran mereka sedikit mengurangi risiko kejahatan.   “Aman kalau musim panen, banyak petani tidur di sini (tepi jalan),” ungkapnya.   Viki berharap pemerintah segera memasang PJU di Jalan Raya Lungsemut, mengingat jalan ini merupakan akses vital bagi perekonomian masyarakat sekitar.   “Jalan ini setiap hari digunakan petani dan pedagang dari Desa Ranjang dan Desa Manggungan untuk berbelanja ke Pasar Terisi. Intinya, ini jalan utama yang menopang kehidupan warga. Seharusnya dibuat lebih aman dan terang,” tandasnya.   Baca juga: Jalan Tinumpuk-Segeran di Indramayu Rusak Parah, Warga Desak Perbaikan Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf Tradisi Nyapu Duit di Jembatan Sewo Indramayu: Antara Keunikan, Mitos, dan Kontroversi

Tradisi Nyapu Duit di Jembatan Sewo Indramayu: Antara Keunikan, Mitos, dan Kontroversi

LEFT-BACK.COM – Jembatan Sewo di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, kembali menarik perhatian saat musim mudik Lebaran. Tradisi unik “nyapu duit”—yakni mengumpulkan uang koin yang dilemparkan pemudik—masih dilakukan warga setempat. Fenomena ini telah berlangsung bertahun-tahun dan menjadi daya tarik tersendiri, meskipun menuai pro dan kontra.   Antara Tradisi dan Rezeki Musiman   Setiap musim mudik, puluhan warga, dari anak-anak hingga orang dewasa, berbaris di sekitar Jembatan Sewo dengan sapu lidi di tangan. Mereka mengumpulkan koin yang dilemparkan pemudik, sebuah tradisi yang dipercaya bisa membawa keberuntungan bagi si pelempar jika koin tersebut tersapu arus sungai.   Para penyapu koin biasanya mengenakan pakaian lengan panjang, topi, dan masker untuk melindungi diri dari terik matahari. Dalam sehari, mereka bisa mengumpulkan uang mulai dari Rp200 ribu hingga Rp600 ribu.   “Jembatan Sewo selalu punya cerita. Saat mudik, kami turun ke jalan Pantura untuk menyapu koin,” ujar Ato, warga Sukra, pada Selasa (25/3/2025).   Pro dan Kontra Tradisi Nyapu Duit   Meski sudah menjadi kebiasaan turun-temurun, keberadaan para penyapu koin kerap menjadi polemik. Di satu sisi, tradisi ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat, tetapi di sisi lain, aktivitas ini dinilai membahayakan pengguna jalan. Tak jarang, petugas melakukan razia untuk menertibkan para pelaku demi keselamatan lalu lintas.   Selain faktor keselamatan, ada juga anggapan bahwa tradisi ini mencerminkan ketergantungan warga pada cara instan untuk mendapatkan uang, alih-alih mencari pekerjaan lain yang lebih aman dan berkelanjutan.   Legenda Jembatan Sewo dan Mitos Uang Koin   Jembatan Sewo juga dikenal dengan kisah mistis yang berkembang di masyarakat. Legenda Saedah dan Saeni, dua bersaudara yang dipercaya menjelma menjadi buaya di Sungai Sewo, telah ada sejak era kolonial Belanda. Banyak yang meyakini bahwa melempar koin ke sungai bisa menjadi bentuk “tawur duit” untuk menolak bala.   Pihak berwenang terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat agar tradisi ini dapat dilakukan dengan cara yang lebih aman. Sosialisasi mengenai risiko yang ditimbulkan juga terus digalakkan agar keseimbangan antara budaya lokal dan keselamatan tetap terjaga.   Tradisi nyapu duit di Jembatan Sewo tetap menjadi fenomena unik yang mewarnai musim mudik Lebaran. Namun, diperlukan solusi yang lebih bijak agar budaya ini bisa tetap dilestarikan tanpa membahayakan masyarakat dan pengguna jalan.   Baca juga: Sepak Bola dan Perlawanan: Dari Socrates hingga RUU TNI Mudik Gratis Lebaran 2025: 289 Bus Siap Antar 14.374 Pemudik ke Jawa Tengah Perjalanan Hidup Sang Legenda: John Lennon, Gugur Tragis di Tangan Penggemar Fanatik

Angin Puting Beliung Terjang Anjatan Indramayu, Sejumlah Wilayah Terdampak

LEFT-BACK.COM –  Angin puting beliung menerjang Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, pada Minggu (16/3/2025) sekitar pukul 15.30 WIB. Bencana alam ini mengakibatkan kerusakan di sejumlah desa, termasuk Desa Bugis, Desa Bugis Tua, dan Desa Lempuyang.   Pemerintah Kecamatan Anjatan bersama aparat desa setempat segera melakukan pendataan untuk mengidentifikasi dampak kerusakan serta warga yang terdampak. Camat Anjatan, Drs. Uus Wuspito, turun langsung ke lokasi guna memastikan proses pendataan berjalan dengan baik.   “Masih dalam proses inventarisasi,” ujar Drs. Uus Wuspito, dikutip dari Radar Indramayu.   Sebagai langkah tanggap darurat, Pemerintah Kecamatan Anjatan telah berkoordinasi dengan berbagai pihak guna memastikan bantuan segera diberikan kepada warga yang membutuhkan.   Sementara itu, Ahmad Yani, salah seorang warga yang menyaksikan langsung kejadian tersebut, mengungkapkan rasa cemasnya.   “Baru saja terjadi bencana alam. Semoga tidak ada korban,” tuturnya.   Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus melakukan pendataan serta berupaya memulihkan kondisi wilayah yang terdampak. Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi bencana susulan.   Baca juga: Tan Malaka: Pemikir Revolusi yang Terlupakan DPR RI Bahas Revisi UU TNI, Tambahkan Tiga Tugas Baru untuk Tentara Efektivitas Satgas Pengelolaan Sampah Dipertanyakan, Solusi atau Beban Anggaran?

Angin Puting Beliung Terjang Dua Desa di Indramayu, Puluhan Rumah Rusak dan Lima Warga Terluka

LEFT-BACK.COM –  Angin puting beliung menerjang dua desa di Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, pada Kamis (6/3/2025) malam. Peristiwa ini terjadi di Desa Pabean Ilir dan Desa Totoran, mengakibatkan puluhan rumah mengalami kerusakan serta beberapa warga terluka.   Menurut Kapolsek Pasekan, Iptu Edi Mulyana, kejadian ini berlangsung sekitar pukul 21.00 WIB, bertepatan dengan hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut.   “Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” ungkapnya.   Dari data sementara, tercatat 52 rumah mengalami kerusakan. Sebanyak 32 rumah di antaranya berada di Desa Pabean Ilir, dengan rincian 12 rumah rusak berat dan 20 rumah rusak ringan. Sementara itu, 20 rumah lainnya yang terdampak berada di Desa Totoran, seluruhnya mengalami kerusakan ringan.   Selain merusak rumah, bencana ini juga menyebabkan lima warga mengalami luka-luka, salah satunya balita berusia tiga tahun.   Menanggapi kejadian ini, pihak kepolisian bersama TNI, Kecamatan, Tagana, dan BPBD langsung bergerak ke lokasi untuk melakukan evakuasi, mendata kerusakan, serta membersihkan puing-puing bangunan dan pohon tumbang.   “Kami juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk langkah penanganan lebih lanjut,” tambah Iptu Edi.   Baca juga: Polres Indramayu Ungkap Peredaran Uang Palsu, Ratusan Lembar Pecahan Rp100 Ribu Disita Jejak Sejarah di Indramayu: Bangunan Berusia Ratusan Tahun yang Masih Berdiri Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Polres Indramayu Ungkap Peredaran Uang Palsu, Ratusan Lembar Pecahan Rp100 Ribu Disita

LEFT-BACK.COM – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Indramayu berhasil mengungkap kasus peredaran uang palsu di wilayahnya. Seorang pelaku diamankan beserta ratusan lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu yang disita sebagai barang bukti.   Kasatreskrim Polres Indramayu, AKP Hilal Adi Imawan, mengungkapkan bahwa kasus ini bermula dari laporan warga terkait dugaan peredaran uang palsu di Desa Kebulen, Kecamatan Jatibarang.   “Setelah menerima laporan pada Senin malam, petugas Polsek Jatibarang segera turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan,” ujarnya, Selasa (4/3/2025).   Dari hasil pemeriksaan di lapangan, polisi berhasil mengamankan satu orang terduga pelaku beserta 401 lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu. Saat ini, pelaku beserta barang bukti telah diamankan di Polsek Jatibarang untuk proses lebih lanjut.   Terkait identitas pelaku, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.   “Kami menduga pelaku menggunakan identitas palsu,” kata Hilal.   Polres Indramayu juga tengah mendalami kemungkinan adanya jaringan yang lebih luas di balik peredaran uang palsu ini, terutama menjelang Lebaran 2025.   “Kami akan terus mengembangkan penyelidikan guna mengungkap jaringan peredarannya secara menyeluruh,” tambahnya.   Hilal pun mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan teliti dalam menerima uang, terutama di periode menjelang Lebaran.   “Jika menemukan uang yang mencurigakan, segera laporkan ke pihak berwajib,” pungkasnya.   Baca juga: Vihara Dharma Rahayu: Jejak Sejarah 177 Tahun di Indramayu Jejak Sejarah di Indramayu: Bangunan Berusia Ratusan Tahun yang Masih Berdiri Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Desa Mundakjaya di Indramayu Gelar Sholawat: Sambut Ramadan dengan Lantunan Dzikir dan Silaturahmi

LEFT-BACK.COM – Menyambut bulan suci Ramadan, masyarakat Desa Mundakjaya akan menggelar acara Mundakjaya Bersholawat, sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi antarwarga melalui lantunan sholawat dan berbagai penampilan Islami. Acara ini akan diadakan pada Rabu (26/2/2025), mulai pukul 19:30 WIB, bertempat di Masjid Baiturohim, Desa Mundakjaya, Blok Munjul, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.   Rangkaian Acara dan Bintang Tamu   Beragam kegiatan Islami akan mewarnai Mundakjaya Bersholawat, di antaranya:   Pentas Santri: Menampilkan tari Arabic song dan pertunjukan Kauni yang penuh makna. Rampak Hadroh: Kolaborasi grup hadroh dari seluruh wilayah Desa Mundakjaya. Tilawatil Qur’an: Lantunan ayat suci oleh santriwan dan santriwati dari Yayasan An Nasil Bil Qolbi, Blok Badak. Santunan Anak Yatim: Wujud kepedulian terhadap anak-anak yang membutuhkan. Gema Sholawat: Dipimpin oleh bintang tamu Gus Ulil Fahmi dari Desa Cikedung Lor, Blok Tarikolot.     Acara ini diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 500 peserta, yang terdiri dari masyarakat, santri, serta tokoh agama setempat. Ketua panitia, Reza Nugraha, berharap bahwa acara ini dapat menjadi ajang silaturahmi yang menyatukan masyarakat tanpa sekat golongan, dengan semangat kebersamaan yang harmonis.   “Harapan kami, Mundakjaya Bersholawat dapat menjadi ajang silaturahmi yang menyatukan masyarakat, serta membangun masa depan yang lebih baik, kreatif, dan inovatif di Desa Mundakjaya,” kata Reza.   Dengan terselenggaranya acara ini, masyarakat berharap tradisi keislaman dapat terus lestari dan membawa keberkahan bagi seluruh warga Desa Mundakjaya.   Baca juga: Porseni SD Kecamatan Cisarua 2025: Antusiasme Peserta Meningkat, 40 Sekolah Ikut Bertanding di Puncak Bogor Jejak Sejarah di Indramayu: Bangunan Berusia Ratusan Tahun yang Masih Berdiri Vihara Dharma Rahayu: Jejak Sejarah 177 Tahun di Indramayu

Bertahun-tahun Dilanda Banjir Rob, Kemensos Siapkan Kampung Nelayan di Eretan Indramayu

LEFT-BACK.COM – Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul bersama Bupati Indramayu Nina Agustina membahas perkembangan proyek Kampung Nelayan Sejahtera dalam pertemuan di Kantor Kementerian Sosial (Kemensos). Proyek ini digagas sebagai solusi perbaikan kehidupan warga pesisir yang terdampak banjir rob di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.   Kampung Nelayan Sejahtera merupakan program percontohan hasil kolaborasi antara Kemensos, Pemerintah Kabupaten Indramayu, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan Habitat for Humanity. Menurut Gus Ipul, proyek ini dirancang sebagai model kerja sama yang dapat diterapkan di daerah lain jika terbukti berhasil.   “Kami ingin menciptakan proyek percontohan yang nyata manfaatnya. Tidak hanya memberikan dampak positif bagi penerima manfaat, tetapi juga memastikan semua pihak yang terlibat merasa puas dengan hasil kerja sama ini,” ujar Gus Ipul, Senin (6/1/2025).     Proyek ini difokuskan untuk merelokasi 93 kepala keluarga (KK) yang selama ini terdampak banjir rob. Sebanyak 93 unit Rumah Sejahtera Terpadu (RST) seluas 36 meter persegi di atas lahan 60 meter persegi dibangun di area seluas 1,6 hektare.   Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Mira Riyati Kurniasih, menargetkan pembangunan fisik RST mencapai 90 persen pada pertengahan Januari 2024.   Selain hunian, Kampung Nelayan Sejahtera akan dilengkapi fasilitas pendukung untuk meningkatkan kualitas hidup warga, seperti: Balai warga (community center) Masjid Sentra kerajinan dan UMKM Taman ramah anak dan lansia Sarana olahraga Toilet umum Infrastruktur yang ramah aksesibilitas   Program Pemberdayaan untuk Peningkatan Ekonomi Warga   Tidak hanya menyediakan hunian, Kemensos dan Pemerintah Kabupaten Indramayu juga meluncurkan program pemberdayaan masyarakat. Para ibu rumah tangga di kampung ini telah mendapatkan pelatihan pengolahan hasil laut menjadi produk bernilai tambah, seperti bakso dan nugget ikan.   “Kami berharap produk olahan ini nantinya dapat dipasarkan dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga,” ujar Bupati Indramayu Nina Agustina.   Selain pelatihan pengolahan ikan, warga Desa Eretan Kulon juga mendapatkan pelatihan keterampilan seperti teknik las, ecoprint, dan pemasaran digital. Pelatihan-pelatihan ini diharapkan membantu warga mengembangkan sumber penghasilan baru sehingga tidak hanya bergantung pada sektor perikanan.   Baca juga: Rumbah Darinih: Kuliner Legendaris Desa Eretan Kulon Indramayu yang Selalu Dirindukan Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf Stasiun Jatibarang: Sejarah, Keunikan, dan Peran dalam Perjalanan Kereta Api Indonesia

Rumbah Darinih: Kuliner Legendaris Desa Eretan Kulon Indramayu yang Selalu Dirindukan

LEFT-BACK.COM – Jika berkunjung ke Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, tak lengkap rasanya tanpa mencicipi kuliner legendaris, Rumbah Darinih. Spot kuliner ini telah menjadi favorit bagi wisatawan, terutama saat momen libur panjang seperti Hari Raya atau Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).   Selama liburan Nataru, banyak pengunjung dari berbagai daerah di Jawa Barat yang menyempatkan diri mampir ke Rumbah Darinih. Salah satunya adalah Niko (24), warga Majalengka yang mengaku tak pernah absen mencicipi kuliner khas ini setiap kali melintasi kawasan Kandanghaur.   “Sudah sering banget saya mampir ke sini. Mau hanya sekadar lewat atau sedang berlibur, pasti mampir untuk menikmati rumbah,” ujar Niko, Minggu (5/1/2025).   Rumbah Darinih telah eksis sejak tahun 1990-an. Nama “Rumbah” merujuk pada kangkung, bahan utama hidangan ini, sedangkan “Darinih” adalah nama pemiliknya. Hidangan ini tak hanya menawarkan kangkung, tetapi juga beragam menu lainnya seperti rujak, bihun, timun, dan aneka gorengan. Harga yang terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000, membuatnya semakin diminati.   Menurut Ibu Darinih, pemilik warung, usaha ini dirintisnya dengan susah payah dan akan diteruskan oleh keluarganya secara turun-temurun. Ia juga menegaskan bahwa Rumbah Darinih tidak membuka cabang di mana pun.   “Saya tidak membuka cabang di mana pun, dan usaha ini hanya akan diteruskan oleh keluarga sendiri secara turun-temurun,” ungkap wanita paruh baya tersebut saat ditemui di warungnya.   Ibu Darinih berpesan kepada para pengusaha warung serupa untuk selalu mengedepankan ikhtiar dan doa dalam menjalankan usaha, tanpa harus menggunakan nama yang telah ia besarkan.   “Kalau mau usaha lancar, perbanyak ikhtiar dan doa. Tidak perlu memakai nama yang sudah saya bangun dengan susah payah,” tutupnya.   Rumbah Darinih adalah bukti bahwa kelezatan rasa dan kejujuran dalam usaha mampu menciptakan sebuah warisan kuliner yang abadi. Jadi, jika Anda berkesempatan ke Desa Eretan Kulon, jangan lupa mampir dan rasakan sendiri kenikmatan kuliner khas ini! (Dian Dika Pamungkas).   Baca juga: Ramai Pembeli di Pasar Ikan Eretan Indramayu, Pedagang Catat Omzet Fantastis Birmingham: Oase Solidaritas di Tengah Sekat Sosial Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf

Birmingham: Oase Solidaritas di Tengah Sekat Sosial

LEFT-BACK.COM – Pada tahun 2019, sebuah tempat sederhana di tengah Desa Mundakjaya blok Badak, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, menjelma menjadi ruang penuh makna bagi anak-anak muda. Tempat ini bukan hanya sekadar lokasi nongkrong, melainkan rumah bagi beragam komunitas—dari suporter sepak bola, komunitas motor, hingga seniman. Mereka berkumpul, bertukar cerita, dan menjalin hubungan, menciptakan ruang inklusif yang diterima oleh siapa saja.   Namun, kehidupan berubah drastis ketika pandemi melanda pada tahun 2020. Masa sulit ini mengajarkan bahwa solidaritas adalah napas yang menghidupkan kemanusiaan. Terinspirasi oleh aksi Jerinx SID di Bali yang menghadirkan pasar gratis, komunitas ini memutuskan untuk melakukan hal serupa dengan pendekatan unik. Mereka membuat celengan dari kaleng bekas yang diisi oleh siapa saja yang mampir. Setiap akhir bulan, celengan tersebut dibuka, dan hasilnya digunakan untuk menyediakan nasi bagi mereka yang membutuhkan.   Setelah kegiatan pasar gratis pertama berhasil terlaksana, lahirlah nama Birmingham untuk tempat ini. Nama tersebut diambil dari salah satu kota legendaris di Inggris, yang dikenal sebagai pusat revolusi industri dan tempat berdirinya universitas-universitas ternama. Filosofi ini mencerminkan harapan besar: agar setiap orang yang singgah di Birmingham, meskipun berlatar belakang sederhana, dapat memiliki etos kerja tinggi dan kecerdasan dalam menyikapi kehidupan.     Seiring waktu, Birmingham menjadi pelabuhan bagi mereka yang merasa terbuang dan terabaikan. Pasar gratis yang rutin diadakan setiap akhir bulan tak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga menyatukan jiwa-jiwa yang mungkin telah lama kehilangan rasa percaya diri.   Namun, perjalanan ini tidak selalu mudah. Setelah pandemi berakhir pada 2022, sebagian besar penggerak komunitas memilih merantau, meninggalkan Birmingham untuk mengejar penghidupan di luar kota maupun luar negeri. Di tengah tantangan tersebut, Birmingham memutuskan untuk membuka donasi publik guna melanjutkan pasar gratis. Kini, kegiatan mereka berkembang, mencakup pembagian nasi, kudapan, hingga pakaian bekas layak pakai.   Meski diterpa kritik dan cibiran, Birmingham tetap bertahan, menjunjung tinggi nilai solidaritas yang menjadi inti dari keberadaannya. Tempat ini membuktikan bahwa kebaikan tidak memerlukan sumber daya besar—cukup hati yang tulus dan semangat untuk berbagi.   Birmingham bukan sekadar nama, melainkan simbol perjuangan dan kebersamaan. Hingga kini, pasar gratis masih berlangsung setiap akhir bulan, menyampaikan pesan bahwa negara masih belum baik-baik saja—feodalisme masih mengakar, dan kelas sosial terus menjadi sekat yang menyakitkan bagi kalangan menengah ke bawah.   Baca juga: Indramayu: Paradoks Cahaya Literasi dan Angka Melek Huruf Kesuksesan Finansial Indramayu: Fatamorgana di Tengah Kegagalan Infrastruktur dan Kemiskinan yang Belum Terselesaikan Tradisi Penyapu Koin di Jembatan Sewo: Warisan Budaya Pantura yang Sarat Makna