Skandal Kualifikasi Piala Dunia 1990: Drama, Kecurangan, dan Konspirasi di Maracana

LEFT-BACKCOM – Sepak bola kerap diwarnai oleh berbagai bentuk kontroversi, salah satunya adalah kecurangan—sebuah tindakan yang melibatkan manipulasi atau tindakan tidak sportif demi meraih kemenangan. Dari Diego Maradona dengan “Tangan Tuhan”-nya hingga aksi Emiliano Martínez dalam adu penalti, sejarah sepak bola mencatat berbagai insiden yang mengguncang dunia. Namun, salah satu kasus yang paling mencolok terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 1990, ketika Brasil dan Cile terlibat dalam skandal yang mengejutkan dunia.

 

Dominasi Brasil di Kualifikasi Piala Dunia

 

Brasil adalah satu-satunya tim yang selalu lolos ke putaran final Piala Dunia sejak turnamen pertama pada 1930. Meski pernah mengalami kegagalan di turnamen, seperti kekalahan memilukan dari Italia di Piala Dunia 1982, tim Selecao tetap menjadi kekuatan dominan di Amerika Selatan.

 

Pada kualifikasi Piala Dunia 1990, Brasil tergabung dalam grup bersama Cile dan Venezuela. Dengan sistem kompetisi tiga tim, hanya juara grup yang mendapatkan tiket otomatis ke Italia. Venezuela dianggap sebagai tim terlemah, sehingga persaingan sebenarnya terjadi antara Brasil dan Cile.

 

Brasil memulai kualifikasi dengan kemenangan 4-0 atas Venezuela, sementara Cile menang 3-1. Saat kedua tim bertemu di Santiago, laga berlangsung panas dan berakhir imbang 1-1. Brasil kemudian mengalahkan Venezuela 6-0, sedangkan Cile menang 5-0 atas tim yang sama. Dengan hasil ini, laga terakhir antara Brasil dan Cile di Maracana menjadi penentu.

 

Maracanazo Baru? Cile Memburu Tiket ke Italia

 

Dengan selisih gol yang menguntungkan Brasil, Cile hanya memiliki satu pilihan: menang. Namun, mengalahkan Selecao di hadapan 140.000 pendukung yang memadati Maracana bukanlah tugas mudah. Brasil tetap menjadi favorit, meskipun harus bermain tanpa Romário yang terkena larangan bertanding.

 

Seperti yang diperkirakan, Brasil mendominasi jalannya pertandingan. Setelah serangan bertubi-tubi, mereka akhirnya memecah kebuntuan di babak kedua lewat gol Careca. Cile, yang membutuhkan dua gol untuk lolos, mulai bermain lebih agresif. Namun, harapan mereka untuk membalikkan keadaan pupus setelah insiden yang mengejutkan terjadi pada menit ke-68.

 

Insiden Rojas: Kecurangan yang Terungkap

 

Tiba-tiba, sorak-sorai suporter berubah menjadi kegaduhan. Kamera televisi menyorot kiper Cile, Roberto Rojas, yang tergeletak di lapangan dengan luka berdarah di kepalanya. Sebuah flare terlihat jatuh di dekatnya, dan para pemain Cile segera mengerubungi sang penjaga gawang.

 

Tim medis bergegas masuk, sementara rekan-rekan setimnya memutuskan untuk meninggalkan lapangan sebagai bentuk protes atas insiden tersebut. Pertandingan dihentikan, dan muncul spekulasi bahwa Brasil bisa didiskualifikasi akibat ulah pendukungnya yang melempar flare.

 

Namun, kecurigaan muncul ketika fotografer lokal, Paulo Teixeira, memperhatikan bahwa flare tersebut sebenarnya tidak mengenai Rojas. Foto-foto yang kemudian dipublikasikan menunjukkan bahwa benda tersebut jatuh beberapa meter dari sang kiper. Hal ini memunculkan pertanyaan: jika tidak terkena flare, lalu dari mana datangnya luka di kepala Rojas?

 

Konspirasi yang Terbongkar

 

Penyelidikan FIFA mengungkap fakta mengejutkan. Rojas ternyata telah menyembunyikan pisau cukur di sarung tangannya dan secara sengaja melukai dirinya sendiri demi menciptakan skenario yang bisa menggagalkan kemenangan Brasil. Konspirasi ini bukan hasil tindakan individu semata—pelatih Orlando Aravena dan dokter tim, Daniel Rodríguez, juga terlibat dalam rencana tersebut.

 

Tujuan mereka adalah menciptakan insiden yang cukup besar agar FIFA memutuskan pertandingan diulang atau bahkan memberikan kemenangan otomatis bagi Cile. Namun, skema ini terbongkar, dan akibatnya, FIFA memberikan kemenangan 2-0 untuk Brasil. Cile dilarang mengikuti kualifikasi Piala Dunia 1994, sementara Rojas menerima larangan bermain seumur hidup (meski akhirnya dicabut pada 2001).

 

Insiden ini menjadi salah satu momen paling memalukan dalam sejarah sepak bola. Alih-alih menciptakan Maracanazo (kemenangan tak terduga) baru seperti yang dilakukan Uruguay di final Piala Dunia 1950, Cile justru meninggalkan jejak kelam dalam sejarah sepak bola mereka.

 

Baca juga:

Kontradiksi PSSI: Timnas Eropa, Liga Amatiran – Potret Buram Sepak Bola Indonesia

Johan Cruyff dan Jersey Ikoniknya: Keteguhan Prinsip di Piala Dunia 1974

Tiago Rech: Suporter Tunggal yang Kini Menjadi Presiden Klub Santa Cruz