Indra dan Bambang: Perjalanan Hijrah Melalui Penghapusan Tato di Bulan Ramadhan

LEFT-BACK.COM – Bulan Ramadhan kerap menjadi momentum bagi banyak orang untuk melakukan perubahan dalam hidup, termasuk Indra, warga Petukangan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Tahun ini merupakan kali ketiganya menjalani prosedur penghapusan tato di lengan kirinya, yang telah menghiasi tubuhnya sejak 1998.

 

Keputusan Indra untuk menghapus tato ini bukan sekadar menghilangkan tinta dari kulitnya, tetapi juga sebagai simbol menutup lembaran masa lalunya.

 

“Setiap prosedur rasanya lebih menyakitkan dibanding saat menato, tetapi ini bagian dari perjalanan saya,” ujarnya.

 

Indra memilih bulan Ramadhan untuk menjalani prosedur ini karena adanya layanan penghapusan tato gratis yang diselenggarakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) DKI Jakarta. Layanan ini terbuka bagi masyarakat yang ingin menghapus tato, baik demi alasan religius maupun pertimbangan lain.

 

Perjalanan Bambang: Dari Silet ke Laser

 

Tak hanya Indra, Bambang, warga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, juga mengikuti layanan ini. Berbeda dengan Indra, ini adalah pengalaman pertama Bambang menjalani prosedur penghapusan tato dengan metode medis. Sebelumnya, pria yang berprofesi sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) ini pernah mencoba menghapus tato di dadanya dengan silet, yang justru meninggalkan bekas keloid di kulitnya.

 

“Dulu saya tidak tahu ada layanan ini. Setelah mendapat informasi dari lurah, saya langsung mendaftar,” kata Bambang.

 

Prosedur Penghapusan Tato

 

Layanan penghapusan tato Baznas DKI Jakarta sudah memasuki tahun keenam dan memiliki beberapa tahapan yang harus diikuti peserta. Pendaftaran dilakukan secara daring, kemudian peserta bergabung dalam grup WhatsApp sesuai wilayah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

 

Meskipun layanan ini diprioritaskan untuk warga Jakarta, masyarakat ber-KTP luar DKI tetap diperbolehkan mengikuti program ini. Bahkan, layanan ini juga terbuka bagi peserta non-Muslim yang ingin menghapus tato mereka.

 

Ketua Baznas-Bazis Provinsi DKI Jakarta, Akhmad Abu Bakar, menjelaskan bahwa program ini merupakan bentuk kepedulian bagi mereka yang ingin berhijrah.

 

“Salah satu makna hijrah adalah berupaya menjadi pribadi yang lebih baik. Layanan ini hadir sebagai dukungan bagi mereka yang ingin berubah,” ujarnya.

 

Setelah registrasi, peserta menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk pengukuran tekanan darah dan tes laboratorium darah. Jika dinyatakan memenuhi syarat, mereka dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.

 

Sebelum tindakan dimulai, bagian tubuh yang bertato diolesi krim anestesi untuk mengurangi rasa sakit. Proses ini berlangsung sekitar 30 menit, dengan area yang telah diolesi krim ditutup plastik untuk mencegah gesekan dengan pakaian.

 

Penghapusan tato dilakukan menggunakan teknologi laser, di mana sinar laser bertenaga tinggi ditembakkan ke area kulit untuk menghancurkan partikel tinta tato. Tim Layanan Hapus Tato Ramadhan dari Islamic Medical Service (IMS), Saturi, mengatakan bahwa metode ini paling aman dan direkomendasikan oleh tenaga medis.

 

“Efeknya bisa terasa panas, seperti terkena jepretan karet. Namun, ini jauh lebih aman dibandingkan cara tradisional seperti menggunakan silet,” jelas Saturi.

 

Setelah prosedur selesai, peserta diberikan krim perawatan yang harus dioleskan dua kali sehari. Selama enam jam pertama, area yang terkena laser tidak boleh terkena air, dan selama seminggu berikutnya tidak boleh terkena sabun untuk menghindari iritasi.

 

“Tato tidak bisa hilang dalam satu kali tindakan. Dibutuhkan beberapa sesi agar tinta benar-benar memudar. Kesabaran adalah kunci,” tambahnya.

 

Mengapa Harus Menghapus Tato?

 

Bagi sebagian peserta, keputusan menghapus tato didasari oleh alasan religius. Dalam ajaran Islam, tato pada bagian tubuh yang wajib terkena air wudhu dapat menjadi penghalang masuknya air, sehingga berpotensi membuat wudhu tidak sah.

 

“Jika tato berada di area yang harus terkena air wudhu, maka wudhunya bisa dianggap tidak sempurna karena air tidak dapat menyerap ke pori-pori kulit,” jelas Akhmad Abu Bakar.

 

Namun, bagi mereka yang memiliki kondisi medis yang tidak memungkinkan untuk menghapus tato, Islam memberikan kelonggaran. Yang terpenting adalah niat dan usaha untuk berhijrah.

 

Hijrah: Perjalanan Menuju Perubahan

 

Meskipun proses penghapusan tato cukup menyakitkan, banyak peserta yang tetap bersemangat menjalani prosedur ini. Bagi mereka, ini bukan sekadar menghilangkan tinta di kulit, tetapi juga simbol dari perubahan hidup ke arah yang lebih baik.

 

“Menato menyakitkan, menghapusnya juga tidak mudah. Tetapi jika ini menjadi bagian dari perjalanan memperbaiki diri, mengapa tidak?” ujar Indra.

 

Layanan ini tidak hanya membantu peserta menghapus tato secara fisik, tetapi juga memberikan ruang refleksi bagi mereka untuk memulai kehidupan yang lebih baik.

 

Baca juga:

Ikatan Pekerja Sosial Cisarua Kabupaten Bogor Dirikan Dapur Umum, Bantu Pengungsi Banjir Bandang Jalani Puasa

Kontroversi Patung Penyu di Alun-Alun Gadobangkong & Sejarah Konservasi Penyu di Pangumbahan

Banjir Jabodetabek: Krisis Hulu yang Berulang, Solusi yang Terabaikan