Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun: Sejarah, Daya Tarik, dan Informasi Wisata

LEFT-BACK.COM – Kelenteng Hwie Ing Kiong di Madiun, Jawa Timur, merupakan destinasi wisata sejarah dan religi yang memiliki nilai budaya tinggi. Berdiri lebih dari seabad yang lalu, tempat ini menjadi pusat peribadatan bagi penganut Tri Dharma, yakni Taoisme, Buddha, dan Konghucu.   Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, kelenteng ini juga menarik perhatian wisatawan yang ingin melihat keindahan arsitektur khas Tiongkok. Terutama saat perayaan besar, tempat ini dipadati pengunjung yang datang untuk beribadah maupun sekadar menikmati suasana.   Ingin tahu lebih lanjut tentang sejarah dan daya tarik Kelenteng Hwie Ing Kiong? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!   Sejarah Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun   Kelenteng Hwie Ing Kiong diperkirakan berdiri sejak tahun 1887 dan saat ini berlokasi di Jalan Cokroaminoto, Kota Madiun. Bangunannya menghadap ke barat dan dikelilingi oleh gedung-gedung modern.   Awalnya, kelenteng ini berada di sebelah timur Kali Madiun, dekat Jembatan Madiun. Namun, terjadi peristiwa bersejarah yang membuat bangunannya dipindahkan. Kala itu, istri Residen Madiun jatuh sakit, dan setelah berbagai pengobatan medis tak membuahkan hasil, seorang tokoh Tionghoa, Kapiten Liem Koen Tie, menyarankan agar ia berdoa di Kuil Dewa Ma Zu dan menjalani pengobatan tradisional dengan metode Djiam Sie dan Pak Pwee.   Setelah menjalani ritual selama satu pekan, istri Residen Madiun akhirnya sembuh. Sebagai bentuk penghargaan, pemerintah kolonial saat itu memberikan izin untuk memindahkan kelenteng ke lokasi yang lebih aman dan jauh dari ancaman banjir. Proses pemindahan dan pembangunan kembali kelenteng berlangsung selama satu dekade, dimulai pada tahun 1887 dan selesai pada 1897.   Nama “Hwie Ing Kiong” memiliki arti “Istana Kesejahteraan,” mencerminkan tujuan tempat ini sebagai rumah ibadah yang membawa berkah bagi umatnya.   Daya Tarik Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun   1. Keunikan Arsitektur dan Ornamen Khas   Kelenteng Hwie Ing Kiong menampilkan arsitektur tradisional Tiongkok dengan dominasi warna merah, kuning, dan hijau. Di bagian depan, terdapat patung dua singa penjaga serta ukiran naga yang melambangkan perlindungan dan keberuntungan.   Di dalamnya, terdapat berbagai altar dan rupang (patung suci) yang menjadi pusat ibadah. Salah satu yang menarik adalah rupang Yang Mulia berlapis emas setinggi 97 cm, yang dikabarkan didatangkan langsung dari Tiongkok oleh komunitas Tionghoa di Madiun.   2. Material Bangunan Berasal dari Tiongkok dan Belanda   Proses pembangunan kelenteng ini melibatkan berbagai tokoh masyarakat Tionghoa di Madiun, seperti Kapiten Liem Koen Tie, Tan Ing Ju, Njoo Kie Siong, dan lainnya.   Sebagian besar bahan bangunan didatangkan dari Tiongkok, termasuk kayu untuk struktur bangunan dan lantai merah khas kelenteng. Sementara itu, keramik yang digunakan pada altar Ma Zu Thien Shang Shen Mu, altar Dewa Gay Chiang Shen Ong, dan altar Dewa Guan Ze Zun Wang merupakan sumbangan dari Tan Soen Yong yang berasal dari Belanda.   3. Ritual Keagamaan dan Perayaan Besar   Kelenteng Hwie Ing Kiong menjadi pusat berbagai ritual keagamaan, terutama bagi penganut Tri Dharma. Saat perayaan besar seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Hari Ulang Tahun Dewa Ma Zu, kelenteng ini akan dihiasi dengan lentera merah dan dipenuhi oleh umat yang datang untuk beribadah serta mengikuti prosesi keagamaan.   4. Fasilitas Umum yang Lengkap   Untuk mendukung kenyamanan pengunjung, kelenteng ini menyediakan berbagai fasilitas, seperti area parkir, toko perlengkapan sembahyang, altar doa, serta toilet umum. Hal ini menjadikan Kelenteng Hwie Ing Kiong sebagai tempat wisata religi yang ramah bagi pengunjung.   Lokasi dan Jam Buka Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun   Kelenteng Hwie Ing Kiong terletak di Jalan Cokroaminoto No. 69, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur 63133.   Kelenteng ini berada di pusat kota, hanya 700 meter dari Alun-Alun Kota Madiun, sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki dalam waktu sekitar 10 menit.   Beberapa tempat menarik di sekitar kelenteng yang bisa dikunjungi antara lain:   Patung Merlion Madiun  Taman Lalu Lintas Bantaran Kali Madiun Taman Olahraga Gulun Pahlawan Street Center Ngrowo Bening Edu Park   Untk jam operasionalnya sendiri mulai dari pukul 05.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB   Kelenteng ini buka setiap hari dan akan lebih ramai saat waktu ibadah serta perayaan hari besar. Jika ingin berkunjung, pastikan untuk menyesuaikan jadwal agar dapat menikmati suasana kelenteng dengan lebih nyaman.   Kesimpulan   Kelenteng Hwie Ing Kiong bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga saksi sejarah perkembangan budaya Tionghoa di Madiun. Dengan arsitektur yang indah, sejarah yang kaya, serta perayaan yang meriah, tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang patut dikunjungi.   Jika Anda berkesempatan ke Madiun, jangan lupa mampir ke Kelenteng Hwie Ing Kiong untuk merasakan langsung nuansa budaya dan spiritual yang kental!   Baca juga: Efektivitas Satgas Pengelolaan Sampah Dipertanyakan, Solusi atau Beban Anggaran? DPR RI Bahas Revisi UU TNI, Tambahkan Tiga Tugas Baru untuk Tentara Tan Malaka: Pemikir Revolusi yang Terlupakan

Bali di Persimpangan: Menjaga Keunikan Budaya, Mengatasi Overdevelopment

LEFT-BACK.COM – Bali, yang dikenal sebagai “Pulau Dewata”, telah lama menjadi tujuan utama bagi wisatawan domestik dan internasional. Meskipun sempat mengalami penurunan kunjungan wisata selama pandemi, Bali kini mulai menunjukkan pemulihan yang signifikan setelah pembukaan kembali pariwisata. Namun, meskipun angka kunjungan mulai meningkat, Bali masih menghadapi tantangan dalam mengelola perkembangan sektor pariwisata.   I Made Mendra Astawa, seorang pengamat pariwisata Bali dan Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Bali (Forkomdewi), menjelaskan bahwa pada masa pandemi, Bali mengalami penurunan pendapatan nasional sebesar 9,3%. Namun, setelah pembukaan kembali perbatasan, sektor pariwisata kembali tumbuh dan Bali menunjukkan tanda-tanda pemulihan.   Namun, Mendra menekankan bahwa Bali bukanlah contoh dari overtourism, melainkan overdevelopment. “Perkembangan pariwisata yang pesat tidak diimbangi dengan perencanaan pembangunan yang matang, sehingga terjadi ketimpangan dalam distribusi wisatawan,” jelasnya. Pembangunan yang pesat di beberapa daerah, seperti Canggu, sering kali mengabaikan aspek lingkungan dan sosial, sementara daerah lain belum mendapatkan manfaat yang sama.   Untuk mengatasi masalah kepadatan wisatawan di destinasi utama seperti Kuta, Seminyak, dan Ubud, perlu adanya upaya untuk mengarahkan wisatawan ke destinasi lain yang belum terlalu padat. Bali Timur, dengan daerah seperti Amed di Karangasem, menawarkan pesona alam yang masih alami dan budaya yang kaya. Bali Utara, seperti Munduk dan Lovina, menyajikan wisata yang lebih tenang dengan atraksi alam seperti air terjun dan kebun kopi. Sementara Bali Barat, dengan Jembrana dan Pulau Menjangan, menawarkan ekowisata dan penyelaman yang luar biasa.   Selain itu, tiga pulau kecil di tenggara Bali, yakni Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, juga semakin populer sebagai alternatif wisata yang menawarkan pantai eksotis dan keindahan bawah laut. Pemerataan promosi dan pembangunan ke daerah-daerah ini akan membantu mengurangi kepadatan di kawasan yang lebih ramai, sekaligus memberikan dampak ekonomi yang lebih merata bagi masyarakat lokal.   Mendra juga menyoroti pentingnya pengembangan desa wisata, dengan Bali memiliki 240 desa wisata yang dapat menjadi alternatif menarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman lebih autentik. Desa wisata ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk lebih dekat dengan budaya lokal, tetapi juga memberi manfaat ekonomi langsung kepada masyarakat.   Dengan upaya untuk menyeimbangkan pengelolaan pariwisata dan pembangunan, Bali berpotensi untuk tetap menjadi destinasi wisata utama yang berkelanjutan. Mendra mengusulkan adanya otonomi khusus bagi Bali dalam mengelola pariwisata, agar Bali dapat menjaga keasliannya dan lebih mampu mengatur investasi yang masuk. Dengan kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan sektor pariwisata, Bali diharapkan akan terus berkembang sebagai destinasi unggulan dunia, tetap mempertahankan budaya yang unik, dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal.   Baca juga: Puncak Culture Session Vol. 2: Bait Harmoni Gelar Pertunjukan Teater untuk Kenalkan Seni Peran Jejak Sejarah Padi di Nusantara: Dari Kedatangan Austronesia hingga Warisan Budaya Tiago Rech: Suporter Tunggal yang Kini Menjadi Presiden Klub Santa Cruz

Semporna: Permata Pantai Timur Sabah yang Memukau

LEFT-BACK.COM – Semporna, sebuah pekan kecil yang terletak di pantai timur Sabah, Malaysia, memiliki pesona luar biasa yang menjadikannya terkenal hingga ke peringkat antarabangsa. Nama “Semporna,” yang berasal dari bahasa Bajau “Tong Talun” bermaksud “hujung hutan,” kini membawa makna baru dalam bahasa Melayu, iaitu “sempurna,” sesuai dengan keindahan alam dan budaya unik yang dimilikinya.   Budaya yang Memikat Semporna didiami majoriti masyarakat Bajau, yang terkenal dengan cara hidup tradisional mereka. Kampung-kampung kecil yang mengelilingi pekan ini dipenuhi dengan keunikan budaya, terutama gaya hidup yang berkait rapat dengan laut. Dari rumah-rumah atas air hingga ke tradisi perahu lepa-lepa yang ikonik, setiap sudut Semporna menawarkan pengalaman budaya yang mendalam dan autentik.   Syurga Laut dan Aktiviti Air Keindahan Semporna tidak dapat dipisahkan dari pesona lautnya. Pulau-pulau seperti Sipadan, Mabul, Kapalai, dan Pom Pom adalah destinasi wajib bagi pencinta laut. Dengan air laut yang sejernih kristal, terumbu karang yang berwarna-warni, dan pelbagai hidupan marin yang eksotik, pulau-pulau ini sering menjadi tumpuan bagi penyelam profesional serta penggemar snorkeling dari seluruh dunia. Malah, Sipadan sering diiktiraf sebagai salah satu lokasi menyelam terbaik di dunia.   Baca juga: HKBP Sidihoni: Gereja Indah di Bukit Samosir dengan Pesona Alam dan Danau yang Memukau   Keindahan Darat yang Menggamit Jiwa Selain tarikan lautnya, Semporna juga menawarkan pemandangan daratan yang menakjubkan. Taman Marin Tun Sakaran merupakan destinasi utama yang memadukan keindahan laut dan darat. Salah satu lokasi ikonik di taman ini ialah Bohey Dulang, sebuah bukit yang menawarkan pemandangan panorama luar biasa. Walaupun pendakian ke puncaknya memerlukan usaha, ganjaran pemandangan laut biru yang dihiasi pulau-pulau kecil seperti Bodgaya, Sebangkat, Mantabuan, dan Sibuan pasti membuatkan setiap langkah berbaloi.   Cara ke Semporna Untuk sampai ke Semporna, pelancong boleh mengambil penerbangan ke Lapangan Terbang Tawau. Dari Tawau, perjalanan darat ke Semporna mengambil masa kira-kira dua jam. Dari pekan ini, bot laju membawa pelawat ke pulau-pulau sekitarnya dalam masa sekitar 45 minit. Dengan pelbagai pilihan pakej pelancongan yang tersedia, perjalanan ke Semporna mudah dan menyenangkan.   Baca juga: Desa Tetebatu: Permata Wisata di Kaki Gunung Rinjani yang Mendunia   Pesona yang Tak Terlupakan Semporna bukan sekadar destinasi pelancongan, ia adalah lambang keindahan semula jadi dan warisan budaya. Keharmonian antara laut yang memukau, daratan yang subur, dan keramahan masyarakatnya menjadikan Semporna tempat yang sempurna untuk dikunjungi. Semporna bukan hanya pekan kecil di pantai timur Sabah; ia adalah permata yang menyimpan keunikan alam dan budaya yang tiada tandingannya. Bagi mereka yang mencari ketenangan, keindahan, dan pengalaman yang tidak dapat dilupakan, Semporna adalah destinasi yang menanti untuk diterokai. (Natasha Putri Binti Samsudin)   Natasha Putri Binti Samsudin, seorang Traveler yang bisa disapa di akun Instagram @ashasmsudin.

HKBP Sidihoni: Gereja Indah di Bukit Samosir dengan Pesona Alam dan Danau yang Memukau

LEFT-BACK.COM – Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sidihoni, yang berdiri megah di atas bukit Pulau Samosir, menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan Danau Sidihoni, sebuah “danau di atas danau” yang memikat hati.   Lokasi Strategis untuk Wisatawan   HKBP Sidihoni terletak strategis bagi para pelancong yang ingin menikmati panorama alam yang indah. Gereja ini berlokasi di dekat Danau Sidihoni di Pulau Samosir, yang berada di tengah Danau Toba. Didirikan pada tahun 1963, HKBP Sidihoni masuk dalam pelayanan Resort Ronggur Nihuta, menjadikannya tempat yang ideal untuk melepas penat sambil menikmati suasana damai Danau Sidihoni.   Legenda Tao Sidihoni   Danau Sidihoni, yang awalnya bernama “Diahoni” atau “diantar makanannya,” memiliki kisah yang sarat mitos. Konon, pada masa lalu, sepasang orang tua mengantar makanan untuk anak mereka yang sakit dengan harapan sang anak dapat bertahan hidup. Namun, keajaiban terjadi ketika air melimpah keluar dari tanah, menciptakan Danau Sidihoni yang kita kenal hari ini.   Baca juga: Kalimantan Utara: Provinsi Termuda di Indonesia dengan Potensi Besar di Perbatasan   Di sisi timur danau, wisatawan masih bisa melihat artefak ritual kuno, seperti altar pamelean dan mezbah berbentuk segitiga. Artefak ini pernah digunakan dalam ritual kepercayaan asli, Hasipelebeguon, untuk menyampaikan doa kepada Mulajadi Nabolon dan leluhur. Namun, sejak agama Kristen masuk ke Sidihoni pada tahun 1930-an, tradisi tersebut perlahan memudar, digantikan dengan nilai-nilai kekristenan.     Keindahan Alam dan Aktivitas Wisata   Tao Sidihoni dikelilingi oleh perbukitan hijau dan lembah sabana yang menyejukkan mata. Perbukitan ini ditumbuhi rerumputan subur, hutan pinus, dan padang penggembalaan, sedangkan lembahnya dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam hortikultura seperti bawang merah, kacang tanah, dan sayuran.   Bagi wisatawan, HKBP Sidihoni menawarkan suasana syahdu, terutama pada hari Minggu. Duduk di bawah rindangnya pohon pinus sambil mendengar alunan lagu rohani dari dalam gereja menjadi pengalaman spiritual yang mendalam.   Baca juga: Desa Tetebatu: Permata Wisata di Kaki Gunung Rinjani yang Mendunia   Selain itu, kawasan Sidihoni cocok untuk aktivitas wisata seperti: Mendaki perbukitan untuk menikmati pemandangan spektakuler. Blusukan ke kampung adat yang kaya tradisi. Camping di area perbukitan yang sejuk. Kunjungan ke kebun kopi milik warga lokal.   Dengan keindahan alam yang masih asri, Sidihoni menjadi destinasi yang wajib masuk dalam itinerary Anda saat mengunjungi Kawasan Kaldera Toba. Sidihoni memberikan pengalaman unik yang berbeda dari wisata mainstream di Toba, menawarkan kesejukan, keindahan, dan ketenangan dalam satu paket.   HKBP Sidihoni dan Danau Sidihoni adalah berkah bagi Ronggur Nihuta, sekaligus simbol harmoni antara alam, budaya, dan spiritualitas.  

Kalimantan Utara: Provinsi Termuda di Indonesia dengan Potensi Besar di Perbatasan

LEFT-BACK.COM – Kalimantan Utara (Kaltara) resmi terbentuk sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 yang ditetapkan pada 16 November 2012. Provinsi ini menjadi bagian dari sejarah Indonesia sebagai provinsi ke-34 setelah disahkan dalam rapat paripurna DPR pada 25 Oktober 2012.   Kaltara resmi beroperasi pada 22 April 2013, bersamaan dengan pelantikan Penjabat Gubernur pertamanya, Dr. H. Irianto Lambrie, oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Pelantikan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 48/P Tahun 2013.   Provinsi ini terbentuk dari pemekaran sebagian wilayah Kalimantan Timur dengan cakupan administratif sebagai berikut: Kabupaten Bulungan Kota Tarakan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung   Letak Strategis dan Keindahan Alam Kalimantan Utara Berada di ujung utara Pulau Kalimantan, Kaltara berbatasan langsung dengan Malaysia, menjadikannya wilayah strategis yang kaya peluang ekonomi. Provinsi ini mencakup pesisir, pegunungan, dan hutan tropis yang masih alami, menawarkan keindahan alam sekaligus potensi ekowisata.   Kota Tarakan sebagai pusat perdagangan, dan Tanjung Selor sebagai ibu kota, menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan posisi strategis di perbatasan dan kekayaan alam melimpah, Kaltara memiliki peluang besar untuk menjadi pusat ekonomi di wilayah timur Indonesia.   Baca juga: Desa Tetebatu: Permata Wisata di Kaki Gunung Rinjani yang Mendunia   Sumber Daya Alam Melimpah Kaltara memiliki cadangan sumber daya alam yang signifikan, khususnya di sektor pertambangan seperti batu bara, nikel, dan bauksit, menjadikannya wilayah kunci dalam industri pertambangan Indonesia.   Selain itu, provinsi ini tengah mengembangkan potensi energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi, yang berperan penting dalam mendukung transisi energi nasional.   Baca juga: Pesona Tersembunyi Pantai Ujung Genteng, Surga Alam di Selatan Sukabumi   Di sektor kelautan dan perikanan, Kota Tarakan menjadi sentra hasil laut dengan produk yang diekspor hingga mancanegara, memperkuat peran Kaltara dalam perekonomian nasional.     Keanekaragaman Budaya dan Tradisi Lokal Kalimantan Utara dihuni oleh berbagai suku dan etnis, seperti Dayak, Tidung, Bulungan, dan Melayu. Tradisi budaya yang kaya terlihat dalam seni dan adat, salah satunya adalah pesta adat Basa Tinang milik suku Tidung, yang mencerminkan harmoni masyarakat dengan tradisi dan lingkungan.   Masa Depan Kaltara sebagai Provinsi Potensial Sebagai provinsi baru, Kaltara memiliki segala yang diperlukan untuk berkembang pesat, mulai dari sumber daya alam, keindahan alam, hingga keanekaragaman budaya. Dengan pengelolaan yang tepat, Kaltara berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya   Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/11/19/kalimantan-utara-provinsi-termuda-di-indonesia

Desa Tetebatu: Permata Wisata di Kaki Gunung Rinjani yang Mendunia

  LEFT-BACK.COM – Terletak di kaki megahnya Gunung Rinjani, Desa Tetebatu menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia. Desa ini bahkan berhasil masuk dalam nominasi Desa Wisata Terbaik di ajang UNWTO (United Nations World Tourism Organization) 2021, membuktikan daya tariknya hingga kancah internasional.   Pesona Desa Tetebatu: Alam Asri dan Budaya yang Autentik Desa Tetebatu berada di Kecamatan Sikur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Dengan pemandangan sawah terasering, hutan tropis yang rimbun, dan suasana pegunungan yang sejuk, Tetebatu menawarkan pelarian sempurna dari hiruk-pikuk perkotaan.   Selain keindahan alamnya, desa ini juga menyuguhkan pengalaman hidup desa yang autentik, menjadikannya destinasi ideal bagi mereka yang ingin menyatu dengan budaya lokal. Tak heran jika Tetebatu sering disebut sebagai “Ubud-nya Lombok.”   Daya Tarik Alam: Surga Kecil di Lombok Timur Tetebatu menawarkan berbagai daya tarik alam, mulai dari Air Terjun Sarang Walet yang memukau hingga panorama hijau di kaki Gunung Rinjani. Perjalanan ke air terjun ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit sambil menikmati pemandangan sawah yang memesona dan pepohonan rindang di sepanjang jalur.   Bagi pecinta petualangan, trekking ringan atau bersepeda di sekitar desa menjadi aktivitas favorit. Bahkan, bagi pencinta alam sejati, kawasan camping di Taman Nasional Gunung Rinjani menawarkan pengalaman mendalam, lengkap dengan flora dan fauna endemik seperti lutung hitam, kera ekor panjang, dan burung celepuk Rinjani.     Wisata Budaya dan Ramah Lingkungan Desa Tetebatu tak hanya memanjakan mata, tetapi juga hati dan pikiran. Wisatawan dapat merasakan pengalaman eco-farm, seperti melihat proses pembuatan kopi Lombok atau minyak kelapa secara tradisional. Aktivitas ini memberikan wawasan mendalam tentang cara masyarakat mengolah hasil bumi dengan teknik turun-temurun.   Ada juga village life experience, di mana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan penduduk setempat, mencoba bertani, atau belajar membuat kopi khas Lombok. Keramahan masyarakat Tetebatu menjadi daya tarik tersendiri, memberikan kesan hangat dan mendalam bagi siapa saja yang datang.   Fasilitas Wisata Lengkap untuk Kenyamanan Pengunjung Tetebatu menyediakan fasilitas yang dirancang untuk kenyamanan wisatawan, seperti area parkir luas, kafetaria dengan hidangan khas Lombok, kios suvenir, hingga area outbound. Tak lupa, berbagai spot foto Instagramable dengan latar sawah, hutan tropis, dan panorama Gunung Rinjani siap memuaskan hasrat fotografi.   Akses Mudah ke Desa Tetebatu Hanya berjarak sekitar 44,2 km dari Kota Mataram, Tetebatu dapat dicapai dalam waktu dua jam perjalanan dengan mobil atau motor. Jalan yang sudah beraspal dan pemandangan indah sepanjang perjalanan membuat perjalanan menuju desa ini semakin menyenangkan.   Saatnya Merencanakan Liburan ke Tetebatu Desa Tetebatu menawarkan kombinasi sempurna antara keindahan alam, budaya lokal yang kaya, dan aktivitas ramah lingkungan. Tempat ini menjadi pilihan ideal untuk wisatawan yang ingin menikmati ketenangan, belajar dari kehidupan desa, atau sekadar melepas penat di tengah alam yang asri.   Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/11/13/mengikuti-denyut-alam-di-desa-tetebatu-lombok-harmoni-di-kaki-gunung-rinjani

Pesona Tersembunyi Pantai Ujung Genteng, Surga Alam di Selatan Sukabumi

  LEFT-BACK.COM – Jawa Barat, provinsi yang dikenal dengan kekayaan alamnya, terus memikat hati wisatawan dengan keindahan yang tak pernah habis dieksplorasi. Salah satu permata tersembunyi di ujung selatan Sukabumi adalah Pantai Ujung Genteng, sebuah destinasi wisata yang menggabungkan keindahan alam, ketenangan, dan pengalaman unik.   Lokasi dan Rute Menuju Pantai Ujung Genteng Berada di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Pantai Ujung Genteng adalah tempat sempurna bagi pencinta pantai dan peselancar. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan harus menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Sukabumi, lalu melanjutkan perjalanan ke Surade. Meski perjalanan cukup menantang dengan jalan berkelok, pemandangan hijau sepanjang rute membuat waktu tempuh sekitar 3-4 jam dari pusat Kota Sukabumi terasa menyenangkan.   Bagi pengguna transportasi umum, Anda bisa naik bus atau travel ke Terminal Sukabumi, kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum atau ojek menuju pantai. Meski sedikit effort diperlukan, pemandangan eksotis di pantai ini akan menjadi imbalan yang luar biasa.   Fasilitas Lengkap untuk Wisatawan Pantai Ujung Genteng menawarkan fasilitas yang cukup memadai. Area parkir luas, toilet bersih, serta warung makan yang menyajikan aneka kuliner lokal akan memanjakan wisatawan. Penginapan pun tersedia, mulai dari homestay sederhana hingga vila mewah, sehingga Anda bisa memilih sesuai kebutuhan dan anggaran.   Tiket masuk ke pantai ini sangat terjangkau, hanya Rp10.000 per orang. Meski demikian, pengunjung disarankan membawa dana lebih karena harga tiket dapat berubah sewaktu-waktu.     Daya Tarik Utama Pantai Ujung Genteng Keindahan alami adalah magnet utama Pantai Ujung Genteng. Pasir putih yang lembut, air laut jernih, dan ombak besar menjadikannya lokasi ideal untuk berenang, berselancar, atau snorkeling. Bagi peselancar, ombak di pantai ini adalah tantangan yang layak ditaklukkan.   Tak hanya itu, Pantai Ujung Genteng juga dikenal sebagai tempat bertelur bagi penyu. Setiap tahun, penyu-penyu ini datang ke pantai untuk bertelur, menciptakan momen magis bagi wisatawan yang berkesempatan menyaksikannya di malam hari. Proses alam ini tidak hanya mengedukasi, tetapi juga memberikan pengalaman tak terlupakan.   Pemandangan matahari terbenam di Pantai Ujung Genteng pun menjadi daya tarik tersendiri. Langit yang bergradasi dari oranye keemasan hingga merah muda menciptakan panorama spektakuler, sempurna untuk diabadikan dalam foto atau sekadar dinikmati dalam keheningan.   Petualangan yang Membawa Ketenangan Meskipun perjalanan menuju Pantai Ujung Genteng mungkin terasa menantang, keindahan yang menanti di ujung perjalanan akan membuat semua usaha terasa sepadan. Dengan pemandangan alam yang memukau, pengalaman melihat penyu bertelur, dan fasilitas yang memadai, pantai ini menjadi destinasi wajib bagi mereka yang mencari ketenangan, petualangan, dan keajaiban alam dalam satu paket lengkap.

Berg Puntang: Tempat Healing Berbalut Kehangatan dan Sejarah

  LEFT-BACK.COM – Menghabiskan waktu di tempat nongkrong sambil menyeruput kopi hangat dan menikmati udara segar adalah cara jitu melepas penat. Di Bandung, ada satu tempat yang menawarkan pengalaman tersebut secara sempurna: Berg Puntang.   Terletak di Jalan Gunung Puntang, Pasirmulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, kafe ini tidak hanya menyajikan kopi dengan cita rasa khas, tetapi juga pemandangan alam yang memukau. Dikelilingi pepohonan hijau dan berlatar belakang megahnya Gunung Puntang, suasananya begitu tenang, cocok untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kota.   Sebagai bonus, lokasi Berg Puntang yang berdekatan dengan reruntuhan Stasiun Radio Malabar-sebuah bangunan bersejarah yang didirikan pada 1917 oleh Dr. Cornelius Johannes de Groot-membuat pengalaman nongkrong di sini semakin istimewa.   Menu Kopi dan Kuliner untuk Semua Selera Menu yang ditawarkan Berg Puntang sangat beragam. Untuk pecinta kopi, tersedia pilihan seperti hot coffee dan ice coffee. Ada juga menu non-coffee dan mocktail yang segar. Semua ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp13 ribu saja.   Sebagai teman minum, tersedia aneka camilan seperti french fries, potato chips, fried banana, dan aglio olio tuna dengan harga mulai dari Rp27 ribu. Untuk yang ingin menikmati hidangan lebih berat, ada rice bowl sauce dan rice bowl matah. Ingin pengalaman makan yang lebih seru? Coba paket BBQ yang bisa dinikmati mulai dari Rp150 ribu.   Tempat Healing dan Wisata Sejarah Sekaligus Dengan lokasi di tengah hutan dan pemandangan langsung Gunung Puntang, Berg Puntang menawarkan suasana yang pas untuk “healing”. Tak hanya itu, sambil nongkrong, kamu juga bisa menjelajahi Stasiun Radio Malabar, salah satu saksi sejarah teknologi komunikasi di Indonesia.     Jam Operasional Berg Puntang Kafe ini buka mulai pukul 08.00 hingga 17.00 pada hari kerja, dan hingga pukul 20.00 saat akhir pekan. Pastikan kamu mencatat waktu operasionalnya agar tak melewatkan momen santai di tempat ini.   Jadi, jika kamu mencari tempat nongkrong yang unik, menyajikan pemandangan indah, sekaligus membawa nuansa sejarah, Berg Puntang adalah pilihan yang tepat. Jangan lupa ajak teman atau keluarga untuk menikmati pengalaman luar biasa ini.**

Saudi Bakery Puncak Bogor : Surga Kuliner Timur Tengah di Hati Wisatawan Arab dan Pecinta Rasa Autentik

  LEFT-BACK.COM – Menyusuri kawasan Puncak yang sejuk, Anda akan menemukan Saudi Bakery, toko roti khas Timur Tengah yang telah menjadi magnet bagi wisatawan Timur Tengah maupun warga lokal.   Berlokasi strategis di Jalan Raya Puncak KM. 8, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Saudi Bakery telah mengukuhkan namanya selama lebih dari satu dekade sebagai tempat yang menawarkan pengalaman kuliner yang otentik dan memikat.   Saudi Bakery menyajikan beragam hidangan Timur Tengah yang menggugah selera, mulai dari Roti Tamis yang lembut, Roti Tipis yang renyah, hingga Kari Foul, Kari Addas, Kari Tuna, Bad Magli, Bad Uyun, dan Sakshuka. Pengunjung juga dapat mencicipi nasi khas, seperti Nasi Buchori dan Kista, dengan kisaran harga yang terjangkau, mulai dari Rp15.000 hingga Rp50.000.   Untuk melengkapi santapan, tersedia pula pilihan minuman khas yang bervariasi, seperti Halif Adani, Sahe Halif, Teh Lifton, cappuccino, kopi hitam, air mineral, dan teh susu Adani khas India yang menenangkan, dengan harga mulai Rp15.000.   Satu keunikan yang tak bisa dilewatkan adalah cara pembuatan roti di Saudi Bakery. Tidak seperti roti pada umumnya, roti di sini tidak dipanggang dalam oven, melainkan dimasak menggunakan kuali khusus yang memberikan tekstur lembut dan rasa khas. Roti Tamis, Roti Sami, dan Roti Hobus menjadi primadona, dihargai mulai Rp8.000.   “Proses pemanggangan dengan kuali khusus memberikan karakter yang unik dan tekstur yang lembut pada roti kami,” kata staf Saudi Bakery, Halifah, Rabu (13/11/2024).   Saudi Bakery buka setiap hari dari pukul 05.30 hingga 22.00 WIB, dan selalu dipenuhi pengunjung, terutama saat akhir pekan. (Deni A. Husaen)

Gapoktan Karya Tugu Mandiri : Destinasi Edukasi Tani Inspiratif di Desa Tugu Selatan

  LEFT-BACK.COM – Di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, berdiri sebuah kisah inspiratif tentang kemandirian dan keberhasilan dalam pertanian, di bawah naungan Gapoktan Karya Tugu Mandiri. Berdiri sejak empat tahun lalu di Kampung Gandamanah, kelompok tani ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani lokal melalui produksi sayuran organik yang merambah pasar Jabodetabek, tetapi juga membuka peluang besar dalam edukasi tani bagi masyarakat luas.   Gapoktan Karya Tugu Mandiri bercita-cita menjadikan Desa Tugu Selatan sebagai destinasi wisata edukasi tani. Di sini, pengunjung dapat belajar mulai dari pengelolaan lahan hingga strategi pemasaran.   Kadek Artawan, Wakil Ketua Gapoktan sekaligus pemilik usaha Me Fresh, mengajak masyarakat untuk bergabung dalam visi mereka.   “Dengan semangat kebersamaan, kami ingin mengajak siapa pun yang berminat untuk memajukan pertanian di Desa Tugu Selatan,” ujar Kadek, Rabu (13/12/2024).   Tak hanya mengandalkan pasar Jabodetabek untuk hasil sayuran organik mereka, Gapoktan ini juga rutin mengadakan pelatihan gratis bagi masyarakat umum dan mahasiswa yang ingin melakukan praktek kerja lapangan (PKL). Dengan dukungan fasilitas, seperti mesin kultivator, serta bantuan pemerintah, Gapoktan Karya Tugu Mandiri siap mengangkat pertanian lokal ke tingkat lebih tinggi.   Dalam jangka panjang,Kelompok Tani Karya Tugu Mandiri berlokasi di Kampung Gandamanah RT.03/RW.12 Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Foto: Deni A.Husaen desa ini diproyeksikan menjadi pusat wisata edukasi tani, terutama di area Kampung Koboy, dengan dukungan BUMDes.   “Harapan kami, pertanian di sini tidak hanya menjadi mata pencaharian, tetapi juga daya tarik wisata yang mendidik,” jelas Kadek. (Deni A. Husaen)